close

04/02/2014

Galeri

FOTO: Pelepasan Tukik di Pantai Syiah Kuala

Senin sore kemarin (3/2/2014) bertempat di pantai Syiah Kuala, Desa Deah Raya Banda Aceh, mahasiswa dan dosen FMIPA Biologi Universitas Syiah Kuala melakukan pelepasan tukik (anak penyu) sebanyak 44 ekor. Tukik yang berumur tiga minggudari jenis Penyu Lekang ini merupakan hasil penangkaran mahasiswa bersama masyarakat dengan tujuan konservasi dan pemberdayaan ekowisata. Foto: Fahreza Ahmad

read more
Flora Fauna

Harimau Mangsa Hewan Ternak Teror Warga Aceh

Warga Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, akhir-akhir ini resah dengan harimau Sumatera (pantera tigris sumatrae). Puluhan ternak diduga telah dimangsa si raja rimba yang belakangan sering masuk ke permukiman itu.

Mereka meminta Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Besar segera turun untuk mengatasi persoalan ini. Jika tidak, amukan harimau dikhawatirkan bukan hanya mengancam hewan peliharaan, tapi juga manusia.

Seorang peternak, Mahdi Ismail, mengatakan, dalam sepekan terakhir sudah 24 ternak warga Gampong Bueng, Kecamatan Kota Jantho, dimangsa. “Warga bisa mengambil sikap membunuh harimau itu kalau tidak ada pilihan lain. Kami tidak ingin itu terjadi,” kata pemilik Jantho Livestock, sebuah usaha peternakan kambing terbesar di Aceh itu, Senin (3/2/2014).

Ia menambahkan, amukan harimau sebenarnya sudah terjadi sejak akhir tahun lalu. Puluhan ekor kambing hasil usahanya ludes dimangsa. Belakangan ini, harimau sering berkeliaran di lokasi peternakan yang berada di kawasan pegunungan Jantho. Ada warga yang melihat induk harimau berjalan dengan anaknya yang masih kecil pada sore dan malam hari.

Beberapa waktu lalu, pihaknya pernah memasang kamera pengintai (trep) milik Fauna Flora Internasional (FFI) untuk mendeteksi posisi dan kondisi harimau, namun tidak terlacak. Namun penjaga usaha peternakan menemukan jejak kaki yang diyakini milik anak dan induk harimau.

Amukan harimau ini diperkirakan sebagai sebuah siklus, di mana dalam setahun harimau betina dua kali meninggalkan sarangnya untuk menghindari ancaman harimau jantan. Harimau betina membawa anaknya itu kemana pun dia pergi.

Gangguan harimau diperkirakan terus terjadi hingga akhir bulan ini, setelah anaknya itu benar-benar sudah kuat dan mampu berburu. “Sebenarnya induk harimau ingin lindungi anaknya dari jantan, nah kebutulan di kawasan sini mulai banyak hewan ternak,” kata Mahdi.

Selain melaporkan ke BKSDA, Mahdi mengaku pihaknya juga sudah menyampaikan masalah ini ke lembaga-lembaga konservasi harimau dengan harapan segela ada solusi konkret. Butuh pagar antiharimau untuk mengamankan ternak di sana dari ancaman si belang.[]

Sumber: okezone

read more
Ragam

Menyabung Nyawa Demi Selamatkan Hewan

Setiap hari mereka berkeliling zona merah untuk mencari kalau ada hewan yang terlantar atau hewan liar dari hutan yang tersesat. Dalam hujan debu Sinabung, selangkah demi selangkah, kaki mengitari perkampungan yang sepi dari penduduk. Dari kejauhan awan erupsi Gunung Sinabung menggumpal-gumpal seakan hendak membekap daerah sekitar dengan debu panasnya.

Mereka adalah para relawan yang tergabung dalam Animal Rescue, sebuah kegiatan yang diprakarsai oleh lembaga Centre for Orangutan Protection di daerah rawan semburan debu panas Gunung Sinabung, Kabupaten Tanah Karo, Propinsi Sumatera Utara. Sekitar enam orang relawan yang terbagi dalam tiga tim menempati posko sederhana di kantor Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Wilayah I-Sumut di Kota Kabanjahe. Salah seorang diantara mereka adalah seorang pemuda berkulit cokelat asal Aceh, Ratno Sugito.

Sampai hari ini, Selasa (4/2/2014) Ratno sudah sepuluh hari berada di daerah zona merah, sebuah kawasan yang ditetapkan berbahaya, berada dalam radius hingga 5 Km dari gunung Sinabung. Namun hingga hari ini Ia belum bisa memastikan sampai kapan berada dibawah guyuran hujan debu.

” Kami disini setiap hari berpatroli mengelilingi kampung-kampung yang sepi ditinggalkan penduduk, memberi makan hewan yang terlantar ditinggalkan pemiliknya. Selain itu kami mengidentifikasi satwa liar yang dilindungi, melakukan operasi penyelamatan atau evakuasi jika menemukan satwa liar bersama BBKSDA,” jelas Ratno.

Tak sedikit tantangan yang mereka hadapi selama menjalankan tugas menyelamatkan satwa. Relawan harus pandai-pandai membaca tanda-tanda alam seperti arah angin agar terhindar dari resiko terkena awan panas gunung Sinabung. Seperti pada kejadian erupsi besar, Minggu (2/2/2014) yang menelan 15 korban jiwa, Ratno menceritakan bahwa posisi mereka saat itu hanya berjarak 2,5 km dari pusat erupsi yaitu di Desa Sigaranggarang.

” Syukurnya arah angin saat itu berlawanan dengan posisi atau hembusan awan panas berlawanan arah. Kami membelakangi arah angin. Kami tidak lari saat itu namun dalam kondisi siaga saja,” cerita Ratno.

Dalam melaksanakan tugasnya relawan dibekali dengan masker dan kacamata untuk menghindari debu. Relawan yang dibagi menjadi tiga tim, masing-masing beranggotakan 2 orang, tak kenal lelah menyusuri daerah bencana. ” Jika keadaan mendukung kami bisa seharian berpatroli namun kalau situasi tak memungkinkan kami segera kembali ke posko,”ujar Ratno.

Relawan bekerja sama dengan tim BBKSDA Wil I Sumut dalam melaksanakan aktivitasnya. Sejauh ini ada beberapa hewan liar yang telah mereka selamatkan bahkan beberapa diantaranya adalah hewan endemik kawasan Sinabung. Hal ini dijelaskan oleh Kepala Bidang Wilayah I BBKSDA Sumut, Edward Sembiring dalam kesempatan yang sama.

Petugas BBKSDA menguburkan kambing liar Sumatera yang ditemukan mati | Foto: COP
Petugas BBKSDA menguburkan kambing liar Sumatera yang ditemukan mati | Foto: COP

Edward mengatakan bahwa posko penyelamatan satwa liar sudah dibuka sejak 17 Januari 2014 lalu di Kantor BBKSDA Kabanjahe. ” Ada beberapa hewan endemik yang kami temukan, diantaranya tiga kambing liar Hutan Sumatera. Yang satu kami temukan dalam kondisi hidup namun akhirnya mati karena infeksi paru-paru yang menyerangnya, hanya 10% berfungsi. Kemudian kambing liar kedua ditemukan dalam keadaan hidup dan kami lepaskan kembali di Tahura Bukit Barisan Sibayak. Seminggu kemudian kami menemukan kambing ketiga yang sudah mati, berbau sehingga tidak bisa diawetkan untuk pendidikan,” jelas Edward.

Wilayah tempat ditemukan satwa liar ini sangat dekat dengan pusat erupsi, sekitar 1-2 km saja. ” Ngeri-ngeri sedap juga, tapi relawan kan sudah rela berkorban. Tapi mereka tetap waspada dengan menghitung arah angin,” kata Edward.

Selain kambing hutan Sumatera, BBKSDA juga menemukan kucing emas, hewan endemik Sinabung namun sayangnya tidak bisa diselamatkan karena mati. Selain itu tim juga berhasil menyelamatkan satwa Trenggiling dari masyarakat. Trenggiling ini kemudian dilepaskan ke Taman Wisata Alam Deleng Lancuk, di Danau Lau Kawar, yang berada di kaki gunung Sinabung, Sumatera Utara.

Menurut Edward, hewan-hewan liar yang masih berada di sekitar Sinabung saat ini adalah hewan liar yang terjebak atau tidak sempat menyelamatkan diri. ” Hewan liar secara naluri, sebelum erupsi terjadi sudah tahu akan terjadi bencana sehingga berpindah menyelamatkan diri. Sedangkan yang tertinggal adalah yang terjebak, apalagi arah angin berubah-ubah,” jelas Edward.

Gunung Sinabung sendiri masih koridor dengan Taman Nasional Gunung Leuser  (TNGL) sehingga diperkirakan hewan-hewan liar banyak yang berpindah ke TNGL. Menurut pengamatan petugas BBKSDA, masih ditemukan jejak hewan liar seperti jejak Harimau Sumatera. ” Jejaknya menandakan Harimau-nya sedang berusaha lari, ini tampak dari ukuran dan bekas cakaran kuku. Daerah ini memang habitat Harimau Sumatera,” ujar Edward.

Ratno kembali bercerita bahwa mereka kekurangan relawan yang memiliki keahlian sebagai dokter hewan. Relawan hanya bisa melakukan pertolongan awal jika ada hewan liar yang terluka atau sakit.

Ntah sampai kapan Sinabung terus mengeluarkan amarahnya. Masyarakat hanya bisa berharap Sinabung segera mereda secepatnya. Saat ini yang bisa dilakukan adalah berdoa dan bersikap waspada. Kenali cuaca, bentang alam, demi keselamatan. ” Kami relawan turut berduka atas timbulnya korban jiwa pada letusan Sinabung kemarin.” kata Ratno mengakhiri percakapan.

read more