close

17/02/2014

Ragam

Sentuhan Indonesia di Festival Lingkungan Hidup Australia

Akhir pekan lalu, tanggal 14 hingga 16 Februari 2014, diadakan acara ‘big weekend’ sebagai bagian dari Festival Cara Hidup Ramah Lingkungan (Sustainable Living Festival) di pusat kota Melbourne, Australia. Ternyata, ada beberapa kios yang berbau Indonesia dalam acara ini.

Menurut situs resmi acara, Sustainable Living Festival pertama kali diadakan pada tahun 1998. Tujuannya adalah mengajak warga Australia menjalani hidup ramah lingkungan dengan cara berdiskusi, berbagi pengetahuan dan menampilkan produk-produk ramah lingkungan.

Disebutkan bahwa Festival tersebut setiap tahunnya dihadiri lebih dari 150.000 pengunjung.

Dalam acara big weekend, alias ‘akhir pekan akbar’, berbagai badan usaha membuka kios di dekat Federation Square, Melbourne, untuk menawarkan produk-produk mereka, mulai dari aksesoris sepeda, alat tenaga surya, properti untuk hidup secara kolektif dan mandiri, hingga layanan penguburan yang ramah lingkungan, yaitu yang tidak menggunakan bahan kimia dalam pengawetan dan juga peti mati.

Ada juga kios-kios yang berkampanye tentang aktivisme lingkungan hidup, hak-hak hewan, dan menawarkan gaya hidup alternatif. Misalnya, skema ber’bagi’ mobil dengan tetangga, atau co-housing, yaitu skema tinggal dalam suatu lahan dengan fasilitas bersama.

Di antara kios-kios yang ada saat big weekend, kios yang menjual tempe tampak digemari oleh para pengunjung. Kios itu menjual tempe goreng, gado-gado, dan produk tempe yang belum diolah.“Enak sekali. Kami dari Italia, dan di sana tak banyak makanan lain selain makanan Italia,” ucap salah satu pengunjung yang mencoba tempe goreng.

Selain itu, ada juga kios Bottle for Botol, yaitu inisiatif untuk mengurangi sampah di Bali dengan cara menghubungkan sekolah di Bali dan sekolah di Australia, dan menyumbangkan botol minuman ke para siswa di Bali untuk mengurangi sampah gelas plastik air mineral. Menurut direktur Bottle for Botol, Chris Kemp, gagasan inisiatif tersebut muncul saat Ia menjadi sukarelawan di Indonesia.[]

Sumber:

read more
Green Style

Nyamannya Kontainer Ramah Lingkungan

Ini bukan sembarang kontainer atau struktur baja bekas yang sering ditemui teronggok di pelabuhan, melainkan “Container Guest House”. Kontainer ini istimewa dan bisa digunakan sebagai tempat tinggal tamu.

Adalah seniman asal San Antonio, Texas, Amerika Serikat, yang punya gawe dan memakai jasa Poteet Architects untuk membangun hunian sementara yang diperuntukkan bagi keluarga dan kerabat sang seniman ketika berkunjung.

Secara spesifik, sang seniman meminta Poteet Architects mengeksplorasi penggunaan kontainer dan barang-barang bekas yang bisa dengan mudah didapat di sekeliling tempat tinggalnya.

Hasilnya, Poteet Architects berhasil membuat rumah tinggal sementara bernama “Container Guest House”. Rumah tinggal tersebut memiliki ukuran relatif mungil, tetapi memiliki fasilitas cukup lengkap. Bahkan, di dalamnya terdapat kamar mandi berukuran 3 m2. Selain itu, kontainer ini juga memiliki keunggulan. Beberapa fitur dan bahan yang digunakan untuk membuatnya tergolong ramah lingkungan.

Proses pembuatan tempat tinggal sementara ini saja sudah menggunakan kontainer bekas. Alih-alih dibiarkan teronggok begitu saja, Poteet Architects berhasil menyulapnya sebagai tempat tinggal. Kemudian, di bagian atap kontainer tersebut dijadikan taman. Tidak hanya mempercantik kontainer, taman di atasnya tersebut membuat temperatur udara di dalam kontainer lebih nyaman dan sejuk.

Sementara itu, pasokan air untuk mempertahankan kondisi tanaman di atap kontainer didapat dari air hasil daur ulang wastafel dan air dari pancuran kamar mandi. Tidak hanya greywater, kamar mandi dalam kontainer mungil ini pun memiliki kloset yang mampu mengolah kotoran manusia.

Kenyamanan ternyata juga masih menjadi salah satu unsur penting dalam pembuatan tempat tinggal sementara ini. Bagian interior “Container Guest House”, baik dinding maupun lantainya, dilapisi dengan busa semprot dan dilapisi kembali dengan tripleks bambu. Di luar juga terdapat dek yang dibuat dari hasil daur ulang botol soda.

Karena kejeniusan di balik usaha membangun hunian sementara ramah lingkungan ini, “Container Guest House” pun memenangkan Design Award 2010 dari AIA San Antonio.

Sumber : kompas/dailymail

read more
Energi

Jepang Berminat Investasi Energi Ramah Lingkungan

Pemerintah menawarkan Jepang berinvestasi pada sektor Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) yang saat ini tengah serius dikembangkan di Indonesia. Pemerintah Jepang khususnya daerah Osaka merupakan daerah yang unggul untuk pengembangan EBTKE.

“Indonesia tertarik juga karena di sana itu unggul di bidang konservasi EBTKE. Kita sedang mendorong adanya perusahaan yang namanya ESCO (Energy Service Company),” ujar Direktur Jenderal Kerjasama Industri Internasional Kementerian Perindustrian, Agus Tjahjana saat ditemui di kantornya, Jakarta, Senin (17/2/2014).

Agus mengaku di Indonesia sudah banyak asosiasi penggiat EBTKE. Hadirnya perusahaan Jepang yang sudah berkompeten di bidang EBTKE akan mampu menjadi mitra pengusaha lokal dalam bertukar pengalaman.

“Kita sudah banyak kok, ada asosiasi di sini, kita kan sudah ada kerja sama dengan AS dan World Bank untuk ESCO. Karena Jepang unggul, kita harapkan bahwa bisa memberikan kerja sama perusahaan yang bergerak di bidang ini bertukar pengalaman,” jelasnya.

EBTKE dinilai berperan untuk menekan pemakaian energi yang berlebihan, khususnya dapat mengganti konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM). Sebab, energi fosil juga selalu menimbulkan polusi.

“Karena kita mau tidak mau harus menekan tingkat dari pemakaian energi. Karena dia sudah maju sekali, kita harap perusahaan-perusahaan kita bisa kerja sama dengan ESCO,” ucapnya.

Selain itu, Agus mengaku juga tertarik bekerja sama dengan Jepang untuk mengembangkan produk Light Emitting Diode (LED). “Ada lagi juga mengenai LED, kita juga tertarik karena dia juga cukup maju. Lebih banyak ke arah energi sekarang. Tapi untuk sekarang mereka belum niat investasi,” katanya.

Sementara itu, Wakil Menteri Perindustrian, Alex SW Retraubun mengaku kerja sama bisnis antara pengusaha kedua negara dapat berkontribusi pada pembangunan industri di Indonesia. Diharapkan ke depan dapat memperkuat pola perdagangan bilateral yang selama ini berjalan.

“Dan secara khusus dapat mengintensifkan kerja sama bidang kelestarian lingkungan dan EBTKE dalam kegiatan industri Tanah Air,” ungkapnya.

Seperti yang diketahui, delegasi Pemerintah Osaka, Jepang yang terdiri dari Gubernur Osaka, Ichiro Mastui dan 11 perusahaan asal Osaka hari ini mendatangi Kementerian Perindustrian untuk menjajaki kemungkinan kerja sama antar dua belah pihak.[]

Sumber: merdeka.com

read more