close

05/12/2013

Green Style

12 Cara Kurangi Jejak Karbon

Proses bisnis dan perilaku kita yang tidak efisien, menghasilkan emisi gas rumah kaca dan meninggalkan jejak karbon. Banyak negara yang telah mengembangkan sistem guna memangkas inefisiensi ini. Seperti sistem Lean Six Sigma di Amerika Serikat dan Kaizen di Jepang.

Catherine Reeves, Manajer Environmental, Health, Safety & Sustainability di Xerox, menyatakan, mengurangi jejak karbon adalah proses yang tak pernah berhenti. “Proses baru selalu muncul. Perubahan terus terjadi. Ide-ide baru terus berkembang,” tuturnya.

Namun semua proses tersebut, menurut Catherine adalah proses yang akan menunjang kemajuan perusahaan. “Proses ini menjadi peluang untuk menciptakan perusahaan yang berkelanjutan,” tuturnya. Tujuan utamanya adalah untuk menghemat sumber daya seperti bahan baku, energi dan air, menghemat biaya sekaligus menyelamatkan lingkungan.

Dari mana upaya ini harus dimulai? Sherry M. Adler, kontributor di Real Business, laman milik Xerox berbagi 12 cara memangkas jejak karbon. Sistem pencahayaan, peralatan dan lingkungan bisa menjadi awal upaya mengurangi jejak karbon ini.

1. Mengatur penerangan.
Matikan pencahayaan yang tidak perlu dan sesuaikan pencahayaan yang ada di lingkungan sekitar. Gunakan lampu hemat energi dan cat dinding Anda dengan warna-warna yang terang untuk membantu penyinaran. Pastikan furnitur Anda tidak menghalangi fungsi lampu.

2. Gunakan pencahayaan alami.
Buka jendela, manfaatkan atap agar sinar matahari masuk ke ruangan Anda. Panel surya bisa berfungsi ganda, membantu Anda mendapatkan sinar matahari dan tenaga.

3. Atur jam kerja.
Hindari pengalokasian jam kerja pada malam hari yang memerlukan banyak energi.

4. Tangani sampah.
Jangan buang sampah Anda ke tempat pembuangan sampah akhir. Serahkan ke pihak-pihak yang bisa mendaur ulang sampah tersebut atau yang menggunakannya sebagai bahan baku energi.

5. Bantu konsumen.
Bantu konsumen mendaur ulang produk yang sudah tidak terpakai, misal baterai atau TV bekas. Sediakan fasilitas pengiriman gratis bekerja sama dengan kantor pos setempat. Upaya ini bisa menghemat biaya dan mengurangi emisi gas rumah kaca yang terkait dengan limbah dan pengiriman.

6. Pakai ulang.
Rancang produk Anda agar bahan-bahannya bisa dipakai untuk memroduksi produk baru atau produk dengan kualitas yang lebih baik. Sehingga Anda tidak membuang-buang sumber daya. Semakin sedikit komponen atau sumber daya dalam sebuah produk semakin hijau produk tersebut.

7. Jaringan hijau.
Ciptakan jaringan pemasok yang ramah lingkungan. Pilih pemasok berdasarkan lokasi dan cara pengiriman. Semakin dekat dan sederhana semakin baik. Bantu pemasok Anda menjadi perusahaan dengan produk dan jasa yang ramah lingkungan.

8. Efisiensi manufaktur.
Tingkatkan efisiensi dalam proses manufaktur guna mengurangi kebutuhan terhadap fasilitas penyimpanan (pergudangan). Kurangi bahan baku dan kemasan produk guna mengurangi emisi gas rumah kaca.

9. Pangkas waktu operasi.
Semakin ringkas waktu operasi manufaktur semakin sedikit pula energi yang digunakan dan emisi yang dihasilkan.

10. Bersihkan udara.
Kurangi polusi udara dalam ruang. Gunakan fasilitas penyaringan udara.

11. Jalin kerja sama.
Jalin kerja sama guna menciptakan perusahaan hijau. Gunakan teknologi seperti komputasi awan dan ciptakan jaringan dengan organisasi-organisasi yang bisa membantu Anda mewujudkan organisasi yang ramah lingkungan.

12. Komitmen hijau.
Ciptakan komitmen untuk meraih target pengurangan jejak karbon. Ciptakan target baru jika target lama sudah tercapai.

Selamat berlomba mengurangi emisi gas rumah kaca penyebab perubahan iklim dan pemanasan global.

Sumber: Hijauku.com

read more
Flora Fauna

Fakta Ular yang Luar Biasa

Tahukah Anda bahwa ular terkecil di dunia bisa menggulung diri sekecil mungkin. Ular tak memiliki telinga dan hidung tetapi sangat gesit. Taring ular adalah senjata biologis paling maju saat ini. Lalu apa saja fakta unik, luar biasa, soal ular?

1. Ular bisa memakan ular lain yang lebih panjang.
Kate Jackson dari University of Toronto sudah pernah merekam video seekor ular kecil yang melahap ular yang lebih besar.

2. Ular memakan anak-anak mereka.
Banyak ular derik memakan anak-anak mereka yang dianggap tidak bisa bertahan hidup. Hal ini diketahui sejak tahun 2009 oleh ilmuwan di University of Granada Spanyol.

3. Ular bisa terbang tinggi.
Paniklah, ular bisa melompat dari ranting pohon ke pohon lainnya tanpa harus turun dahulu. Mereka akan memipihkan badannya lalu melompat.

4. Ular piton memakan seluruh mangsanya.
Piton bisa tidak makan sebulan tetapi ketika makan maka semua mangsanya dilahap tanpa ada yang dibuang.

5. Jangan menatap kobra.
Dalam kondisi apapun jangan pernah menatap kobra. Sebab mereka akan jadi mengarahkan racunnya ke mata anda.

6. Ular terkecil di dunia bisa menggulung diri sekecil mungkin.
Ular ini ditemukan di Barbados tahun 2008 dan ukurannya 10 cm saja. Setipis spaghetti! Ular tersebut bernama Leptotyphlops carlae.

7. Ular bisa puasa lama.
Marshall McCue dari University of Arkansas menyaksikan 62 ular, dari berbagai jenis, tidak makan sama sekali selama enam bulan dan masih bisa hidup, bahkan membesar.

Sumber: NatGeo Indonesia/intisari-online.com

read more
Hutan

Delapan Perusahaan Miliki Ijin Konsesi Restorasi Ekosistem

Meskipun banyak masalah yang dijumpai, pemerintah berkomitmen untuk tetap menjalankan restorasi ekosistem di hutan alam produksi. Saat ini terdapat 8 konsesi yang telah memperoleh ijin.

Selama ini hutan produksi dikenal kawasan hutan yang diijinkan untuk dieksploitasi demi usaha pemanfaatan kayu komersilnya. Sebaliknya, kawasan konservasi diperuntukkan untuk perlindungan berbagai kekayaan plasma nutfah. Eksploitasi hutan alam sendiripun telah dilakukan masif sejak tahun 1967 hingga mencapai puncak pada dekade 1990-an.

Paradigma ini mulai bergeser sejak munculnya Peraturan Menteri Kehutanan nomor 159/2004 tentang restorasi ekosistem di hutan alam produksi.  Menyadari bahwa eksploitasi hutan alam telah menyebabkan degradasi lingkungan dan kawasan, upaya Restorasi Ekosistem (RE) ditujukan untuk mengembalikan unsur biotik (flora dan fauna) serta unsur abiotik (tanah, iklim dan topografi) pada kawasan hutan produksi, sehingga tercapai keseimbangan hayati.

Meskipun upaya serupa juga dilakukan di negara-negara lain, di Indonesia RE berbeda.  Pertama karena upaya pemulihan dilakukan di hutan produksi bukan di hutan konservasi atau hutan lindung seperti yang dilakukan di negara lain, dan kedua karena upaya RE dilakukan oleh investor dalam bentuk area konsesi usaha.  Dari ijin RE, investor masih dapat memanfaatkan kayu, hasil hutan non kayu, jasa lingkungan seperti air dan pariwisata.

Ijin RE, yang disebut dengan IUPHHK-RE (Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Restorasi Ekosistem) ternyata banyak menarik minat dan perhatian investor. Berbeda dengan IUPHHK-HA (Hutan Alam) yang memiliki maksimum ijin 55 tahun, maka IUPHHK-RE memiliki konsesi hingga 60 tahun dan dapat diperpanjang hingga 35 tahun.

Ijin IUPHHK-RE
Hingga bulan November 2013, telah terdapat 8 unit areal Restorasi Ekosistem yang diterbitkan ijinnya, dengan total meliputi 377.428 hektar kawasan hutan produksi.  Hingga saat ini, pemerintah masih memproses 30 pengajuan aplikasi untuk ijin RE. Upaya ini tidak terlepas dari target pemerintah untuk mencapai 2,6 juta kawasan hutan produksi untuk aktivitas RE.

Ijin IUPHHK-RE pertama dilakukan pada tahun 2007 di Sumatera Selatan, yang dilakukan oleh PT REKI (Restorasi Ekosistem Indonesia) yang disponsori oleh konsorsium Burung Indonesia.  Burung sendiri adalah sebuah lembaga non profit yang peduli terhadap kehidupan satwa liar, dengan perlindungan habitat hidupan burung sebagai pusat perhatiannya.

Dalam perjalanannya masih dijumpai berbagai tantangan untuk mewujudkan area RE.  Bambang Hendroyono, Dirjen Bina Usaha Kehutanan Kemenhut mengakui jika lokasi RE tidak bebas dari perambahan, illegal logging, illegal mining yang dapat menggangu aktivitas konservasi.  Demikian pula dukungan dari pemerintah daerah dianggap masih rendah karena konsep RE sendiri belum sepenuhnya dipahami.

Sumber: mongabay.co.id

read more