close

14/01/2014

Ragam

Jakarta Banjir, 92 Persen Wilayahnya “Hutan Beton”

Banjir kali ini memaksa kita untuk mengevaluasi kembali kondisi struktural terkini bahwa ternyata 92 persen wilayah DKI Jakarta sudah dikonversi menjadi “hutan beton”. Dengan kata lain, ruang terbuka hijau (RTH) sebagai ruang resapan hanya tersisa 8 persen.

Demikian data yang diungkapkan pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, sebagaimana dilansir Kompas.com, Senin (13/1/2014).

Menurut Yayat, kondisi wilayah yang terbangun seluas 92 persen dari total luas wilayah DKI Jakarta 661,52 kilometer persegi patut diwaspadai. Ini artinya, Jakarta memiliki masalah serius mengenai tata ruang. Lahan terbuka terus tergerus dan kian menyusut akibat masifnya pembangunan fisik, terutama sektor properti. Akibatnya, Jakarta tidak mampu menampung air hujan dan luapan air sungai.

“Publik sejatinya sudah mengetahui bahwa masalah utama banjir di Jakarta hanya dua, yakni buruknya kondisi struktural, yakni tata ruang; dan kondisi non-struktural, yakni budaya dan perilaku masyarakat yang tidak kunjung berubah dalam membuang sampah dan kotoran lainnya,” jelas Yayat.

Jakarta, lanjut Yayat, sudah tidak sanggup lagi menampung ledakan penduduk. Tak mengherankan jika daya dukung lingkungan kian hari terus merosot. Pembangunan properti, terutama hunian jangkung (apartemen) dan klaster-klaster tertentu yang dilakukan secara sporadis, telah menggerus ruang terbuka Jakarta guna mengakomodasi permintaan.

Yayat pesimistis, meskipun Jakarta berencana menambah ruang terbuka hijau (RTH) 6 persen hingga 2030, rencana itu tak akan terwujud jika pengendalian tata ruang tidak diimplementasikan dengan baik disertai penegakan aturannya.

Menurut Asisten Sekda Bidang Pembangunan DKI Jakarta Wiriyatmoko, Jakarta harus mengejar target RTH menjadi 30 persen dari luas total wilayah.

“Sekarang baru mencapai hampir 10 persen,” kata Wiriyatmoko, Rabu (11/12/2013), seusai Rapat Paripurna pengesahan Peraturan Daerah (Perda) Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) DKI Jakarta di Gedung DPRD DKI Jakarta.

RTH seluas 30 persen, lanjut Wiriyatmoko, adalah kewajiban Pemprov DKI dan pihak swasta dengan pembagian secara proporsional. Pembagian RTH tersebut yaitu 16 persen di lahan milik pemerintah dan 14 persen di lahan privat. Saat ini RTH Jakarta mendekati 10 persen sehingga harus ditambah lagi sebesar 6 persen.

“Ke depannya, gedung-gedung tinggi hanya diperbolehkan membangun 40 persen lahan yang dimilikinya. Sementara 60 persen sisa lahan diwajibkan untuk RTH,” tandasnya.
Sumber: kompas.com

read more
Flora Fauna

Tertabrak Mobil, Anak Monyet Dekap Tubuh Ibunya yang Tiada

Sebuah kejadian mengharukan terjadi di Arab Saudi. Seekor anak monyet terlihat berbaring di tubuh ibunya yang telah menjadi bangkai usai ditabrak mobil di jalan raya.

Kecelakaan itu terjadi di sebuah jalan Saudi Ahad lalu dan mengejutkan penduduk setempat karena adegan emosional yang menarik banyak penonton itu.

Monyet balita itu tampaknya tidak peduli dengan kerumunan manusia yang mengelilingi dan terus memeluk ibunya dan menangis. Bahkan seperti menyadari induknya telah tiada, hewan mungil itu terus mendekap tubuh ibunya, seperti tidak rela meninggalkannya, dilaporkan Emirates 24/7.

“Banyak orang berhenti untuk melihat adegan mengharukan ini dan kerumunan mengambil gambar. Monyet kecil itu menolak untuk meninggalkan induknya dan terdengar menangis. Ini adegan yang sangat menyakitkan dan menunjukkan tidak ada yang lebih menyakitkan daripada kehilangan seorang ibu,” tulis media berbahasa Arab Harian Sabq.

Penduduk setempat bercerita monyet dan bayinya itu sedang berusaha menyeberang jalan menuju pegunungan di barat kota Taif ketika, tiba-tiba saja si induk tertabrak mobil.
Sumber: republika.co.id

read more
Perubahan Iklim

Bagaimana Tanaman Merespon Perubahan Iklim

Tanaman, kupu-kupu dan burung di Swiss telah pindah sejauh 8-42 meter ke dataran lebih tinggi antara tahun 2003 dan 2010, tulis ilmuwan dari University of Basel dalam jurnal online PLoS One.

Perubahan iklim mengubah distribusi tanaman dan hewan di seluruh dunia. Baru-baru ini data menunjukkan bahwa dalam dua dekade terakhir, burung dan kupu-kupu yang tinggal di Eropa telah pindah rata-rata 37 dan 114 kilometer ke utara.

Tobias Roth dan Valentin Amrhein dari University of Basel menemukan bahwa di Swiss , tanaman, kupu-kupu dan spesies burung juga bergerak pindah ke tempat lebih tinggi. Pada ketinggian 500 meter, tanaman rata-rata bergeser menanjak 8 meter , kupu-kupu 38 meter dan 42 meter burung. Penelitian ini didasarkan pada data yang dikumpulkan antara 2003 dan 2010 di 214 wilayah sampel hingga ketinggian 3000 meter, mencakup semua ekosistem utama Eropa Tengah.

“Rata-rata dari delapan meter perbedaan ketinggian dalam delapan tahun dan seluruh spesies tanaman cukup mengesankan untuk tumbuhan yang tidak mobile, ” kata Valentin Amrhein.

“Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak biologis perubahan iklim tidak hanya akan menjadi jelas dalam jangka panjang. Hewan dan tumbuhan hari ini sudah beradaptasi dengan suhu meningkat pada kecepatan yang mengejutkan. ”

Sumber: enn.com

 

read more