close

07/12/2013

Ragam

Penangkapan Aktivis Greenpeace Merupakan Pembungkaman Gerakan Lingkungan

Awal bulan November ini menandai 18 tahun peringatan pembunuhan tragis penulis vokal dan aktivis lingkungan Ken Saro Wiwa dan delapan rekannya oleh pemerintah Nigeria. Saro-Wiwa dan kawan-kawannya melancarkan kampanye panjang untuk menghentikan perusahaan minyak multinasional Royal Dutch Shell dari pengeboran di tanah milik masyarakat Ogoni di kawasan Delta Niger.

Kelompok militer Nigeria menekan dan mengintimidasi penduduk Ogoni selama bertahun-tahun karena mereka menentang program pengeboran minyak Shell. Saro-Wiwa dan kawan-kawannya membela komunitas mereka dan lingkungan alam setempat dari industri ekstraktif yang menghancurkan.

Bulan November 1995, pengadilan khusus yang dibentuk oleh pemerintah militer secara ilegal menahan dan mencoba menjatuhkan dakwaan atas dasar tuduhan palsu. Dinyatakan bersalah tanpa proses hukum, mereka dijatuhi hukuman mati 10 hari kemudian, meskipun mendapat kecaman keras dari dunia internasional. Sayangnya, ini bukan peristiwa yang pertama dan terakhir.

Sebuah laporan terbaru oleh organisasi HAM Global Witness mendokumentasikan pembunuhan lebih dari 700 aktivis lingkungan dan pejuang hak masyarakat adat selama lebih dari satu dekade terakhir, kira-kira lebih dari satu pembunuhan per minggu.

Mereka meninjau database, studi akademis dan berita serta berkonsultasi dengan PBB dan lembaga internasional lainnya. Mereka menemukan penduduk yang sering ditekan, diintimidasi, dipukuli, dilecehkan dan tak jarang yang akhirnya dibunuh karena menentang perburuan satwa liar, pembalakan liar, pembangunan bendungan, kegiatan perusahaan pertambangan asing – termasuk beberapa perusahaan Kanada.

Saya mengalami sendiri realita ini di tahun 1988 ketika mewawancarai penyadap karet Chico Mendes tentang perjuangannya menyelamatkan hutan Amazon di Brazil untuk The Nature Things. Ia tewas dibunuh dua minggu kemudian. Tahun berikutnya, Ketua Suku Paiakan, Kaiapo meminta saya menghentikan pembangunan bendungan di Altamira, Brazil. Bersama istri saya, Tara kami mengumpulkan uang sebesar $70,000 untuk demo dan Bank Dunia diyakinkan menarik pinjaman proyek. Paiakan diancam akan dibunuh setelah itu. Kami membawanya dan seluruh keluarga ke Vancouver sampai bahaya surut.

Banyak contoh penganiayaan dan pembunuhan terjadi di negara-negara dengan catatan buruk pelanggaran HAM, seperti Sri Lanka, Guatemala dan Republik Demokratik Kongo. Namun yang mengejutkan, kebanyakan serangan terhadap aktivis lingkungan telah terjadi di negara-negara seperti Brazil, Meksiko dan Filipina dengan pemerintah yang terpilih secara demokratis, peradilan yang independen, serta lembaga lain yang dimaksudkan untuk melindungi hak penduduk mereka untuk menyuarakan keprihatinan terhadap lingkungan tanpa menghadapi tekanan, intimidasi dan kekerasan.

Negara-negara ini juga telah menanda tangani perjanjian internasional untuk melindungi HAM, seperti Deklarasi PBB tentang Hak Masyarakat Adat. Seperti penahanan yang terjadi baru-baru ini terhadap 28 aktivis Greenpeace dan dua orang jurnalis lepas oleh pemerintah Rusia dengan jelas menunjukan HAM menjadi sangat rentan ketika pemerintah secara agresif mengedepankan kepentingan perusahaan dibandingkan lingkungan yang sehat, dan siap menggunakan taktik tangan besi untuk menyingkirkan orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka.

Dalam kasus yang terbaru ini, pasukan khusus Rusia menangkap aktivis Greenpeace termasuk dua orang Kanada, Alexandre Paul dan Paul Ruzycki, yang mencoba menggantung spanduk di sisi sebuah anjungan minyak di perairan Arktik. Mereka melakukan aksi protes damai menentang Gazprom, sebuah perusahaan minyak Rusia untuk menghentikan pengeboran minyak di kawasan yang secara ekologis paling rentan di dunia serta di saat yang bersamaan mereka mencoba mengingatkan kembali konsekuensi perubahan iklim.

Karena telah bersuara untuk menjaga Arktik, mereka dipenjara selama dua bulan dengan kondisi yang sulit dan semuanya baru-baru ini dibebaskan bersyarat. Sekarang mereka berhadapan dengan kemungkinan pemenjaraan yang panjang jika terbukti bersalah atas tuduhan pembuat keonaran (hooliganism).

Meskipun pemimpin dari Negeri Belanda, Brazil dan Jerman telah menyerukan pembebasan untuk warga mereka dan anggota Arktik 30, Perdana Menteri Kanada Stephen Harper dan Menteri Luar Negeri John Baird sejauh ini masih tetap bungkam. Anda bisa ikut mengirimkan surat ke Kedutaan Rusia untuk mendesak pemerintah membatalkan tuntutan.

Terlalu sering, pemerintah terlalu cepat menggunakan kekuatan yang berlebihan dan bahkan memutar balik keadilan untuk terus menjaga aliran minyak dan gas, kayu, membendung sungai-sungai dan ekstraksi mineral. Seperti yang diungkapkan dalam penelitian Global Witness, penduduk sering dibunuh, apalagi penduduk asli yang miskin.

Kita harus terus mengingat pengorbanan Ken Saro-Wiwa, Chico Mendes dan ratusan orang lainnya yang membela hak-hak rakyat untuk bersuara bagi lingkungan, tanpa rasa takut akan intimidasi, penangkapan dan kekerasan.

Sumber: greenpeace.co.id

read more
Energi

Kisah Sukses Desa Wisata Berbasis Energi

Terik Matahari dan hembusan angin laut memutar baling-baling kincir yang terpasang berjejer tidak begitu jauh dari bibir pantai, hanya berkisar 250 meter jauhnya. Berjejer rapi, tinggi tiang berkisar antara 10 hingga 15 meter. Petugas Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) sedang sibuk dengan rutinitasnya melakukan kontrol teknis, instalasi dan mengoperasikan pembangkit listrik.

Kegiatan ini menjadi rutinitas Murjianto dan rekan-rekannya di sekretariat Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) di Pantai Baru, Ngentak, Poncosari, Srandakan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Sejak awal proyek energi ramah lingkungan ini dijalani di tahun 2010, Murjianto masih terus berkutat dengan peralatan yang berhubungan dengan energi terbarukan.

Sebagai negara yang yang memiliki wilayah pesisir terpanjang, kondisi wilayah Indonesia yang terletak di sepanjang garis khatulistiwa, memiliki intensitas sinar surya sangat tinggi. Belum lagi wilayah Indonesia yang terdiri atas kepulauan, sehingga sumber angin laut dan angin daratnya pun sangat memadai.

Murjianto juga menjelaskan sebagian listrik di pantai ini dipasok dari Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH), yakni gabungan dari pembangkit listrik tenaga surya dan angin. Daerah ini juga menerapkan sistem terintegrasi bagi pertanian, perikanan, dan kawasan wisata alam serta penggunaan bahan bakar ramah lingkungan mengunakan biogas—dari sisa kotoran ternak sapi. Desa wisata Ngentak, Poncosari, merupakan model percontohan Sistem Inovasi Daerah (SiDA) Indonesia.

“Saat ini 70 persen energi listrik di pesisir pantai menggunakan PLTH, dan 30 persen masih suplai dari PLN,” kata Murjianto. Berdasarkan data teknis sistem PLTH turbin angin dan panel surya, Pantai Baru Bantul, penghasil energi berasal dari tiga bagian. Sedangkan jumlah keseluruhan enegeri yang dihasilkan yaitu 87 kilo Watt Sedangkan energi yang tersimpan yaitu 4045 Ah. Adapaun energi yang diguanakan ketika siang dan malam sebanyak 24 kilo Watt.

Koordinator teknis PLTH Pantai Baru, Sutarto ketika ditemui Mongabay Indonesia di sekretariat workshop PLTH mengatakan, awal MoU proyek ini dijalankan, energi dari PLTH ini diperuntukkan membantu keperluan nelayan. Mulai dari membuat es balok, sehingga ikan tangkapan bisa diawet dan tetap segar. Serta kebutuhan air untuk lahan pertanian dan kolam-kolam ikan.

Sutarto menambahkan, saat ini terpasang 33 buah turbin angin dengan berbagai kapasitas mulai dari 2,5 kW hingga 10 kW. Di sebelah barat pos, ada 21 turbin angin 1 kW/240 V yang dibangun dalam satu kawasan. Sedangkan untuk panel surya daya terdapat 175 panel surya yang beroperasi.

“Cuaca menjadi kendala dalam pengoperasian PLTH. Jika musim kemarau jumlah energi yang didapat lebih maksimal dibanding musim hujan,” kata Sutarto.

Saat ini, energi listrik yang dihasilkan dari turbin angin dan panel surya digunakan untuk keperluan penerangan jalan, kebutuhan listrik warung-warung kuliner di pinggir pantai, pompa air, dan pembuatan balok es sebanyak 1.000 kilogram es balok per hari untuk pengawetan ikan, mengisi ulang aki nelayan untuk digunakan melaut dan memompa air sumur renteng untuk kebutuhan petani di pesisir pantai.

“Ada sekitar 40 kios warung kuliner yang sudah menggunakan tenaga PLTH. Perbaikan selalu dilakukan untuk memaksimalkan penggunaan PLTH,” kata Sutarto.

Selain itu, hal yang menarik lainnya adalah selain sumber listrik yang berasal dari PLTH, Iwah Fahmi selaku pemuda asli Ngentak, Poncosari, Srandakan Bantul yang juga aktif sebagai anggota kelompok Pemuda Peduli Penyu Pandansimo-Bantul memaparkan, di Desa Ngentak juga terdapat sumber biogas dari peternakan masyarakat yang terletak tidak jauh dari pantai.

Ada tiga di gester (penampung biogas) berdiameter sekitar tujuh meter yang ditanam di dekat kandang ternak milik kelompok ternak tersebut. “Gas yang dihasilkan disalurkan ke warung-warung kuliner untuk memasak sehingga biaya untuk membeli gas tabung dapat ditekan,” kata Iwan.

Selain itu, pada sektor perikanan dan pertanian lahan pasir juga telah dikembangkan disini dengan sistem akuaponik yaitu kolam ikan air tawar yang mengandalkan metode penyaringan tumbuhan untuk membersihkan air. Air yang dipompa dari bawah tanah dengan listrik hibrida digunakan untuk perikanan dan pertanian serta sebagian untuk kebutuhan air bersih di kawasan wisata pantai.

Paket eduwisata menawarkan kegiatan berkeliling desa dengan bersepeda dan dipandu oleh pemuda setempat. Peserta paket wisata bisa menyaksikan kehidupan sehari-hari warga Poncosari, mendapatkan pengetahuan tentang aktivitas ekonomi mikro perdesaan, memahami dasar nilai-nilai konservasi lingkungan, serta melihat perkembangan teknologi energi terbarukan dan pertanian modern.

“Selain meningkatkan peluang investasi ke depan infrastruktur jalan akses yang dibangun dan sudah lebih baik dari sebelumnya, dan keuntungan ekonomi akan terus meningkat,” kata Sutarto.

Sumber: Mongabay Indonesia

read more
Flora Fauna

Brimob Gorontalo Tolak ‘Souvenir’ Hewan Liar Mereka Disita

Ratusan anggota Brimob Gorontalo yang baru tiba dari Ternate menggunakan KM Lambelu, kedapatan membawa ratusan satwa dilindungi seperti burung kakak tua raja, kakak tua jambul kuning, nuri, elang Maluku dan satwa lain pada Rabu (4/12/2013). Kala hendak disita Karantina, Brimob menolak, bahkan sempat terjadi intimidasi terhadap wartawan yang hendak meliput penyitaan ini.

Awalnya, wartawan menduga ratusan burung itu sebagai bukti sitaan polisi. Ketika menelusuri lebih jauh, ternyata mereka mendapati SSK Brimob Polda Gorontalo, tidak membawa izin penyitaan burung.

Bahkan, kala karantina hendak menyita, anggota Brimob Gorontalo malah menolak dan melawan. “Mereka mengaku ratusan burung itu souvenir, tapi saat difoto malah mengeluarkan suara keras,” kata Abineno, wartawan Beritamanado.com di Manado, Jumat (6/12/13).

Aparat nyaris merampas kameranya. Meski berulang-ulang coba menenangkan situasi, dia nyaris saja menerima pukulan. “Saya memotret Christian yang didorong dan dimaki brimob. Setelah itu, mereka memerintahkan menghapus gambar di dalam kamera. Saya menolak.”

Awalnya, beberapa wartawan Kota Bitung ini hendak memasuki ruang dialog antara Penanggung Jawab Balai Karantina, Kapolsek Bitung dan Komandan Kompi Brimob Gorontalo, yang hendak menyelesaikan permasalahan ini.

Saat berniat memasuki Kantor Karantina, beberapa wartawan dicegat dan menerima makian dari anggota Brimob yang sedang emosi. “Mereka tidak mengizinkan saya masuk ke ruang dialog. Beberapa aparat malah mendorong dan mengeluarkan makian. Saya nyaris dipukul,” kata Christian Wayongkere, wartawan Tribun Manado.

Saat kejadian berlangsung Kepala Balai Karantina dan Polsek tidak berani menindak tegas. Mereka membiarkan brimob membawa ratusan satwa ini untuk menghindari konflik lebih luas.

“Katanya satwa itu dibawa sebagai souvenir setelah mereka bertugas selama setahun di Ternate,” kata Sugiman, Kepala Kantor Balai Karantina Kelas I Manado di Kota Bitung, dikutip dari Beritamanado.com.

Dia mengaku berusaha menjelaskan kepada Iptu Rustam, Danki Brimob Gorontalo, soal satwa yang dibawanya melanggar aturan. Namun dia bersama staf tak bisa berbuat banyak apalagi menindak karena situasi tak memungkinkan. “Situasi tidak memungkinkan untuk penyitaan karena mereka pasti melawan. Maka kami biarkan saja, toh juga satwa itu akan dibawa ke Gorontalo.”

AJI Kecam Arogansi Brimob

Yoseph Ikanubun, Ketua Aliansi Jurnalis Independen Manado, mengecam arogansi anggota Brimob Polda Gorontalo ini. Menurut dia, tindakan itu tidak hanya melanggar kerja jurnalis menyebarkan informasi, namun terindikasi mengaburkan fakta di lapangan.

Menyikapi permasalahan ini,  AJI menuntut kapolri segera menindak tegas anggota brimob ini. Yoseph menilai, aparat kepolisian seharusnya menjadi bagian penegakan hukum, bukan melakukan intimidasi sebagai pembenaran.

read more