close

06/01/2014

Ragam

Walikota Pekanbaru Luncurkan Program ‘Radio Green’

Walikota Pekanbaru Firdaus ST MT mengajak masyarakat menicintai lingkungan dengan memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan terutama yang berkaitan dengan tumbuh-tumbuhan atau pepohonan.

Hal itu diungkapkan Walikota dalam pengangarahannya pada acara lounching Radio Green yang dikemas dengan gerakkan penanaman, pohon dan penyebaran bibit ikan di Sungai Siak di Bantaran Sungai Siak Meranti Pandak, Kecamatan Rumbai Pesisir, Senin (6/1/2014).

Walikota menyebutkan bahwa acara lounching radio green dirasakan sebagai lanagkah yang sangat peduli dilingkungan, selain acara resminya digelar di pinggiran sungai Siak, acara juga dilanjutannya menanam pohon dan penebaran bibit ikan di hulu sungai Siak.

Dalam kesempatan itu Walikota bersama tokoh masyarakat setempat melepaskan enam ekor burung Merpati pertanda Lonching dan mulai menguadaranya Radio FM 97,6 tersebut, serta diserahkan secara simbolis pohon penghijauan darai utusan bank Panin sebagai pertanda dimulainya penghijauan di hulu sungai Siak.

“Kita memberikan apresiasi kepada manajemen radio green yang mendedikasikan media public ini untuk kepentingan lingkungan. Kita juga sudah membaca kiprah radio Ini yang sebagian besar arah programnya pada kepedulian lingkungan.,’’ ujar Walikota, Senin (06/01/2013).

Ditambahkan Walikota, bahwa semakin banyak media publik dan LSM serta organisosial bergerak dalam kepedulian, maka besar harapan akan memotivasi masyarakat untuk semakin peduli lingkungan.

“Diakui, bahwa saat ini tingkat kesadaran dan kepdedulian lingkungan sebagian masyarakat kita masih sangat rendah, maka sangat diperlukan keikutsertaan seluruh pihak untuk mengajak masyarakat mencintai dan peduli dengan lingkungan. Bila kepedulian itu bisa terbangun , maka sangat besar harapan kita terwujudnya kota yang bersih, kota yang sehat dan kota yang asri,” tutur Walikota.

Sumber: riauterkini.com

read more
Flora Fauna

Polisi Ringkus Pemilik Offset Satwa Liar yang Dilindungi

Polisi Daerah (Polda) Aceh berhasil meringkus pemilik beberapa offset (bagian tubuh hewan yang diawetkan-red) satwa liar yang dilindungi oleh Pemerintah. Penangkapan dilakukan di Kabupaten Aceh Tengah masing-masing tersangka berinisial M dan MM. Keduanya dalam proses pemeriksaan saat ini di Mapolda Aceh, Banda Aceh.

Direktur Reskrimsus Polda Aceh, Kombes Pol Joko Irwanto dalam konferensi pers, Senin (6/1/2013) mengatakan, tersangka M dan MM merupakan penampung dan juga ahli dalam membuat offset satwa liar tersebut. “Mereka itu penampung dan pembuat offset ,”kata Joko Irwanto.

Dijelaskannya, penangkapan tersangka penyimpan dan pembuat offset di dua lokasi yang berbeda, masih dalam wilayah Kabupaten Aceh Tengah. Offset satwa liar direncanakan akan diperjual belikan namun sudah terlebih dahulu tertangkap polisi.

“Rencana kita akan pancing pembelinya untuk mengusut jaringan bisnis offset satwa liar yang bila ditotalkan bernilai ratusan juta,” tegasnya.

Adapun offset yang berhasil diamankan adalah Harimau Sumatera satu ekor dan kepala Harimau Sumatera 1 buah, Macan Dahan, Beruang Madu, Kijang Muntjak, Kambing Hutan, Kucing Emas dan juga ada sejumlah gigi beruang.

“Harimau Sumatera itu bernilai Rp 80 juta dan Macan Dahan itu Rp 20 juta, jadi ada ratusan juta kalau dijual,” tambahnya.

Joko mengatakan tersangka dijerat Undang-undang Perbuatan tersebut melanggar Undang-undang Republik Indonesia nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Mereka terancam hukuman 5 tahun penjara dan denda Rp 100 juta.

“Kita akan komit tahun 2014 ini untuk mengusut penjualan offset satwa liar, ini kasus pertama yang Polda Aceh tangani,” tegasnya.

Terkait tahun lalu adanya keterlibatan anggota TNI dalam menyimpan offset Harimau Sumatera dan sudah divonis oleh Mahkamah Militer Banda Aceh, Joko mengatakan tidak ada kaitannya. Ini murni kasus yang ditangani Polda Aceh atas informasi dari masyarakat.

“Tidak ada hubungan dengan itu,tapi kita tetap akan kembangkan kasus ini,” tutupnya.[]

read more
Perubahan Iklim

Biar Iklim Kota jadi Adem, Perbanyaklah Taman

Taman cocok bukan hanya cocok untuk berekreasi tapi ternyata taman kota juga berfungsi sebagai pengontrol iklim kota (mikro iklim). Sebagaimna yang diteliti oleh tim ilmuwan di Hamburg yang menemukan bahwa taman berguna dalam memerangi perubahan iklim.

Relaksasi sejenak di taman kota yang rindang dan hijau saat matahari panas terik tentu terasa nikmat. Tidak hanya lebih hijau dan lebih sunyi ketimbang wilayah urban di sekitarnya, namun juga lebih adem. Tidak ada gedung dan permukaan jalan yang dapat menyimpan dan merefleksikan panas matahari.

Tetap saja, setiap hari di Jerman, sebidang lahan berukuran sekitar 50 lapangan sepakbola diaspal atau menjadi korban pembangunan kota. Menjamurnya bangunan terutama berdampak pada iklim kota. Semakin padat sebuah kota, semakin terasa apa yang disebut dengan pulau bahang kota, yakni suhu udara di wilayah perkotaan yang lebih hangat dibandingkan wilayah pedesaan di sekitarnya. Di sebuah pusat kota Jerman, suhunya tiga derajat Celsius lebih tinggi daripada wilayah sekitarnya.

Sebuah studi mengenai pengaruh tanah dan vegetasi terhadap iklim kota menunjukkan betapa pentingnya bagi kota untuk mempunyai lahan yang terbuka dan tidak beraspal. Sebuah tim riset dari Hamburg baru-baru ini meluncurkan proyek Pengamatan Iklim Tanah Kota Hamburg (HUSCO).

Mereka menempatkan fasilitas pengukuran di dua titik untuk mengetahui sejauh apa tanah mendinginkan iklim sekitar dan bagaimana dampak dari jenis tanah yang berbeda-beda. Sebuah stasiun pengukuran ditempatkan di sebuah rawa dengan level air tanah yang tinggi, dan satu stasiun lagi di sebuah wilayah kering dengan level air tanah yang rendah.

Sensor jauh di dalam
Di kedua lokasi, tim ilmuwan membangun stasiun cuaca mini untuk mengukur suhu, kecepatan angin dan kelembapan. Mereka juga menggali parit dan menaruh sensor tanah tepat di bawah permukaan dan juga pada kedalaman 1,6 meter, jelas manajer proyek Annette Eschenbach. “Sensor antara lain mengukur suhu tanah dan kandungan air,” ungkap peneliti tanah dari Universitas Hamburg tersebut.

Sensor telah mengumpulkan data dalam 3 tahun terakhir. Bukti menunjukkan bahwa lokasi pengukuran mengering pada periode dengan curah hujan rendah, jelas Eschenbach. “Semuanya tergantung level air tanah di lokasi pengukuran.”

Tanah lembap terbantu oleh air tanah, sehingga cenderung mengering lebih lambat pada musim kering ketimbang tanah dengan level air tanah rendah.

Para periset menemukan bahwa tanah lembap lebih mendinginkan udara di sekitar dibandingkan tanah kering. Terutama sepanjang tahun, suhu di taman kota setengah derajat lebih rendah daripada lingkungan sekitar yang penuh bangunan. “Ini berarti taman kota berperan amat penting bagi iklim setempat,” kata Eschenbach.
Tim riset menggali lubang yang dalam untuk menaruh sensor

Tanah lembap paling efektif
Memiliki lebih banyak lahan tak beraspal di kota bisa menjadi elemen penting seraya manusia beradaptasi dengan perubahan iklim. “Membangun lebih banyak taman selalu bermanfaat bagi iklim kota,” tukas Annette Eschenbach. Namun periset itu menambahkan, proyek Hamburg telah menunjukkan bahwa taman sebaiknya dibuat di lokasi dengan tanah lembap. Dengan begitu, fungsi mendinginkan taman akan jauh lebih efektif.

Namun hasrat untuk membuat lebih banyak taman kota bertentangan dengan ambisi meluas untuk membangun lebih banyak permukiman di kota untuk menjaga harga sewa terus terjangkau. Para pakar mengkhawatirkan dampak pulau pahang kota akan semakin parah di masa depan, bukan hanya karena kota-kota semakin padat, tapi juga karena perubahan iklim global.

“Beberapa tahun terakhir sudah cukup lembap, jadi yang kami butuhkan segera saat ini adalah musim panas yang hangat dan kering,” Eschenbach menyimpulkan, sembari menambahkan bahwa studi HUSCO akan terus dilanjutkan. Sebuah periode dengan cuaca yang sangat panas, katanya, akan memungkinkan timnya untuk mendapat bukti lebih lanjut mengenai dampak taman kota terhadap iklim kota Hamburg.

Sumber: dw.de.com

read more