close

February 2014

Ragam

Din Syamsuddin: Penguasaan Air oleh Swasta Haram

Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsudin mendesak pemerintah segera mencabut izin perusahaan air kemasan. Menurut dia, air seharusnya dikuasai negara dan tidak boleh diprivatisasi. Jika air diprivatisasi, dia menilai air kemasan yang dijual hukumnya haram.

Dikatakan Din, saat ini pihaknya tengah berjuang dalam menggugat Undang-undang (UU) Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Menurut dia, UU tersebut membuka peluang privatisasi dan komersialisasi air. Apalagi pengelolaan air tersebut dilakukan oleh perusahaan swasta asing.

Sebagai bentuk konkret imbas negatif komersialisasi air tersebut adalah banyaknya air kemasan berbagai merk. Sebab, air merupakan pangkal penciptaan dan sumber kehidupan.

“Air kemasan tidak boleh diserahkan ke swasta apalagi swasta asing. Air itu seharusnya dikuasai negara,” ungkap Din Syamsuddin dalam Musyawarah Nasional Tarjih Muhammadiyah ke 28 di Palembang, Jumat (28/2/2014).

Ia mengungkapkan, jika air terus dikelola swasta untuk bisnis air kemasan, maka bukan tidak mungkin akan memberi dampak buruk bagi kehidupan manusia, seperti di bidang pertanian.

“Sudah berapa jutaan kubik air yang disedot swasta dari bumi kita ini. Jika dibiarkan, bagaimana nasib pertanian kita ke depan,” kata dia. Oleh karena itu, dirinya menantang pimpinan tarjih Muhammadiyah untuk menetapkan fatwa haram terhadap air kemasan. Hal ini memperkuat landasan yudisial review UU Sumber Daya Air itu.

“Saya tunggu apakah nanti difatwakan atau tidak. Kalau bagi saya, air kemasan itu haram,” tukasnya.

Sumber: TGJ/merdeka

read more
Hutan

Produsen Ternama Ikut Merusak Hutan Hujan Indonesia

Procter & Gamble, produsen Head & Shoulders , menggunakan sumber minyak kelapa sawit dari perusahaan yang terkait perusakan habitat orangutan di Indonesia, membuat mereka menjadi bagian dari skandal perusakan hutan hujan. Hal tersebut terungkap dalam temuan sebuah penyelidikan panjang yang dilakukan oleh Greenpeace. Dalam temuan tersebut, diungkapkan bahwa kebijakan pembelian yang dimiliki P&G saat ini, juga menunjukkan bahwa rantai pasokan mereka juga terkait kebakaran hutan dan perusakan habitat satwa seperti harimau sumatera yang mendorong spesies langka ini menuju kepunahan .

Minyak kelapa sawit adalah bahan yang umum untuk membuat deterjen, shampoo, kosmetik dan barang-barang rumah tangga lain yang diproduksi oleh P & G.

“Produsen Head & Shoulders harus berhenti membawa kehancuran hutan hujan ke dalam produk perawatan tubuh kita. Mereka harus membersihkan tindakan mereka dan menjamin pelanggan bahwa produk ini ramah. Procter & Gamble harus mengikuti jejak perusahaan pengguna minyak sawit lainnya seperti Unilever, Nestle dan L’ Oréal, yang telah berjanji untuk membersihkan rantai pasokan mereka , ” kata Kepala Kampanye Hutan Indonesia, Bustar Maitar, dari Greenpeace Internasional.

Greenpeace menemukan bahwa habitat orangutan sedang dihancurkan di konsesi perkebunan kelapa sawit yang menjadi bagian dari rantai pasokan P&G. Lahan yang digunakan untuk kelapa sawit adalah milik BW Plantation Group, sebuah perusahaan yang terhubung rantai pasokan P&G, yang juga berhubungan dengan kematian dan kuburan orangutan di dekat Taman Nasional Tanjung Puting. Dalam kasus lain, Greenpeace mendokumentasikan pembukaan hutan yang sedang berlangsung dalam konsesi dari dua produsen yang diketahui langsung memasok ke P&G.

“Kami sudah berhadapan dengan P&G selama delapan bulan terakhir dengan isu bagaimana mereka mengekspos konsumen untuk perusakan hutan. Alih-alih segera mengambil tindakan, perusahaan ini malah hanya melakukan pencitraan hijau (greenwashing). Saatnya P & G berkomitmen 100% untuk perlindungan hutan dan berhenti membuat pelanggan menjadi bagian dari kepunahan harimau sumatera,”kata Wirendro Sumargo, Jurukampanye Hutan Greenpeace Indonesia.

Perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki kebijakan yang kuat untuk memutus deforestasi dari produk mereka dapat terkait dengan praktek ilegal di wilayah berisiko tinggi, seperti Provinsi Riau di Sumatra . Contohnya adalah konsesi PT Rokan Adi Raya, yang merupakan bagian dari habitat harimau ditambah lahan gambut yang dalam, serta terkait dalam pembukaan hutan skala besar dan kebakaran yang tidak terkendali tahun lalu. Pada Juni 2013, lebih dari 150 titik api tercatat dalam konsesi ini. Banyak dari pemasok kelapa sawit P&G berasal dari Dumai, pelabuhan utama provinsi Riau.

“Greenpeace percaya kelapa sawit harus membuat kontribusi nyata terhadap pembangunan Indonesia. Produsen minyak sawit progresif yang tergabung dalam Palm Oil Inovasi Group, membuat komitmen ambisius seperti pemain minyak sawit besar lainnya seperti GAR dan Wilmar, membuktikan bahwa ada bisnis kelapa sawit yang lebih bertanggung jawab. Tidak ada alasan bagi perusahaan seperti P&G, Reckitt Benckiser dan Colgate Palmolive untuk segera mengatasi tindakannya terhadap deforestasi,” kata Bustar Maitar.

Hutan Indonesia menghilang setara dengan luas sembilan kolam renang Olimpiade setiap menitnya, dengan minyak sawit menjadi pendorong terbesar dari kerusakan hutan. Melalui kampanye global yang diluncurkan hari ini, Greenpeace menuntut Procter & Gamble agar mengakhiri perannya dalam perusakan hutan.

Sumber: hijauku.com

read more
Sains

Peneliti Harus Mengkomunikasikan Hasil Risetnya

Para peneliti yang bekerja untuk lembaga penelitian universitas mungkin menganggap bahwa karena organisasi mereka mempekerjakan Staf komunikasi profesional, tidak perlu bagi mereka untuk mengkomunikasikan hasil penelitiannya. Namun, komunikasi penelitian terlalu penting untuk hanya diserahkan staf komunikasi sendiri.

Apakah ini berarti bahwa kita harus menutup departemen komunikasi dan membiarkan peneliti berbicara ? Tentu saja tidak. Apa yang dibutuhkan adalah peneliti dan komunikator profesional bekerja sama sebagai satu tim untuk memaksimalkan dampak dari penelitian.

Berbicara dengan Otoritas
Para ilmuwan harus memiliki suara sendiri yang didengar di luar dinding institusi akademik – sehingga komunikasi menjadi bagian dari pekerjaan mereka. Dan siapa yang bisa berkomunikasi lebih baik tentang penelitian selain ilmuwan itu sendiri ? Mereka menghabiskan waktu bertahun-tahun meraih gelar PhD, selanjutnya bertahun-tahun bekerja dalam disiplin ilmu yang mereka pilih dan sering pada topik yang sangat spesifik. Ini membuat mereka benar-benar ahli dalam bidangnya, yang diterjemahkan menjadi kredibilitas di mata publik dan memungkinkan mereka untuk berbicara dengan otoritas di keahlian mereka.

Orang mungkin tidak percaya politisi lagi, tetapi secara keseluruhan publik masih mempercayai ilmuwan. Para ilmuwan dipandang sebagai berpengetahuan dan tanpa agenda tersembunyi. Hal ini masuk akal bagi para ilmuwan untuk berkontribusi mengeluarkan pendapat ahli untuk ke tengah-tengah publik.

Di sisi lain banyak lembaga penelitian mempekerjakan staf profesional untuk mengkomunikasikan temuan-temuan penelitian kepada pihak luar seperti media, masyarakat sipil, pebisnis dan pengambil keputusan. Jadi, inilah mengapa para ilmuwan perlu untuk membuat usaha komunikasi sendiri.

Kenyataannya adalah peneliti mungkin tidak memiliki waktu untuk berkomunikasi karena pekerjaan sehari-hari mereka yang sibuk yang mungkin termasuk pekerjaan di lapangan atau menulis artikel untuk jurnal atau mengajar. Dan meskipun mereka mungkin memiliki sesuatu yang menarik untuk dikatakan, tanpa mengetahui bagaimana mengemas dan menyajikan pesan mereka, atau kepada siapa disampaikan, mereka mungkin gagal untuk mencapai dampak yang diharapkan.

Ini tentang kerja sama tim
Untuk komunikasi penelitian yang efektif, para ilmuwan dan komunikator harus bekerja sama. Komunikator yang dilengkapi dengan keterampilan teknis dan alat untuk berkomunikasi secara efektif tetapi mereka tidak memiliki pengetahuan ahli mengenai subjek materi. Mereka tidak memiliki kredibilitas yang diperoleh para ilmuwan – jurnalis
tidak ingin mewawancarai staf humas universitas melainkan mendengar langsung dari para ilmuwan yang melakukan penelitian.

Tapi komunikator profesional memiliki peran penting juga. Mereka dapat membantu para peneliti mengidentifikasi apakah mereka memiliki cerita untuk disampaikan, menasihati mereka tentang bagaimana cara menyampaikan (dalam bentuk apa dan sebagainya) dan bagaimana melakukan yang pesan ke audiens yang dimaksudkan.

Misalnya , mereka dapat menyarankan ketika peneliti melakukan press release untuk mempromosikan hasil penelitian, ketika menulis sebuah policy brief dan kapan harus menggunakan twitter. Setiap format memiliki aturan sendiri (urgent atau kurang sensitif terhadap waktu, formal atau informal ) dan digunakan untuk menjangkau audiens yang berbeda.

Akhirnya, komunikator dapat membantu peneliti keluar dari kesulitan. Para ilmuwan mungkin tidak menyadari berpotensi menimbulkan kontroversi atau dampak politik dari penelitian mereka misalnya.

Komunikator juga dapat membantu para peneliti mengembangkan suara mereka sendiri dan terlibat langsung dengan para pemangku kepentingan. Seorang peneliti tidak akan menulis siaran pers tetapi dapat men-tweet atau menulis di blog jika dipandang penting.

Menutup Kesenjangan Komunikasi
Bulan Oktober lalu , saya melakukan perjalanan ke Morogoro , Tanzania untuk bertemu 15 peneliti dari empat negara Afrika yang bekerja pada penelitian tentang Integrasi Kesehatan Manusia dan Hewan sebagai bagian proyek penelitian Southern African Centre for Infectious Disease Surveillance.

Bersama dengan manajer komunikasi lembaga tersebut, aku melaksanakan sebuah lokakarya komunikasi bagi para peneliti. Selama dua hari penuh kami menguji isu-isu seperti pemahaman audiens dengan menggunakan bahasa Inggris, menulis di web, menggunakan media sosial dan bekerja sama dengan pembuat kebijakan.

Pada awalnya, tidak semua orang yakin. ” Mengapa saya harus disibukan dengan ini? “, Atau ” jurnal akademik tidak
ingin aku menulis dalam bahasa Inggris”, atau” Saya tidak mungkin mengurangi penelitian 40 – halaman menjadi sebuah tweet 140 – karakter “, itulah contoh beberapa reaksi.

Pada akhir lokakarya, masih ada rekan-rekan yang mungkin masih agak skeptis. Dua hari menulis tweet, tidak
mengubah mereka menjadi komunikator yang terampil . Tapi mereka mulai menghargai nilai komunikasi penelitian sedikit lebih, mereka memperoleh kepercayaan diri untuk berbicara tentang penelitian mereka dalam istilah yang sederhana dan mereka sepakat untuk bekerja lebih erat dengan staf komunikasi di lembaga mereka. Yang terakhir bagi saya adalah indikator terbaik dari workshop yang sukses.

Jadi pesan saya untuk para peneliti adalah,” jangan hanya duduk di sana dengan berpikir bahwa semuanya sudah dilakukan orang komunikasi. Bicaralah dengan staf humas anda lebih awal agar mereka tahu apa yang sedang Anda kerjakan. Dengarkan saran dan gunakan keahlian mereka. Jangan takut untuk berbicara tentang pekerjaan Anda kepada media.

Katakanlah “ya” untuk wawancara media, menulislah di blog, gunakan akun Twitter. Anda dapat melakukannya dan itu sepadan dengan usaha anda.[]

Anna Kuznicka-Marry adalah manajer komunikasi di London International Development Centre, sebuah konsorsium penelitian interdisipliner yang dibentuk dari lima Universitas di London, Inggris. Anna dapat dihubungi di anna.marry@lidc.bloomsbury.ac.uk dan di Twitter @ LIDC_UK.

Sumber: www.scidev.net

read more
Ragam

Ingat, Jangan Pilih Caleg Anti Lingkungan

Komunitas Jurnalis Pena Hijau Indonesia bersama sejumlah organisasi lingkungan di Kalimantan Selatan seperti Walhi, mengampanyekan kepada masyarakat untuk memilih calon anggota legislatif (caleg) yang peka dan peduli terhadap lingkungan.

Wakil Ketua Komunitas Jurnalis Pena Hijau Indonesia Rahman Khaidir di Banjarmasin, Selasa (25/2/2014) mengatakan pihaknya berharap masyarakat lebih cerdas dalam menggunakan hak pilih dengan memilih para caleg yang peduli terhadap persoalan lingkungan.

“Masyarakat harus cerdas dengan memilih para caleg yang punya komitmen dan kepedulian terhadap persoalan lingkungan,” tuturnya.

Masalah ini dinilai sangat penting, karena persoalan kerusakan lingkungan dan dampak bencana yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini tidak lepas dari masalah kebijakan pemerintah.

Para wakil rakyat mempunyai peran vital dalam pengambilan kebijakan maupun pembuatan peraturan baik di tingkat pusat dan daerah.

Menurutnya, sejauh ini peran wakil rakyat belum peka terhadap berbagai persoalan lingkungan. “Kami juga menuntut para wakil rakyat terpilih nantinya untuk lebih prolingkungan,” tambahnya.

Meski dinilai belum maksimal, secara khusus komunitas para wartawan lingkungan ini juga memberikan apresiasi kepada DPRD Kalsel yang telah menerbitkan sejumlah peraturan daerah (perda) berkaitan dengan persoalan lingkungan seperti yang mengatur pertambangan, reklamasi tambang, lahan pertanian berkelanjutan.

Termasuk fatwa MUI tentang haramnya kegiatan penambangan dan penebangan liar. []

Sumber: metrotvnews.com

read more
Green Style

Begini Hotel Ramah Lingkungan

POP! Hotel, jaringan hotel budget berkonsep ramah lingkungan kini hadir di Kemang, Jakarta Selatan. Hotel ini diresmikan pada Rabu (26/2/2014). Acara pembukaan mengusung tema Plant Today for a Greener Tomorrow.

POP! Hotel Kemang merupakan hotel kedelapan yang dimiliki oleh Jakarta Setiabudi Internasional Group dan dikelola oleh Tauzia Hotel Management. Berlokasi di Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan, POP! Hotel menjadi hotel berkonsep budget pertama di wilayah yang terkenal dengan banyaknya galeri seni, restoran, dan hiburan malam ini.

“Hotel ini menyasar smart and eco friendly yang memilih sesuatu karena tidak ribet. Mereka tahu kebutuhan mereka. Jadi pasarnya tidak hanya low budget traveler,” ujar Irene Janti, Brand Director POP! Hotels.

Dengan konsep ramah lingkungan, POP! Hotel Kemang menggunakan material-material yang ramah lingkungan. Koridor hotel menggunakan fresh air ventilasi sehingga lebih hemat energi dibanding harus menggunakan air conditioner (AC). Untuk penerangan menggunakan lampu-lampu hemat energi. Begitu juga dengan shower di setiap kamar mandi yang dirancang agar bisa meminimalisasi penggunaan air.

Pada acara pembukaan dilakukan penanaman pohon secara simbolis. Penanaman pohon dilakukan dengan membuat taman gantung di area hotel. “Karena keterbatasan lahan di area hotel, kami tidak mungkin melakukan banyak penanaman pohon. Jadi kami mengatasinya dengan membuat taman gantung di area hotel. Botol-botol bekas digunakan sebagai potnya,” tutur Irene.

POP! Hotel Kemang memiliki total 110 kamar dengan tipe yang sama. Satu kamar berkapasitas untuk tiga orang. Selain itu, terdapat pula fasilitas ruang rapat. Untuk harga pembukaan, pihak hotel menawarkan harga Rp 398.000 pada hari biasa, dan Rp 418.000 pada akhir pekan.

“Kami menetapkan sistem harga tetap. Tidak ada indikasi naik turun. Jadi ketika tamu datang, mereka tidak perlu khawatir dengan harga yang berubah-ubah,” tambah Irene.[]

Sumber: kompas

read more
Ragam

Pengelolaan Lingkungan Masih Banyak Celah

Pakar lingkungan, dosen Fakultas Taknik (FT) dan mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Ir. Sudjarwadi, MEng, PhD berpendapat, secara umum masalah lingkungan hidup baik sosial maupun alam di kalangan industri ada kemajuan. Namun apabila dicermati masih banyak celah dan peluang dalam pengelolaan lingkungan industri yang harus diperbaiki.

“Pengambilan air baku dari sumur dalam, misalnya, adalah pergeseran dari proses alami dibuat dengan proses buatan, namanya human made atau buatan manusia. Bagaimana mengisi supaya tampungan air tanah agar terisi lebih cepat, karena yang menggunakan banyak itu merupakan peluang yang perlu diupayakan,” katanya kepada wartawan, di sela “Seminar Nasional Pembangunan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan” di Diamond Convention Center, Kamis (27/2/2014).

Prof. Sudjarwadi mengingatkan, pembangunan kawasan industri juga harus memperhatikan dampak lingkungan alam, seperti ketersediaan air sekaligus pengelolaan limbah industri. Ketersediaan air baku di kawasan air tanah yang makin terbatas, dapat diatasi dengan penggunaan teknologi.

Dia menegaskan, pengolahan limbah dengan cara sederhana, yakni memilah-milah limbah agar dapat menghindarkan polusi kimia, bakteri dan fisik, juga merupakan peluang yang semakin penting. Pakar lingkungan itu berharap, kolaborasi antara perguruan tinggi (PT) dengan industri dapat berkontribusi mengembangkan masyarakat dan memakmurkan wilayah.

Menanggapi pernyataan pakar lingkungan itu, Presiden Direktur PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRITEX), Iwan Setiawan Lukminto menyatakan, pembangunan lingkungan suatu kawasan industri harus melihat jauh ke depan.

Dia mencontohkan upaya mencegah kerusakan lingkungan alam, di perusahaannya dilakukan melalui pengelolaan limbah tekstil yang ramah lingkungan. Selain itu, dia menyebut penggunaan bahan kimia ramah lingkungan dan meminimalisir penggunaan energi.

Iwan mengungkapkan, dengan meminimalisir penggunaan energi, di antaranya air akan dapat menjaga ketersediaan air tanah di kawasan industri dan menghemat biaya yang dikeluarkan untuk air.

“Banyak hal yang dibuang, seperti air kalau dihitung cost per meternya akan mahal. Perlu upaya, bagaimana agar penggunaan air tidak banyak dan akhirnya penggunaan energi tidak dibuang. Itu akan bisa menyelamatkan lingkungan hidup, tidak mencemari rumah tangga. Lalu dalam penggunaan pengolah limbah kimia yang baik, berarti limbah kimia tidak banyak yang dibuang,” ujar Iwan.

Sementara itu, Dekan Fakultas Teknik UNS, Prof. Dr. Kuncoro Diharjo menyatakan, kolaborasi akademisi dan dunia industri dapat dilakukan dalam berbagai bidang. Di antaranya dia menyebut bidang teknik, yakni pengelolaan limbah yang lebih baik dan penyediaan bahan kimia ramah lingkungan.

Dia menyebutkan, FT UNS kini memiliki desa binaan di Bontang, Kalimantan Timur dalam pengelolaan mangrove sebagai pewarna alami. Mahasiswa FT juga telah meneliti pemanfaatan limbah industri tekstil berupa benang untuk mengurangi dampak lingkungan.

“Kolaborasi antara akademisi dengan bisnis, kita kembangkan lagi dan beberapa riset kita juga fokus pada persoalan lingkungan. Contohnya, teman-teman yang riset di bidang material mengarah pada material yang ramah lingkungan, dari syntetic material ke natural material. Terkait dengan limbah Sritex kita jadikan obyek riset yang bernilai ekonomi, karena kami baru saja menerima mahasiswa yang meneliti benang-benang bekas,” imbuhnya.[]

Sumber: pikiranrakyat

read more
Energi

Adakah Sumber Energi Alternatif Terbaik?

Isu pemanasan global telah menarik perhatian dunia untuk menciptakan strategi-strategi penanggulangan dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi perubahan iklim dan mencegah dampak terburuk dari pemanasan global. Salah satu strategi penanggulangan tersebut adalah peralihan penggunaan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui (bahan bakar fosil) ke sumber energi yang lebih efisien, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. Strategi ini diharapkan dapat secara signifikan mengurangi emisi karbon dioksida yang menyebabkan efek rumah kaca di atmosfer. Karbon dioksida dihasilkan ketika manusia menggunakan bensin, gas alam, dan batu bara untuk menghasilkan listrik atau bertransportasi.

Banyak negara telah menginvestasikan dana besar-besaran ke penerapan sumber energi alternatif yang dinilai lebih ramah lingkungan, seperti energi terbarukan. Lima jenis sumber energi terbarukan yang paling sering digunakan adalah biomassa, tenaga angin, surya, air, dan panas bumi (geotermal). Perusahaan penghasil minyak, batu bara, dan gas juga berupaya menjawab tantangan lingkungan melalui inovasi peningkatan efisiensi produksi dan pengurangan emisi. Salah satu contoh dari inovasi tersebut adalah teknologi batu bara bersih. Upaya peralihan ini tak lepas dari resistansi dan kontroversi sebagai bagian dari dinamika dunia.

Sebagian besar pembangkit listrik energi terbarukan memiliki dampak lingkungan yang lebih sedikit dibanding bahan bakar fosil. Namun, teknologi energi terbarukan memerlukan investasi yang sangat besar (padat modal). Pada September 2013, Departemen Energi Amerika Serikat mengalokasikan US$ 66 juta subsidi untuk 33 perusahaan energi hijau. Mengingat tenaga angin dan surya kini baru memasok sekitar 3 persen kebutuhan listrik di AS. Tentu masih jauh dari efisien dibandingkan utilisasi bahan bakar fosil. Inovasi peningkatan efisiensi produksi energi terbarukan masih akan melalui perjalanan yang panjang.

Sumber energi terbarukan sering kali bergantung pada lokasi geografis. Pemanfaatan tenaga angin, surya, dan panas bumi adalah contohnya. Hanya daerah dengan embusan angin, pancaran matahari, atau panas bumi yang memadai yang dapat menikmatinya. Sumber energi ini pun tidak dapat ditransportasikan agar bisa dinikmati oleh daerah lain.

Sumber energi terbarukan juga terbatas oleh alam. Pembangkit listrik tenaga air sangat bergantung pada elevasi air. Energi angin sangat bergantung pada iklim. Keterbatasan ini menimbulkan pertanyaan apakah kebutuhan energi dunia dapat dipasok oleh angin, air, dan matahari saja.

Meskipun energi terbarukan menghasilkan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit, bukan berarti sumber energi ini benar-benar ramah lingkungan. Pembangunan PLTA menyebabkan dampak lingkungan karena harus membuka lahan untuk pembangunan bendungan. Dampak yang ditimbulkan, meliputi terganggunya keseimbangan ekosistem dan biodiversitas, serta menimbulkan risiko banjir dan gempa bumi. Selain itu, pembangkit listrik tenaga surya membutuhkan sel khusus (solar cell) yang menghasilkan limbah racun pada proses produksinya. Biomassa juga mengemisikan beberapa limbah cair/gas sebagai polusi dan menggunakan bahan bakar fosil dalam proses konversinya.

Investasi mahal juga menjadi pertimbangan dalam menciptakan inovasi bagi perusahaan energi fosil. Walaupun demikian, kelangsungan usaha dalam jangka panjang dapat menjadi insentif yang baik bagi perusahaan bahan bakar fosil untuk terus beradaptasi. Pengembangan inovasi memang mahal, tetapi harga dari tidak melakukan apa-apa, akan lebih mahal, mengingat adanya dampak perubahan iklim, tekanan dari aktivis lingkungan, dan tren permintaan pasar.

Di sisi lain, kelompok lingkungan sering memberikan tekanan pada perusahaan energi fosil. Meskipun bahan bakar fosil berkontribusi besar pada emisi karbon dioksida, kita tidak bisa menghentikan pasokan bahan bakar fosil secara tiba-tiba. Hal ini akan memberi dampak negatif pada kestabilan pasokan energi dan perekonomian dunia. Bahan bakar fosil masih mendominasi sebagian besar pasokan energi di dunia, sekitar 80 persen  kebutuhan energi global pada tahun 2010. Dunia belum siap untuk bergantung pada sumber energi terbarukan saja, setidaknya untuk saat ini.

Energi Terbarukan vs Nuklir
Di tengah perdebatan antara energi terbarukan dan energi tak terbarukan, ada pula pertempuran antara energi terbarukan dengan tenaga nuklir. Beberapa kelompok lingkungan menolak keras penggunaan tenaga nuklir, teknologi dengan emisi karbon dioksida nol dan paling hemat biaya (dalam banyak referensi perhitungan).

Alasan keamanan biasanya menjadi argumen utama penolakan penggunaan tenaga nuklir, seperti bencana Fukushima terakhir di Jepang. Bencana ini, sebaliknya, memberikan pelajaran berharga. Reaktor Fukushima menggunakan teknologi lama dan dilengkapi dengan sistem keselamatan dan perlindungan yang buruk, khususnya dalam merespons tsunami atau bencana alam skala tinggi. Pelajaran dari Fukushima akan membuat utilisasi energi nuklir hadir lebih aman dan akan terus menghasilkan daya bersih yang dapat diandalkan, dalam hal teknologi dan protokol keselamatan. Butuh 10 tahun operasi untuk “menghasilkan” 1 kematian kerja dari pengoperasian sebuah PLTN. Akan tetapi, masih ada kekhawatiran lain pada poin keamanan, yaitu terkait limbah radioaktif yang dihasilkan PLTN.

Selain poin keamanan, argumen penolakan lain adalah PLTN bersifat padat modal, terutama ketika diimplementasikan dengan peraturan keselamatan dan kontrol yang sangat ketat.

Argumen-argumen yang menentang penggunaan tenaga nuklir jelas ironis. Mereka mengabaikan fakta bahwa implementasi energi tak terbarukan juga mahal dan berisiko. Hubungan cinta-benci antara energi terbarukan dan nuklir ini hanya melempar argumen yang sama satu sama lain.

Jika kita menyampingkan kepentingan pasar dan politik, sesungguhnya mencari pilihan terbaik dalam bidang energi tidak akan menghasilkan jawaban yang tunggal. Energi itu layaknya obat: jika tidak ada efek samping, kemungkinan ia tidak dapat berfungsi. Biaya pengembangan yang besar di awal tentu tidak terelakkan.

Pada akhirnya, dunia harus memahami peran masing-masing sumber energi. Memutus seluruh pasokan bahan bakar fosil secara sekejap tentu mustahil untuk dilakukan. Meskipun investasi pada sumber-sumber energi terbarukan mungkin sangat penting untuk memenuhi kebutuhan energi baru di masa depan, energi nuklir dapat membantu pasokan listrik saat angin tidak bertiup atau matahari tidak bersinar. Tidak perlu memojokkan salah satu sumber energi. Jika kita benar-benar peduli pada bumi dan kelangsungan hidup spesies kita sendiri, sungguh langkah yang terbaik untuk bekerja sama.

Sumber: beritasatu.com

read more
Flora Fauna

Badak Indonesia Diambang Kepunahan

Ibaratnya menyelamatkan nyawa, maka pancaran SOS (save our souls) tengah diprioritaskan pemerintah, sebagaimana dinyatakan Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Kehutanan, Bambang W Novianto.

“Pemerintah menetapkan 13 spesies hewan yang dilindungi, termasuk badak jawa dan badak sumatera. Penyelamatan badak ini menjadi prioritas,” katanya di Pandeglang, Banten, Rabu.

Dia katakan, Indonesia beruntung memiliki dua dari lima spesies badak di dunia, yakni badak jawa (Rhinoceros sondaicus) dan badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), satu-satunya species badak di Asia yang bercula dua namun tubuhnya paling kecil.

Jumlah pasti kedua species badak di Indonesia ini masih belum diketahui persis, kecuali taksiran berdasarkan jejak kaki, tinggalan faeces (kotoran), pola lintasan, dan rekaman kamera jebakan.

Para peneliti memperkirakan, cuma paling banyak 100 badak jawa dan 100 badak sumatera yang masih hidup di habitat asli, dengan tingkat penurunan paling drastis pada badak sumatera, yang semula diperkirakan 800 badak pada sewindu lalu.

Khusus badak bercula satu atau badak jawa, kata dia, setelah spesies ini punah di Vietnam, maka habitat alami merek kini cuma tinggal di Indonesia, yaitu di Taman Nasional Ujung Kulon Pandeglang.

Badak, kata dia, merupakan hewan yang dilindungi dan masuk dalam Apendix I IUCN. Penyelamatan badak jawa tidak hanya menjadi perhatian pemerintah Indonesia, tapi juga berbagai negara di dunia.

“Angin segar terjadi pada upaya peningkatan populasi badak sumatera, karena perkembangbiakan secara semi alami yang dilaksanakan di Way Kambas, Lampung telah membuahkan hasil.

“Belum lama ini lahir anak badak sumatera dari hasil perkawinan semi alami di Way Kambas, yakni melalui penangkaran,” katanya. Anak badak sumatera jantan itu diberi nama Andatu, dengan induk Ratu.

Menurut dia, perkawinan semi alami melalui penangkaran sudah lama dilakukan, tapi baru belakangan ini membuahkan hasil dengan kelahiran anak badak sumatera.

Melihat keberhasilan itu, kata dia, pihak pemerintah Malaysia sudah mengajukan permintaan badak sumatera untuk dikembangbiakkan di negara itu. Di Malaysia, populasi badak sumatera tinggal lima ekor lagi.

“Kita belum bisa memenuhi permintaan itu, karena perlu pertimbangan yang matang, dan tidak bisa gegabah untuk menyerahkan hewan langka tersebut,” katanya.

Terkait pelestarian badak oleh pemerintah di antaranya menetapkan 5 Juli sebagai Hari Badak.

Editor: Ade Marboen

read more
1 2 3 11
Page 1 of 11