close

15/11/2013

Sains

Sepeda Listrik Made in Bantul

Sesaat setelah Bumi Yogyakarta diguncang gempa, pada 2006, lahir ide sepeda pembangkit listrik. Kini hasil kreativitas itu malah sudah dilirik oleh perusahaan Korea Selatan.

Gustanov Aji Putra, mendapat ilham dari kondisi serba runyam yang melanda Yogyakarta 2006 lalu itu. Pemuda asal Bantul ini mulai merancang generator sederhana agar dapat dimiliki di setiap rumah. Aktivitas kesehariannya yang terbiasa mengutak-utik barang mekanik membuat idenya itu cepat tereksekusi.

Gustanov mengkreasi sebuah sepeda listrik konvensional, bekerja dengan tenaga baterai yang jika habis perlu diisi kembali dengan lama penyetruman 6-7 jam. Lalu lewat modifikasi sederhana, ia berhasil membuat sepeda tersebut menghasilkan listrik 220 Volt dengan daya 1.000 – 2.500 Watt.

Dengan demikian, listrik dari sepeda dapat diaplikasikan ke berbagai alat elektronik rumah tangga.

Pembuatan satu purwa rupanya perlu waktu 30 hari. Modalnya berasal dari alat-alat yang dibeli di toko alat teknik, serta kreativitas, dan semangat pantang menyerah.

Seiring berjalannya waktu, lulusan STMIK Yogyakarta ini mengembangkan proyeknya lebih serius. Diberi nama “Eco Bike”, sepeda modifikasinya unggul karena sistem pengisian baterai yang dual charging, yakni tenaga baterai dapat diisi ulang dengan dua cara—baik charger listrik maupun dengan kayuhan.

Selain itu, ada tambahan fitur lampu darurat berupa soket lampu neon model tabung dengan kapasitas 10-40 Watt, yang dapat menyala sekitar 40 jam.

Untuk si pemberi nama, nama Eco Bike ini ada filosofinya sendiri. Di Yogyakarta, eco bermakna enak atau nyaman. Sementara kata bike, jika dibaca berbunyi baik. Alhasil ketika digabungkan akan punya makna sesuatu yang nyaman dan baik.

Sayang Gustinov menamai sepedanya tanpa mencari referensi, karena nama Eco Bike sudah digunakan oleh perusahaan sepeda di luar negeri. Oleh sebab itu, ia mengubahnya menjadi Eco Bike Indonesia (EBI).

Pada 2011, Gustinov mengikuti kompetisi E-Idea yang diprakarsai British Council, dan terpilih sebagai salah satu dari 24 finalis. Ia merasa saat tersebut merupakan turning point baginya. “Saya yang adalah seorang anak desa yang ‘katrok’ memperoleh kesempatan ke Jakarta untuk pertama kalinya,” tuturnya. Tak selesai sampai di situ, Gustinov juga keluar menjadi pemenang pada kategori transportasi.

EBI akhirnya diikutsertakan dalam kompetisi Asia Youth Tech Enterpreneurship Camp di Seoul, Korsel, pada 2013. Pada kesempatan inilah presentasi dari Gustinov menarik perhatian Kim Won Won, CEO KOTRA.

Organisasi yang bergerak dalam bisnis inkubator itu ingin melakukan kerja sama pengembangan untuk memproduksi massal produk EBI. Kolaborasi proyek juga terus dilakukan Gustinov, di antaranya dengan rekan dari Myanmar dan Vietnam. EBI turut dalam proyek green transportation yang siap diluncurkan 2014 nanti.

Tanggapan positif sudah banyak diterima dan kesempatan demi kesempatan berinovasi terus membanjiri EBI untuk ke depannya.

Sumber: NatGeo Indonesia

read more
Hutan

Laju Deforestasi Hutan Indonesia Nomor Satu di Dunia

Penelitian yang dipimpin oleh Matt Hansen dari University of Maryland, menemukan bahwa Indonesia kehilangan 15,8 juta hektar antara tahun 2000 dan 2012, peringkat kelima di belakang Rusia, Brasil, Amerika Serikat, dan Kanada dalam hal hilangnya hutan. Adapun sekitar 7 juta hektar hutan ditanam selama periode tersebut. Hilangnya hutan di Indonesia meningkat tajam selama 12 tahun terakhir, demikian laporan studi yang diterbitkan dalam Jurnal Science ini.

Namun dari lima negara hutan di atas, berdasarkan persentase, maka Indonesia berada di peringkat pertama dari laju kehilangan hutan yaitu 8,4 persen. Sebagai perbandingan, Brasil hanya kehilangan separuh dari proporsi tersebut.

Dari 98 persen kehilangan hutan di Indonesia, deforestasi terjadi di wilayah hutan berkerapatan tinggi yang ada di Sumatera dan Kalimantan, lokasi dimana konversi akibat hutan tanaman industri dan perkebunan sawit berkembang amat marak selama 20 tahun terakhir. Propinsi Riau adalah yang tertinggi, seperti yang dirilis oleh para peneliti dalam animasi sebagai berikut:

Perkiraan deforestasi di Indonesia: Hansen vsPemerintah RI | Gambar: mongabay.co.id

Deforestasi juga meningkat di Indonesia.  Pada tahun 2011/2012 tingkat kehilangan hutan mencapai level tertinggi sejak akhir tahun 1990-an meskipun pemerintah telah mengeluarkan larangan jeda tebang (moratorium) untuk kawasan 65 juta hektar kawasan hutan primer, lahan gambut, dan hutan lindung. Data menunjukkan moratorium kehutanan, yang dilaksanakan sebagai bagian dari komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, mungkin gagal seperti tujuan semula yang diharapkan.

Hasil penelitian yang dirilis ini sangat bertolak belakang dengan angka yang dirilis pada awal tahun ini oleh Kementerian Kehutanan Indonesia, yang mengklaim bahwa deforestasi tahunan telah jauh menurun sejak 2005/2006. Angka tersebut dapat terjadi karena perbedaan perhitungan metodologis.

Kementerian Kehutanan mengabaikan estimasi deforestasi di lahan di luar wilayah kawasan hutan dan tidak memasukkan konversi hutan alam menjadi hutan tanaman industri, yang tetap dianggap oleh Kementerian Kehutanan dalam klasifikasi wilayah “hutan.”

Data baru, yang didasarkan pada hasil render 650.000 gambar citra NASA Landsat oleh Google Earth Engine, melalui model komputasi awan, diterbitkan sebagai database komprehensif peta hutan global interaktif. Data ini tersedia sebagai konten gratis di http://earthenginepartners.appspot.com/science-2013-global-forest

Hansen, yang telah menerbitkan sejumlah makalah tentang deforestasi, mengatakan ia berharap peta dapat membantu negara-negara untuk mengembangkan kebijakan yang lebih baik untuk mengurangi hilangnya hutan.

“Ini adalah upaya pertama untuk menyediakan peta perubahan hutan yang konsisten baik secara global maupun untuk tingkat lokal,” demikian Hansen dalam sebuah pernyataannya.  “Brasil menggunakan data Landsat untuk mendokumentasikan laju deforestasinya, juga menggunakan informasi ini dalam perumusan kebijakan dan implementasinya. Mereka juga berbagi data ini, sehingga memungkinkan pihak lain untuk menilai dan mengkonfirmasi keberhasilan mereka. ”

“Sebelumnya data-data tersebut belum tersedia untuk umum untuk bagian lain dunia. Sekarang dengan pemetaan global ini kami dapat memberikan informasi tentang perubahan hutan dimana setiap negara dapat memiliki akses ke informasi ini, baik untuk negara mereka sendiri maupun untuk seluruh dunia.”

read more
Ragam

Banjir Bandang Hantam Wasior, Tiga Kampung Terisolasi

Banjir bandang yang menerjang Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, Rabu (13/11) langsung menarik perhatian Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Mereka menurunkan Unit Reaksi Cepat (URC) ke Wasior Kamis (14/11).

“Sore ini (kemarin, Red) tim URC BPBN tiba untuk menuju Wasior. Mereka akan langsung bekerja,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Papua Barat Derek Amnir di kantor gubernur kemarin.

Jajaran Pemprov Papua Barat juga mengadakan rapat untuk membahas penanganan banjir Wasior itu. Rapat yang dipimpin Asisten II Setprov Nathaniel Mandacan tersebut salah satunya memutuskan pembangunan Posko Penanggulangan Bencana untuk mobilisasi kebutuhan korban banjir.

“Sementara posko itu di bawah kendali BPBD provinsi. Posko akan berkoordinasi dengan relawan, PMI, Rapi, dan Orari,” paparnya.

Pemprov juga segera mengirimkan bantuan berupa bahan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan lain untuk membantu korban banjir. Bantuan tersebut akan dikirim dengan KMP Napan Wainami. “Sejauh ini, 400 orang telah meninggalkan Wasior ke Windesi, Manokwari, dan kota lain. Warga trauma dengan banjir bandang pada Oktober 2010,” tuturnya.

Sementara itu, warga Wasior mulai membersihkan rumah mereka yang dipenuhi lumpur dan sampah kemarin. Beberapa rumah sakit pun bersih-bersih meski belum bisa melayani masyarakat.

Pemkab Teluk Wondama juga menyingkirkan kayu dan material lain yang menutup sejumlah jembatan. “Jembatan di Manggurai sudah bisa dilewati. Jembatan itu sudah dibersihkan,” jelas Kabaghumas Setkab Teluk Wondama, Yunias Mawere kemarin.

Namun, menurut dia, tiga kampung masih terisolasi. Yakni, Kampung Isie, Rasiei, dan Tandia. Jembatan yang menghubungkan tiga kampung tersebut rusak parah serta tertutup kayu dan lumpur. “Jembatan di Isie dan Rasiei masih tertutup material. Distribusi bantuan terpaksa dilakukan lewat laut,” ucapnya.

Padahal, pengerahan alat berat untuk membersihkan jembatan dari kayu, lumpur, dan material lain yang terbawa banjir terkendala keterbatasan stok bahan bakar minyak (BBM). “Sekarang BBM sulit sehingga tidak bisa mengerahkan alat berat,” ucapnya.

Soal korban banjir, Yunias menegaskan tidak ada korban jiwa. Beberapa warga yang sebelumnya dikabarkan hilang ternyata sudah berkumpul dengan keluarga masing-masing. “Saat kejadian, mereka berlari menyelamatkan diri ke laut. Paginya, mereka pulang,” terangnya. (lm/JPNN)

Sumber: JPPN

read more
Kebijakan Lingkungan

Pemerhati Lingkungan Minta Pemerintah Aceh Lindungi Hutan Rawa Tripa

Aksi demonstrasi yang diduga diprakarsai perusahaan kelapa sawit kontroversial PT Kallista Alam, yang dituduh menghancurkan habitat orangutan paling penting di dunia Sumatera, mengganggu sidang di Pengadilan Negeri Meulaboh dimana Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) sedang menuntut perusahaan tersebut atas kejahatan lingkungan. Kasus ini mendapat perhatian internasional dan dipantau ketat oleh LSM, ilmuwan, pemerintah dan industri.

Pengadilan untuk sementara ditunda karena sekitar 150 pekerja kelapa sawit, yang tiba dengan bus, melakukan demonstrasi berisik di depan PN. Mereka menuntut pengadilan mendukung perusahaan kontroversial ini. Perusahaan ini konsesi kelapa sawitnya telah dibatalkan pada September 2012, setelah PTUN menemukan izin diberikan secara ilegal dan pekan lalu asetnya disita oleh PN Meulaboh sebagai jaminan. Sidang terakhir keputusan dijadwalkan 5 Desember 2013.

” PT Kallista Alam adalah salah satu perusahaan kelapa sawit yang secara ilegal membakar hutan di lahan gambut dalam Kawasan Ekosistem Leuser selama beberapa tahun terakhir, ” kata Direktur Program Konservasi Orangutan Sumatera, Dr Ian Singleton  dalam acara konperensi pers yang dikemas bertepatan dengan konperensi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) di Medan, Kamis (14/11/2013).

” Kami mengucapkan selamat kepada KLH Indonesia atas tindakan terhadap PT Kallista Alam, tetapi juga mengingatkan bahwa rencana tata ruang baru yang diusulkan Pemerintah Aceh berpotensi besar merusak hutan dan keanekaragaman hayatinya yang sangat unik, selain mengganggu kehidupan masyarakat Aceh dan ekonomi mereka. Jika disetujui, tata ruang baru ini akan memunculkan kasus hukum baru karena peningkatan besar kerusakan lingkungan pasti terjadi,” jelas Ian Singleton.

” Jika rencana tata ruang yang baru berjalan, itu bisa menjadi akhir dari Gajah Sumatera, ” Dr Singleton menyimpulkan.

” Hanya ada satu kata untuk menggambarkan situasi Ekosistem Leuser, yaitu darurat, ” kata Kamaruddin SH , seorang pengacara yang mewakili masyarakat Aceh di Rawa Tripa menghadapi PT Kallista Alam.

” Ekosistem Leuser adalah area nasional strategis dilindungi dengan fungsi lingkungannya. Saat ini tidak diperbolehkan bagi kabupaten, provinsi atau nasional mengeluarkan izin untuk perkebunan kelapa sawit, pertambangan atau kegiatan lainnya yang akan menurunkan fungsi lingkungan dari Ekosistem Leuser. Tapi lobi bisnis yang kuat sedang berusaha membatalkan aturan ini, bukan untuk mendukung masyarakat. Hari ini menunjukkan intimidasi oleh PT Kallista Alam di luar pengadilan Meulaboh adalah satu contoh dari banyak perusahaan mencoba untuk mengintimidasi proses hukum dan politik Aceh.”

Ahli tata ruang dan spesialis GIS, Graham Usher menunjukkan informasi satelit dan analisis data yang menyoroti kepekaan ekstrem lingkungan Aceh. ” Sebagian besar hutan yang tersisa di Aceh berada di tebing yang terlarang bagi pembangunan di bawah peraturan perencanaan tata ruang yang ada. Penebangan hutan dan pembangunan jalan di daerah tersebut sama sekali tidak aman dan berpotensi bencana.”

” Apa yang akan terjadi jika hutan ini ditebang sangat jelas dan mudah diprediksi. Kita akan melihat hilangnya ekosistem, dan hilangnya manfaat lingkungan yang diberikan kepada masyarakat Aceh. Hal ini akan menyebabkan masalah ketahanan pangan di masa depan, di samping peningkatan besar dalam banjir bandang, erosi dan tanah longsor. Itu hanya sebab dan akibat. Membuka jalan baru dan konsesi industri eksploitatif di jantung Aceh hanya akan mengakibatkan bahkan kerusakan lebih lanjut , dan menyebabkan konflik sosial. Tidak hanya keanekaragaman hayati yang unik yang lenyap, rakyat Aceh akan sangat menderita juga! ”

Mantan Direktur Walhi Aceh, T. Muhammad Zulfikar menyampaikan bahwa masyarakat Aceh merasa bahwa janji pemerintah Aceh tidak ditepati. Semakin banyak pendukung Gubernur Zaini mengalami frustrasi dan kemarahan terhadap pemerintahannya . ” Jika kita tahu hutan Aceh akan ditebang dan dijual kepada penawar tertinggi, mungkin kita akan memilih lain.”

” Baru-baru ini Pemerintah Aceh mengatakan kepada kami pada pertemuan publik bahwa tidak ada anggaran tersisa untuk pengembangan perencanaan tata ruang Provinsi dan karena itu perlu disetujui dan disahkan sebelum akhir Desember. Tapi mereka masih belum menyelesaikan setiap analisis sensitivitas lingkungan, data kunci dan informasi gagal dibagikan. Saya khawatir, jika hal-hal terjadi seperti yang kita dengar, dia (Zaini-red) akan selamanya tercatat dalam sejarah sebagai Gubernur Aceh yang kembali ke konflik sosial dan kerusakan lingkungan, ” simpul T. Muhammad Zulfikar.

Gemma Tillack dari Rainforest Action Network (RAN) meminta perusahaan konsumen internasional yang menggunakan minyak kelapa sawit dalam produk mereka untuk menuntut pemasok mereka diverifikasi sebagai jaminan bahwa pasokan mereka minyak tidak terhubung dengan perusakan hutan seperti itu terjadi di Rawa Tripa .

Perusahaan seperti ” Snack Food 20 ” ditargetkan oleh Rainforest Action Network ( RAN ) untuk meneliti rantai pasokan mereka dan menerapkan kebijakan pengadaan minyak kelapa sawit yang benar-benar bertanggung jawab. Minyak sawit yang diproduksi atas permintaan tidak memberikan kontribusi perusakan hutan, polusi iklim atau pelanggaran hak asasi manusia. ” [rel]

read more
Kebijakan Lingkungan

Jakarta Denda 50 Juta bagi Perusahaan Buang Sampah Sembarangan

Kepala Dinas Kebersihan DKI Unu Nurdin mengatakan, pihaknya akan melakukan sosialisasi terkait denda bagi warga dan perusahaan yang buang sampah sembarangan.

Menurut Nurdin, penegakan terhadap Peraturan Daerah Nomor Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah itu perlu disosialisasi terlebih dahulu, supaya masyarakat tidak kaget. “Bisa kaget nanti toh, denda itu bukan tujuan utama,” kata dia di Jakarta, Kamis (14/11/2013).

Ia melanjutkan, untuk membangun kesadaran masyarakat perlu waktu yang panjang, salah satunya butuh pendekatan yang banyak agar terbangun kesadaran tersebut.

“Kalau pengawasan, nanti petugas akan patroli kali dibantu dengan Satpol PP dan unsur TNI. Namun kami masih hitung berapa personil yang turun dan operasionalnya,” tandasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Gubernur Joko Widodo nampaknya mulai kesal dengan ulah warga yang seenaknya membuang sampah sembarangan, khususnya di sungai. Ia pun mengatakan akan memberikan sanksi tegas.

Pria yang akrab disapa Jokowi itu mengatakan akan menerapkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah secara ketat, sehingga warga tidak bisa lagi sembarangan membuang sampah.

“Itu dendanya sebesar Rp 500 ribu untuk masyarakat, sementara kalau perusahaan Rp 50 juta jika buang sampah sembarang,” tegasnya.[]

Sumber: theglobejournal.com

read more