close

02/11/2013

Perubahan Iklim

Migrasi Kepiting Akibat Pemanasan Global

Jerman –  Dampak pemanasan global tak hanya menyebabkan es di kutub mencair, perubahan iklim, tapi juga berpengaruh kehidupan satwa liar termasuk kepiting.

Pakar biologi kelautan di Alfred Wegener Institute AWI meneliti hal tersebut. Daniela Storch merupakan pakar biologi kelautan. Di Alfred Wegener Institute AWI, utara Jerman ia mengeksplorasi dampak perubahan iklim terhadap larva kepiting.

“Alfred Wegener Institute memiliki fasilitas luar biasa. Kita berada di laboratorium mikroskop, di mana tersedia instrumen terbaik bagi riset. Jika meneleiti larva di bawah mikroskop, kita dapat mengukur parameternya seperti detak jantung dan aktivitasnya. Dan itu hanya ada di AWI,“ ujarnya.

Kepiting berpindah

Selain es dan iklim, satwa liar juga mengalami perubahan. Bagi beberapa jenis kepiting, habitat perairan endemiknya menjadi lalu hangat akibat perubahan iklim.

Daniela Storch-menjelaskan lebih lanjut: “Ada kepiting yang sudah bermigrasi. Seperti yang saya teliti ini, dulu 10-20 tahun yang lalu ada di Laut Utara, tapi kini di sana hampir tidak ada lagi, karena mereka berpindah jauh ke utara, hingga ke kutub, dan itu sudah sampai pada batasnya, tidak bisa pergi lebih jauh ke utara, jika suhu terlalu hangat, mereka akan musnah.”

Mengancam ekosistem

Juga di belahan bumi selatan, beberapa jenis kepiting bermigrasi ke perairan lebih dingin. Dampaknya fatal. Kepiting raja yang diteliti Daniela Storch di laboratorium ini, habitatnya makin mendekat ke Kutub Selatan. Seluruh ekosistem di Antartika terancam, karena kepiting raja tidak memiliki musuh alami di sana.

Pakar biologi, Daniela Storch menceritakan: “Dalam beberapa tahun terakhir telah ditemukan kepiting raja di laut dalam kawasan Antartika. Di sana ada spesies lain yang sensitif, yang dapat dijarah oleh kepiting raja–predator puncak, yang akan memusnahkan spesies lain.”

Seperti dilansir sebelumnya, para peneliti dari Alfred Wegener Institute tidak dapat menghentikan perubahan iklim. Tapi mereka dapat menjamin, bahwa kita dapat memahami dengan lebih baik dan mengambil tindakan penanggulangan. Untuk itulah mereka melakukan penelitian – hari demi hari.

Sumber : beritalingkungan.com

read more
Flora Fauna

Habitatnya Hilang, Orangutan Makan Madu Milik Petani

Hutan tempat hidup orangutan telah berubah jadi kebun sawit, tak pelak perubahan pola hidup orangutan terjadi. Dalam lima tahun terakhir, setiap Desember-Januari, memasuki panen madu, mereka turun mencari makan dengan mengambil tikung buatan petani.

Petani madu di Desa Ujungpandang dan Kapuas Raya, Kecamatan Bunut Hilir, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat (Kalbar), resah. Setiap menjelang panen madu tiba, orangutan di sekitar desa mulai turun dari perbukitan, dan masuk ke danau. Mereka merusak tikung atau tempat lebah bersarang buatan petani.

Hutan tempat hidup orangutan telah berubah jadi kebun sawit, tak pelak perubahan pola hidup orangutan terjadi. Dalam lima tahun terakhir, setiap Desember-Januari, memasuki panen madu, mereka turun mencari makan dengan mengambil tikung buatan petani.

Perilaku orangutan ini diduga kuat karena habitat Pongo pygmaeus-pygmaeus itu sudah tergerus perkebunan sawit. Citraland satelit menunjukkan, perkebunan sawit skala besar yang sudah beroperasi di sekitar Kecamatan Bunut Hilir adalah PT Bumi Tani Jaya dan PT Borneo Estate Sejahtera.

Saat ini, petani bersiap memanen madu. Namun gangguan orangutan membuat panen terancam gagal. “Kami hanya perlu perhatian pemerintah bagaimana mengatasi persoalan ini agar petani tak melulu dirugikan,” kata Mas’ud, Kepala Dusun Kubu, Desa Ujungpandang, ketika dikonfirmasi dari Pontianak, Rabu (30/10/13).

ikung atau sarang lebah buatan petani yang kerab dirusak orangutan. Mereka mengambil inti madu untuk dimakan | Foto: Edhu/WWF-Indonesia Panda

Dia mengatakan, orangutan tahu musim panen madu jatuh pada Desember hingga Januari setiap tahun. Si Pongo itu turun dari bukit dan masuk ke Danau Miuban, tempat para petani memasang tikung. Fenomena ini sudah terjadi sejak lima tahun terakhir, pasca-perkebunan sawit masuk ke wilayah itu.

Danau Miuban merupakan hamparan luas tempat petani madu Desa Ujungpandang dan Kapuas Raya memasang tikung. “Memang, kami tidak mendata jumlah kerusakan tikung. Yang pasti, dari enam pemilik tikung, pasti ada yang dimakan orangutan setiap hari,” kata Mas’ud.

Menurut dia, dalam banyak hal orangutan sangat pandai. Satwa ini tahu kapan waktu pas turun dari perbukitan dan masuk ke kawasan danau mencari madu. Bahkan, orangutan tahu madu berkualitas. Si Pongo hanya makan inti madu. Keadaan ini menyebabkan kerugian besar bagi petani.

Sisi lain, warga masih sangat awam soal penanganan orangutan. “Di sini warga belum sepenuhnya paham soal hukum, kecuali hukum rimba. Jadi mereka tak pernah pikir panjang. Maunya orangutan itu dimusnahkan karena dianggap hama. Kami sudah coba mengusir dengan meriam karbit dan pengasapan. Tapi tak mempan.”

Mas’ud berharap, orangutan itu tidak lagi mengganggu tikung petani. Upaya ini sudah diutarakan Mas’ud dalam ajang pertemuan tahunan antara Dinas Kehutanan Kapuas Hulu dengan petani madu di Putussibau. “Masalah dengan orangutan ini sudah saya sampaikan tapi tak ditanggapi serius.”

Guna menekan laju kematian orangutan seperti terjadi dua tahun terakhir di Wajok dan Peniraman, Kabupaten Pontianak, Siti Chadidjah Kaniawati Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalbar,  segera mengambil langkah taktis. Dia menurunkan tim dari Seksi Konservasi Wilayah II Sintang. “Saya sudah koordinasikan dengan Kepala Seksi Sintang dan staf setempat agar persoalan ini diatasi secepat mungkin. Setidaknya tim segera cek lokasi kejadian konflik dan melakukan tindakan semestinya.”[]

Sumber: mongabay.co.id

 

read more
Perubahan Iklim

Krisis Iklim: Bangladesh Berisiko Tertinggi

Bangladesh – Bumi hanya satu. Dampak perubahan iklim dirasakan oleh semua negara. Baik negara produsen emisi gas rumah kaca terbesar, maupun negara yang tingkat emisinya tidak tertangkap radar. Miliaran manusia di negara-negara ini terancam akibat krisis iklim.

Bangladesh yang menjadi negara paling berisiko terkena dampak perubahan iklim. Bangladesh diperkirakan akan menderita dampak ekonomi terbesar akibat krisis iklim dibanding negara-negara lain pada 2025. Hal ini terungkap dalam laporan terbaru Climate Change Vulnerability Index 2014 yang diluncurkan oleh Maplecroft.

Negara dengan risiko perubahan iklim terbesar kedua adalah Guinea-Bissau, diikuti oleh Sierra Leone (ke-3), Haiti (ke-4), Sudan Selatan (ke-5), Nigeria (ke-6), Kongo (ke-7), Kamboja (ke-8), Filipina (ke-9) dan Ethiopia (ke-10). Negara-negara tersebut menjadi 10 negara dari 193 negara yang dianalisis oleh Maplecroft yang paling banyak menderita kerugian ekonomi akibat perubahan iklim.

Di luar ke-10 negara tersebut, negara-negara penting lain yang masuk dalam kategori negara berisiko ekstrem (extreme risk) meliputi: India (ke-20), Pakistan (ke-24) dan Viet Nam (ke-26). Sementara Indonesia (ke-38), Thailand (ke-45), Kenya (ke-56) dan China (ke-61), semuanya masuk dalam ketegori negara berisiko tinggi (high risk).

Menurut Maplecroft, sebanyak 31% perekonomian dunia digerakkan oleh negara-negara yang memiliki tingkat risiko perubahan iklim tinggi dan ekstrem pada 2025. Hasil analisis ini naik 50% dibanding level risiko saat ini dan telah naik dua kali lipat sejak pertama kali Maplecroft meneliti risiko perubahan iklim pada 2008.

Dalam perhitungan Climate Change Vulnerability Index (CCVI), terdapat 67 negara dengan nilai kegiatan ekonomi mencapai $44 triliun yang akan terancam oleh krisis iklim. Mereka akan didera oleh kondisi yang terkait iklim seperti badai, banjir dan kekeringan yang semakin sering dan ekstrem.

Produk Domestik Bruto China misalnya, akan naik menjadi $28 triliun pada 2025, sementara PDB India akan meningkat menjadi $5 triliun. PDB dua negara ini menyumbang 23% nilai kegiatan ekonomi (output) dunia.

Kerugian akibat perubahan iklim di India terungkap saat India baru-baru ini diterjang Siklon Phailin. Kerugian yang ditimbulkan oleh siklon ini mencapai $4,15 miliar akibat kerusakan di sektor energi dan pertanian. Lebih dari 1 juta ton padi hancur sementara sejumlah infrastruktur penting seperti jalan, pelabuhan, jalur kereta api dan fasilitas komunikasi rusak berat menggangu operasi dan sistem pasokan industri.

“Banyak merek-merek penting dunia yang berinvestasi di negara-negara ini sehingga semakin banyak perusahaan dan bisnis yang terpapar risiko terkait iklim yang ekstrem mengganggu operasi, sistem pasokan dan basis konsumen mereka,” ujar James Allan dari Maplecroft. “Siklon Phailin telah menunjukkan pentingnya perusahaan memonitor frekuensi dan intensitas cuaca ekstrem ini terutama di negara yang memiliki infrastruktur dan logistik yang buruk.”

Menurut Maplecroft, jika negara-negara dengan tingkat risiko yang ekstrem dan tinggi mampu mengurangi dampak ekonomi dari krisis iklim ini mereka akan bisa meningkatkan dan membuka peluang investasi – manfaat ekonomi yang dicari-cari oleh semua negara, termasuk Indonesia.

Untuk itu perlu kebijakan dan komitmen yang kuat dari pemerintah untuk melakukan mitigasi dan adaptassi perubahan iklim. Selain kategori negara, menurut Maplecroft kategori kota yang paling berisiko ditempati oleh kota Dhaka, Mumbai, Manila, Kolkata dan Bangkok – sementara kota dengan risiko paling rendah adalah kota London dan Paris.

Sumber : hijauku.com

read more
Ragam

Inilah Calon Kandidat Direktur Walhi Aceh

Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup (PDLH) Luar Biasa Walhi Aceh pada hari Sabtu (2/11/2013) sedang berlangsung. Rangkaian PDLH ini akan memilih Direktur Walhi Aceh periode 2013_2017 bersama Dewan Daerah Walhi Aceh.

Tim SC PDLH Walhi, Ahmad mengatakan, ada empat kandidat yang mendaftar, akan tetapi hanya 3 kandidat yang sudah memenuhi persyaratan.

“Kita sudah buka dua kali kesempatan pendaftaran sebagai calon Direktur Walhi Aceh, satu orang belum melengkapi berkas,” tukasnya sebagaimana dilansir acehterkini.com.

Sedangkan ketiga kandidat yang telah melengkapi berkas adalah Yusriadi (Staf Walhi Aceh), Marzuki (Ketua Jaringan KuALA) dan Ratno Sugito (Forum orangutan Aceh).

Dijelaskannya, pendaftaran ditutup pada pukul 00.00 Wib tadi malam, Jumat (1/11).

Suasana pertemuan PDLH-LB Walhi Aceh | Foto: M. Nizar Abdurrani
Suasana pertemuan PDLH-LB Walhi Aceh | Foto: M. Nizar Abdurrani

Sementara itu, untuk Dewan Daerah Walhi Aceh juga akan ada pemilihan pengurus baru. “Saat ini baru dua orang yang mendaftar, sedangkan koutanya lima orang. Kita harapkan ada unsur perempuan yang mendaftar sebagai dewan daerah,” kata Ahmad dari Walhi Nasional.

Pemilihan dewan daerah dan Walhi Aceh akan berlangsung pada hari Sabtu 2 November 2013. Acara berlangsung di Hotel Jeumpa, Lampineung Banda Aceh. Ikut hadir dalam acara itu sejumlah anggota Walhi dari beberapa Kabupaten/Kota.

Diketahui, Direktur Walhi Aceh periode 2009-2013, Teuku Muhammad Zulfikar tugasnya berakhir pada 31 Oktober 2013. PDLH luar biasa ini untuk memilih pengurus eksekutif daerah Walhi Aceh yang baru untuk periode 2013-2017.

read more