close

07/01/2014

Flora Fauna

Harimau Sumatera Melawan Punah (Bagian I)

Harimau dan manusia telah hidup berdampingan di Sumatera. Manusia bersaing dengan harimau untuk memperoleh makanan, terkadang harimau membunuh manusia dan sebaliknya manusia dengan akal pikiran dan taktik serta alat modern mampu membunuh harimau. Selalu terjadi ketegangan antara manusia dan harimau tentang siapa yang seharusnya menguasai hutan di Sumatera.

Menurut WWF – Indonesia  (Sumatran Tiger Conservation 2010) perkiraan populasi harimau di Sumatera berjumlah 400 individu tersebar di beberapa kantong habitat, nyatanya habitat alami Harimau telah terdegradasi. Saat ini harimau  masih  terus berjuang secara alami untuk dapat bertahan hidup, habitatnya terdesak kanan kiri, diburu siang dan malam oleh manusia, ini  salah satu kesialan harimau Sumatera.

Beruntung harimau tercipta sangat kuat, daya jelajahnya bisa sampai puluhan kilometer, harimau Sumatera bisa melintas segala medan dari gunung, Sungai, rawa dan hutan rimba. Harimau  memiliki mata yang dilengkapi dengan retina mengandung unsur infra merah yang mampu menguasai malam dan memangsa di kegelapan hutan.

Kemampuan berlarinya  memiliki  kecepatan untuk menangkap mangsa. Kemampuan memakan mangsanya mengandalkan taktik perburuan individual, bersembunyi, mengejar dan menyerang secara tiba-tiba lalu membunuh mangsanya. Suaranya adalah intimidasi dan teror bagi mangsa bahkan untuk manusia,

Menurut Ahli Harimau Sumatera Sunarto dalam jurnal ilmiah (Tigers Need Cover 2012), harimau Sumatera cenderung menghindari perkebunan dan lebih memilih hutan. Habitat hutan tropis Sumatera adalah rumah yang menyediakan makanan. Kondisi yang disukai harimau, selain ketersediaan mangsa yang cukup, adalah, jarak yang tidak terlalu jauh dari titik pusat blok hutan berukuran besar (>50,000 ha). Tutupan tumbuhan bawah yang rapat, serta tingkat aktivitas manusia yang minimal.

Hidup dihabitat baru seperti di kebun sawit, karet dan  hutan tanaman industri,  ini terjadi di Sumatera Bagian Tengah di Provisinsi Riau  dan  Jambi, harimau harus beradaptasi dengan  lingkungannya. Nasib paling sial jika ditembaki oleh pengawas perkebunan dan petugas hutan dan terkena jerat pemburu.

Habitat baru harimau  juga kemungkinan akan dikuti oleh satwa mangsa untuk beradaptasi dengan lingkungan baru agar tetap bertahan hidup. Disini pula akan  ada makanan bagi harimau seperti babi hutan, rusa, atau pun landak, teritorial pun harus diperkecil sesuai dengan daya dukung perkebunan. Tanda alami teritorial  seperti air kencing, bulu,  cakaran kuku di pohon,  ini semua akan di  bagi rata dengan harimau lainnya, harimau harus “Sharing territorial”

Habituasi dan Adaptasi
Contoh paling nyata terjadi di Provinsi  Riau yang kawasan hutan alamnya  telah terdegradasi, dikonversi menjadi perkebunan  sehingga mengubah habitat harimau. Sejalan  dengan itu banyak aktivitas manusia dihabitat harimau  seperti aktivitas perkebunan, Hutan Tanaman Industri dan  transmigrasi dan serta hadirnya rombongan  pencari getah gaharu yang hilir mudik di kawasan ini.

Harimau Sumatera dalam 20 tahun terakhir  kemungkinan  besar  paham terhadap kehadiran manusia di sekitar hutan yang disebutkan di atas. Secara alami mereka mempelajari pola harian manusia, analisa sederhananya  adalah  anak harimau telah diajarkan oleh induknya dalam menghadapai manusia dan  dari proses habituasi (kebiasaan) ini,  harimau telah mengenal baik kehadiran manusia di habitatnya, secara naluri tinggal mau diapakan manusia tersebut,

Pembelajaran oleh induk adalah kunci dari bertahannya harimau di alam liar sumatera. Induk akan membiasakan dengan pola habitat ini, ini adalah salah satu suksesnya harimau bertahan di segala kondisi habitat.

Begitu pula pemahaman manusia di sekitar habitat terhadap harimau, terkadang harimau sering dijumpai, seperti saling berpapasan  sekilas, temuan tapak dan cakar. Hal  ini  sangat sering dijumpai bahkan jadi pembicaraan  tempat temuan tersebut dan putusan akhir kembali ke masyarakat sekitar, mau di apakan diapakan harimau tersebut ? dibunuh atau ditangkap.

Interaksi pertemuan dua mahluk hidup ini memilki hubungan ini sangat komplek dan unik, tingkat kejadian perselisihan seberapa sering sehingga konflik dapat diperkecil. Mungkin ini salah satu penyebab kenapa harimau sekarang lebih berani menyerang dan masuk ke areal manusia. Faktor habituasi dengan manusia dan harimau dapat dijadikan standar pengelolaan konservasi harimau,   baik di perkebunan dan sekitar pemukiman. Secara umum dapat disimpulkan bahwa harimau lebih mengusai habitatnya dan namun pada akhirnya pihak yang kalah tetap harimaunya. [bersambung…]

read more
Energi

Sampah Kota Tangerang Dibikin Pembangkit Listrik

Kota Tangerang, Banten, menjadi kota pertama di Indonesia yang dijadikan “Project Riset” dalam pengujian dan pengolahan sampah berbasis ramah lingkungan dari Lembaga Riset Muda Indonesia (LRMI).

“Kota Tangerang terpilih sebagai kota pertama untuk menjadi project riset dalam pengujian dan pengolahan sampah berbasis ramah lingkungan oleh LRMI,” kat Walikota Tangerang, Arief R Wismansyah, di Tangerang, Minggu.

Ia mengatakan, riset oleh LRMI tersebut akan dilaksanakan pada minggu kedua bulan Januari di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing.

Tujuan riset ini untuk mengurangi volume sampah secara efektif berbasis efesien dan ramah lingkungan. Selain itu, nantinya dari pengolahan sampah akan menghasilkan pembangkit listrik skala makro.

Adapun alasan terpilihnya Kota Tangerang sebagai project pertama, Arief menambahkan, karena Pemkot Tangerang dinilai sangat konsisten dalam penanganan sampah sehingga sudah menjadi salah perhatian bank dunia.

Selain itu, kuantitas dan volume sampahnya yang sangat besar. Walaupun tercatat sudah ada 20 kota/kabupaten yang telah siap menjadi project riset ini. “Namun kota Tangerang menjadi kota pertama yang dipilih oleh LRMI untuk menjadi project riset,” pungkasnya.

Dijelaskannya, project riset ini berbasis teknologi “Enviro Zero Waste System” yaitu metode dan hasil yang digunakan akan dikembangkan tetap berbasis lingkungan.

Cara kerja teknologi dalam pengolahannya tidak memerlukan pemilahan dan pemisahan sampah, sehingga berbeda dengan teknologi pengolahan sampah lainnya.

“Teknologi sangat efektif karena kita dapat mengelola sampah tanpa harus memilah sampah basah dan sampah kering, sampah langsung bisa diolah tanpa proses pengeringan,” ujarnya.

Teknis sistem pengolahan sampah ramah lingkungan ini juga tanpa menggunakan bahan bakar karena sistem pembakaran menggunakan energi udara dengan bantuan blower.

Untuk awalnya, energi pembakaran dengan menggunakan magma karena pembakarannya harus bekerja selama 24 jam. Sehingga kondisi alat akan memiliki status panas stabil.

Dengan menggunakan teknologi ini pengelolaan sampah akan menghasilkan insectisida organik, pupuk dan abu bahan batako.

Walikota juga menambahkan bahwa teknologi ini akan mengelola sampah di TPA Rawa Kucing sebanyak 10 ton sampah setiap harinya.

Bahkan nantinya bisa diterapkan di TPST karena memang sistemnya yang ramah lingkungan, tidak menggunakan bahan bakar dan tidak menimbulkan bau sampah bahkan akan tercium bau ragi karena ada metode fermentasi.

“Intinya, Pemerintah Kota Tangerang terus berkomitmen melakukan penataan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing karena seiring dengan bertambahnya penduduk,” katanya.

Sumber: antaranews.com

read more
Ragam

Melihat Kampung Organik Nan Asri Kota Magelang

Di Kota Magelang, Jawa Tengah, budidaya organik tak hanya berkembang di perumahan. Budidaya organik merebak pula di sekolah. Salah satunya di SD Negeri Kramat 1 Kota Magelang. Halaman sekolah ini tak luas-luas amat. Namun, aneka tanaman organik berjejer di sana. Dari tanaman bunga hingga sayur-mayur.

Tanaman organik tersebut berada di pot plastik, kaleng bekas, bahkan sekadar tumbuh di dalam kantong plastik. “Sebelumnya halaman sekolah hanya ditanami berbagai bunga,” kata Roinah, penjaga SDN Kramat 1, Senin (6/1).

Setelah berkonsultasi dengan para guru, lanjut Roinah, tanaman selain bunga pun dicoba. Mulailah muncul cabai, sawi, kubis, terong, hingga daun bawang. Tanaman di halaman sekolah ini memang belum sampai umur panen tapi semua tanaman terlihat terawat dan tumbuh baik.

Ide kreatif SD Negeri Kramat 1 pun mendapat apresiasi. Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito mengatakan, budidaya tanaman organik ini patut dicontoh. “Tularkan kepada siapa pun agar budidaya tanaman organik dapat bermanfaat bagi semua warga,” kata dia.

Selain mendukung program kampung organik dan penghijauan, ujar Sigit, tanaman organik juga dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari warga.

Budidaya tanaman organik atau dikenal dengan kampung organik adalah salah satu program Pemerintah Kota Magelang. Warga di kampung tersebut akan melestarikan lingkungan dengan baik dan benar, untuk lingkungan biotik, abiotik, sanitasi, ekonomi, serta sosial dan budaya.

Program ini antara lain bertujuan memberdayakan masyarakat dalam pelestarian lingkungan. Dari 17 kelurahan di Kota Magelang, tiga di antaranya sudah menerapkan kebijakan kampung organik itu.

Sumber: NGI/KOMPAS.com

read more