close

04/12/2013

Flora Fauna

Polres Aceh Tamiang Sita 3000 Momo

Aparat Polres Aceh Tamiang menyita 3.000 ekor momo atau lemur (Lemures), sejenis kera berekor belang yang dilindungi, dan dua ton minyak solar, dari sebuah gudang di Dusun Tanjung Selanga, Desa Air Masen, Kecamatan Seuruway, Aceh Tamiang, enam hari lalu. Namun, hingga Selasa (2/12/2013) kemarin pemiliknya belum berhasil diamankan.

Kapolres Aceh Tamiang, AKBP Dicky Sondani SIK MH melalui Kasat Reskrim Iptu Benny Cahyadi SH kepada Serambi kemarin mengatakan, pihaknya sudah lama mengendus jejak para penyelundup barang-barang dan hewan-hewan tertentu ke luar negeri/ke luar Aceh dari Kecamatan Seuruway.

Setidaknya, ada empat penyelundup yang bermain di Kecamatan Seuruway. Mereka mengumpulkan barang ilegal, antara lain, arang dan balangkas alias ketuka (hewan laut) yang dilarang untuk dijual ke luar negeri, karena tergolong hewan dilindungi. Ketika pulang mereka diduga membawa barang ilegal asal luar negeri ke Seruway.

Setelah terdeteksi, menjelang kapal mereka hendak berangkat ke luar negeri, Kasat Reskrim bersama dua anggotanya bergerak ke gudang penumpukan barang milik si saudagar. Ternyata informasi yang dilaporkan warga ke polisi benar adanya.

Ada empat gudang yang digerebek. Pemiliknya beda-beda. Tapi hanya satu yang berisi, yakni gudang milik Sulaiman di Dusun Tanjung Selanga, Desa Air Masen, Kecamatan Seuruway.

Di gudang itu polisi menemukan banyak kayu arang, 3.000 ekor momo atau lemur (Lemures), dan dua ton minyak solar. Konon, barang ilegal dan hewan yang dilindungi itu hendak dikapalkan ke Thailand lewat Selat Malaka.

Diperoleh juga informasi bahwa kenapa hanya satu gudang yang ditemukan polisi berisi 3.000 ekor momo, karena tiga kapal lainnya yang pemiliknya berbeda, sudah keburu berangkat sehari sebebelumnya.

Terkait dengan menghilangnya Sulaiman, saudagar yang memiliki 3.000 ekor momo itu, Kasat Reskrim sudah melayangkan surat pemanggilan kepada yang bersangkutan untuk menghadap ke Polres Aceh Tamiang.

Datok (Keuchik) Desa Air Masen membenarkan bahwa gudang milik Sulaiman itu kini disegel polisi.  Saat ditanyai Serambi, Datok mengaku hanya tahu bahwa Sulaiman selaku pemilik gudang itu, sudah belasan tahun berdagang arang bakau ke luar negeri. Kalau dalam bisnis Sulaiman, ada penyelundupan barang terlarang, Datok mengaku tak pernah tahu. []

Sumber: serambinews.com

 

read more
Ragam

Minggu Depan Sidang Pembunuhan Gajah Dimulai

Kasus pembunuhan gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Sampoinet Kabupaten Aceh Jaya, Aceh, pada 13 Juli 2013, akan mulai persidangan di PN Calang, minggu depan. Proses hukum pembunuhan gajah yang diberi julukan ‘Papa Genk” telah berjalan selama empat bulan. Gading gajah mati ini kemudian diambil oleh para tersangka.

Ada 14 orang menjadi tersangka dalam kasus ini. Semua warga Desa Ranto Sabon, tempat Genk dibunuh, termasuk keuchik (kepala desa).

Polres Aceh Jaya telah melimpahkan berkas pembunuhan satwa dilindungi itu kepada Kejaksaan Negeri Calang pada 12 November lalu berikut barang bukti sepasang gading dan alat pembunuh gajah seperti kampak, tombak dan pohon. Penyelidikan kasus ini berjalan setelah masyarakat Desa Ranto Sabon menyerahkan sendiri gading Genk dan alat bukti lain awal Agustus lalu.

Sebelumnya, penyelidikan kasus pembunuhan ini sempat terkendala karena ada perlawanan dari masyarakat Desa Ranto Sabon. Namun,  atas jaminan tokoh masyarakat setempat termasuk Bupati Aceh Jaya Azhar Abdurrahman, warga mendatangi kantor polisi, bersedia diperiksa.

Setidaknya, ada 30 warga desa diperiksa sebagai saksi. Hasil pemeriksaan ditetapkan 14 tersangka. Amiruddin, Kepala Desa Ranto Sabon, mengatakan, pembunuhan Genk diketahui dan disetujui seluruh warga yang musyawarah di Meunasah. Mereka beralasan Genk harus dibunuh karena meresahkan warga dan menimbulkan kerugian. Sebab,  banyak kebun warga dirusak.

AKBP Abdul Azas Siagian, Kapolres Aceh Jaya beberapa waktu lalu, menyebutkan, para tersangka itu tidak ditahan polisi, karena sudah ada jaminan mereka akan kooperatif. “Empat belas tersangka tidak kita tahan.”

Kasus pembunuhan Genk mencuat ke publik setelah ada kampanye melalui sosial media yang menarik perhatian banyak orang di Indonesia. Bahkan sampai ke luar negeri. Kampanye oleh para penyayang satwa meminta kasus pembunuhan itu diusut tuntas. Sebuah petisi juga dilayangkan anak muda Aceh Aulia Ferizal untuk mengusut pembunuhan Genk.

Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan dan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono merespon kampanye itu melalui akun twitter mereka. Presiden mengintruksikan Kementrian Kehutanan dan Polda Aceh mengusut tuntas kasus itu dan mencegah kasus serupa terjadi.

Gajah Mati Lagi
Seekor anak gajah Sumatera betina diperkirakan enam tahun, ditemukan mati di sungai oleh warga beberapa hari lalu di Desa Masen Kecamatan Darul Hikmah Kabupaten Aceh Jaya. Menurut keterangan Badrul Ali, Staf Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh Jaya, Selasa (3/12/13),  gajah mati diduga terseret arus banjir dari hulu sungai di hutan.

Warga menemukan anak gajah mengapung di sungai dekat desa. “Kami berencana mengubur gajah itu,” kata Badrul. Selama 2013, tercatat delapan gajah Sumatera mati di Aceh. Tahun 2012 ada 14 gajah mati sebagian besar dibunuh.

Sumber: mongabay.co.id

read more
Tajuk Lingkungan

Rawa semakin Kering

Besok, Kamis (5/12/2013) Pengadilan Negeri Meulaboh dijadwalkan akan membacakan putusan kasus perdata pembakaran ilegal hutan Rawa Tripa di Nagan Raya. PT Kallista Alam digugat oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) agar memberikan dana rehabilitasi untuk memperbaiki lahan yang hancur akibat dibakar untuk kepentingan pembukaan kebun sawit. Pada sidang sebelumnya, pengadilan telah menetapkan sita lahan PT Kallista Alam sebagai jaminan atas ganti rugi. Apakah pengadilan akan mengabulkan tuntutan KLH?

Kita sudah sering mendengar hutan gambut di Aceh Barat dan Nagan Raya habis dilalap di jago merah. Media massa rutin melaporkan peristiwa kebakaran terlebih di musim kemarau. Katanya kebakaran dilakukan oleh masyarakat ataupun perusahaan perkebunan. Ntahlah, mana yang benar kita tidak tahu. Yang jelas masyarakat sempat panik melihat kaki langit merah malam itu karena mengira kebakaran akan menjalar ke tempat warga. Aksi pembakaran di rawa tripa di duga mencapai lebih dari 1500 hektar.

Kebakaran lahan gambu bukan hal yang aneh lagi bagi kawasan pantai barat Aceh. Setiap tahun terutama dalam musim kemarau selalu terjadi. Tapi kok anehnya masih ada perusahaan yang diizinkan membuka hutan gambut? Konversi hutan menjadi perkebunan otomatis membuat perusahaan akan mengeringkan lahan-lahan basah tersebut melalui pembuatan kanal-kanal. Saluran yang mengular memanjang dari tengah hutan ke laut membuat kering hutan rawa. Hutan kering, api pun mudah terpantik.

Bicara rawa tak lepas dari membicarakan hutan Rawa Tripa yang terletak di Nagan Raya dan sebagian di kabupaten Aceh Barat Daya. Dengan luas 61.000 hektar, 50 persennya telah punah. Padahal hutan ini menyimpan begitu banyak kekayaan alam yang dapat dipakai tujuh turunan lebih. Ada ikan Lele (biasa dan jumbo), Belut, Paitan dan Kerang, Beruang Madu (Helarctos malayanus), Orangutan Sumatera (Pongo abelii), Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrensis), Buaya Muara (Crocodilus porosus), Burung Rangkong (Buceros sp), dan berbagai jenis satwa liar lainnya.  Tripa juga menyediakan kayu konstruksi dan bahan bakar. Secara tradisional kawasan Rawa Tripa merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat setempat.

Rawa gambut Tripa memiliki peran sangat penting, yaitu sebagai pengatur siklus air tawar dan banjir serta benteng alami bagi bencana tsunami. Selain itu, Tripa juga dapat menjaga stabilitas iklim lokal, seperti curah hujan dan temperatur udara yang berperan positif bagi produksi pertanian yang berada di sekitarnya.

Jelas sudah apa manfaat rawa tripa bagi manusia dan alam sekitar. Namun sayangnya masih ada manusia-manusia lupa daratan, yang mabuk kepayang ingin meraup rupiah mudah dengan memusnahkan hutan. Sungguh malang bagi orangutan, tempatnya tinggal bermain sudah tidak ada lagi, sudah berubah menjadi kebun sawit. Padahal ia sendiri tidak membutuhkan sawit dan tidak pula butuh minyak goreng, salah satu produk turunan sawit.

Syukurlah, masih ada lembaga-lembaga lingkungan dan individu pada pelestarian rawa tripa. Berkat kampanye yang masif baik di level lokal dan internasional akhirnya berhasil “memaksa” Menteri Kehutanan turun gunung, meninjau lokasi. Secara internasional, terkumpul 26 ribu tanda tangan untuk mendukung petisi penyelamatan Rawa Tripa.

Kita berharap hukum akan memihak kepada kebenaran sejati. Kebenaran yang melindungi umat manusia dari kehancuran alam.[m.nizar abdurrani]

read more
Ragam

Warga Desa Kembangkan Tanaman Obat Keluarga

Ibu-ibu di desa Lueng Keube Jagat Kabupaten Nagan Raya membuat tanaman obat keluarga (TOGA), sebuah program yang diprakarsai oleh dr. Redha Umrah dan istrinya, Siti Rahmah, yang juga seorang penulis dan peneliti bidang sosial. dr. Redha adalah dokter yang bertugas di Puskesmas setempat sejak beberapa tahun lalu. Tanaman TOGA seperti jahe, kunyit, kencur, sere, seledri dan sebagainya akan ditanam di pekarangan rumah dinas dr. Redha yang bersisian dengan pekarangan Puskesmas dimana ia bertugas sehari-hari.

Agar tanaman TOGA tidak menjadi santapan hewan kambing, maka kebun TOGA akan dipagari. ” Kami sudah menyiapkan polibag, bibit tanaman disediakan warga yang berasal dari mereka sendiri karena banyak ditanam disekitar rumah,” kata Siti Rahmah. Ia berharap TOGA ini nantinya dapat dikembangkan ke rumah warga masing-masing.

Kesulitan yang mereka, Siti Rahmah dan dr. Redha Umrah adalah mencari orang yang mampu melatih warga desa dalam berbagai kegiatan. Tempat mereka tinggal jauh dari pusat kota. ” Padahal ada banyak yang ingin kami lakukan seperti daur ulang sampah, membuat kompos, membuat berbagai masakan dan sebagainya,” ujar siti Rahmah.

Menanam Bibit Kebaikan

Ada yang beda di hari Minggu, (1/12/2013) saat hujan rintik-rintik menemani delapan orang ibu yang sedang duduk melingkar. Delapan  ibu berkumpul di rumah dinas dr Redha Umrah tepatnya di komplek Puskesmas Lueng Keube Jagat, Nagan Raya.  Ini minggu ke empat mereka yang haus pengetahun berkumpul. Kelompok ini diinisiasi oleh Siti Rahmah.

Diawal bulan Desember ini kelompok ini  kedatangan tamu yang sangat istimewa, seorang seniman yang bersedia meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu dan memberikan motivasi. Namanya Risman A. Rahman, yang memberikan motivasi kepada ibu-ibu bagaimana kelompok yang kecil menjadi sebuah kelompok yang besar. Bagaimana menjalin silaturahmi dengan sesama dan lain sebagainya.

Kelompok ini selalu melakukan kegiatannya setiap hari minggu, dengan belajar memasak bersama, menanam tanaman obat keluarga, diskusi, hingga belajar memodifikasi jilbab. Kelompok ini dibentuk karena keinginan Siti Rahmah “untuk menjadikan kelompok ini sebagai hadiah/kenang-kenangan ketika suaminya tidak lagi bertugas disini”.[]

read more
Ragam

Banjir Putuskan Jembatan di Aceh Timur

Sebuah jembatan yang menjadi penghubung di jalan lintas Sumatera, tepatnya di Gampong Kuta Lawah, Idi rayeuk, Aceh Timur putus total setelah dihantam banjir, Selasa malam (03/12/2013). Akibatnya, arus transportasi lumpuh total.

Amatan media, hingga pukul 23.00 WIB, ribuan kendaraan dari dua arah terjebak dikawasan banjir tersebut dan menimbulkan kemacetan. Menurut informasi yang berhasil dihimpun oleh media ini, jembatan tersebut ambruk dihantam banjir sekira pukul 16.00 WIB.

Jembatan yang ambruk tersebut merupakan jembatan darurat yang dibangun oleh rekanan yang sedang menyelesaikan pembangunan jembatan dikawasan itu.

“Saat pulang dari Medan ke Lhokseumawe tadi saya sempat terjebak hampir 1 jam. Karena saya seorang perempuan yang menyetir mobil dan membawa orang tua. Akhirnya warga sekitar dengan berusaha keras berhasil melewati mobil saya dari arus yang deras,” kata dr.Ainon, seorang pengendara yang terjebak banjir.

Belasan personel Aceh Timur dikerahkan ke lokasi. Mereka menjaga dan mengatur lalu lintas. Sejumlah petugas dari Pekerjaan Umum masih terus melakukan penimbunan di lokasi.

“Sampai berita ini diturunkan, jembatan tersebut masih putus dan belum bisa dilewati oleh pengguna jalan. Macet panjang terjadi hingga 8 kilometer,” Kata warga sekitar, Muhamad Ali.

Sumber: theglobejournal.com

read more