close

27/02/2014

Ragam

Ingat, Jangan Pilih Caleg Anti Lingkungan

Komunitas Jurnalis Pena Hijau Indonesia bersama sejumlah organisasi lingkungan di Kalimantan Selatan seperti Walhi, mengampanyekan kepada masyarakat untuk memilih calon anggota legislatif (caleg) yang peka dan peduli terhadap lingkungan.

Wakil Ketua Komunitas Jurnalis Pena Hijau Indonesia Rahman Khaidir di Banjarmasin, Selasa (25/2/2014) mengatakan pihaknya berharap masyarakat lebih cerdas dalam menggunakan hak pilih dengan memilih para caleg yang peduli terhadap persoalan lingkungan.

“Masyarakat harus cerdas dengan memilih para caleg yang punya komitmen dan kepedulian terhadap persoalan lingkungan,” tuturnya.

Masalah ini dinilai sangat penting, karena persoalan kerusakan lingkungan dan dampak bencana yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini tidak lepas dari masalah kebijakan pemerintah.

Para wakil rakyat mempunyai peran vital dalam pengambilan kebijakan maupun pembuatan peraturan baik di tingkat pusat dan daerah.

Menurutnya, sejauh ini peran wakil rakyat belum peka terhadap berbagai persoalan lingkungan. “Kami juga menuntut para wakil rakyat terpilih nantinya untuk lebih prolingkungan,” tambahnya.

Meski dinilai belum maksimal, secara khusus komunitas para wartawan lingkungan ini juga memberikan apresiasi kepada DPRD Kalsel yang telah menerbitkan sejumlah peraturan daerah (perda) berkaitan dengan persoalan lingkungan seperti yang mengatur pertambangan, reklamasi tambang, lahan pertanian berkelanjutan.

Termasuk fatwa MUI tentang haramnya kegiatan penambangan dan penebangan liar. []

Sumber: metrotvnews.com

read more
Green Style

Begini Hotel Ramah Lingkungan

POP! Hotel, jaringan hotel budget berkonsep ramah lingkungan kini hadir di Kemang, Jakarta Selatan. Hotel ini diresmikan pada Rabu (26/2/2014). Acara pembukaan mengusung tema Plant Today for a Greener Tomorrow.

POP! Hotel Kemang merupakan hotel kedelapan yang dimiliki oleh Jakarta Setiabudi Internasional Group dan dikelola oleh Tauzia Hotel Management. Berlokasi di Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan, POP! Hotel menjadi hotel berkonsep budget pertama di wilayah yang terkenal dengan banyaknya galeri seni, restoran, dan hiburan malam ini.

“Hotel ini menyasar smart and eco friendly yang memilih sesuatu karena tidak ribet. Mereka tahu kebutuhan mereka. Jadi pasarnya tidak hanya low budget traveler,” ujar Irene Janti, Brand Director POP! Hotels.

Dengan konsep ramah lingkungan, POP! Hotel Kemang menggunakan material-material yang ramah lingkungan. Koridor hotel menggunakan fresh air ventilasi sehingga lebih hemat energi dibanding harus menggunakan air conditioner (AC). Untuk penerangan menggunakan lampu-lampu hemat energi. Begitu juga dengan shower di setiap kamar mandi yang dirancang agar bisa meminimalisasi penggunaan air.

Pada acara pembukaan dilakukan penanaman pohon secara simbolis. Penanaman pohon dilakukan dengan membuat taman gantung di area hotel. “Karena keterbatasan lahan di area hotel, kami tidak mungkin melakukan banyak penanaman pohon. Jadi kami mengatasinya dengan membuat taman gantung di area hotel. Botol-botol bekas digunakan sebagai potnya,” tutur Irene.

POP! Hotel Kemang memiliki total 110 kamar dengan tipe yang sama. Satu kamar berkapasitas untuk tiga orang. Selain itu, terdapat pula fasilitas ruang rapat. Untuk harga pembukaan, pihak hotel menawarkan harga Rp 398.000 pada hari biasa, dan Rp 418.000 pada akhir pekan.

“Kami menetapkan sistem harga tetap. Tidak ada indikasi naik turun. Jadi ketika tamu datang, mereka tidak perlu khawatir dengan harga yang berubah-ubah,” tambah Irene.[]

Sumber: kompas

read more
Ragam

Pengelolaan Lingkungan Masih Banyak Celah

Pakar lingkungan, dosen Fakultas Taknik (FT) dan mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Ir. Sudjarwadi, MEng, PhD berpendapat, secara umum masalah lingkungan hidup baik sosial maupun alam di kalangan industri ada kemajuan. Namun apabila dicermati masih banyak celah dan peluang dalam pengelolaan lingkungan industri yang harus diperbaiki.

“Pengambilan air baku dari sumur dalam, misalnya, adalah pergeseran dari proses alami dibuat dengan proses buatan, namanya human made atau buatan manusia. Bagaimana mengisi supaya tampungan air tanah agar terisi lebih cepat, karena yang menggunakan banyak itu merupakan peluang yang perlu diupayakan,” katanya kepada wartawan, di sela “Seminar Nasional Pembangunan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan” di Diamond Convention Center, Kamis (27/2/2014).

Prof. Sudjarwadi mengingatkan, pembangunan kawasan industri juga harus memperhatikan dampak lingkungan alam, seperti ketersediaan air sekaligus pengelolaan limbah industri. Ketersediaan air baku di kawasan air tanah yang makin terbatas, dapat diatasi dengan penggunaan teknologi.

Dia menegaskan, pengolahan limbah dengan cara sederhana, yakni memilah-milah limbah agar dapat menghindarkan polusi kimia, bakteri dan fisik, juga merupakan peluang yang semakin penting. Pakar lingkungan itu berharap, kolaborasi antara perguruan tinggi (PT) dengan industri dapat berkontribusi mengembangkan masyarakat dan memakmurkan wilayah.

Menanggapi pernyataan pakar lingkungan itu, Presiden Direktur PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRITEX), Iwan Setiawan Lukminto menyatakan, pembangunan lingkungan suatu kawasan industri harus melihat jauh ke depan.

Dia mencontohkan upaya mencegah kerusakan lingkungan alam, di perusahaannya dilakukan melalui pengelolaan limbah tekstil yang ramah lingkungan. Selain itu, dia menyebut penggunaan bahan kimia ramah lingkungan dan meminimalisir penggunaan energi.

Iwan mengungkapkan, dengan meminimalisir penggunaan energi, di antaranya air akan dapat menjaga ketersediaan air tanah di kawasan industri dan menghemat biaya yang dikeluarkan untuk air.

“Banyak hal yang dibuang, seperti air kalau dihitung cost per meternya akan mahal. Perlu upaya, bagaimana agar penggunaan air tidak banyak dan akhirnya penggunaan energi tidak dibuang. Itu akan bisa menyelamatkan lingkungan hidup, tidak mencemari rumah tangga. Lalu dalam penggunaan pengolah limbah kimia yang baik, berarti limbah kimia tidak banyak yang dibuang,” ujar Iwan.

Sementara itu, Dekan Fakultas Teknik UNS, Prof. Dr. Kuncoro Diharjo menyatakan, kolaborasi akademisi dan dunia industri dapat dilakukan dalam berbagai bidang. Di antaranya dia menyebut bidang teknik, yakni pengelolaan limbah yang lebih baik dan penyediaan bahan kimia ramah lingkungan.

Dia menyebutkan, FT UNS kini memiliki desa binaan di Bontang, Kalimantan Timur dalam pengelolaan mangrove sebagai pewarna alami. Mahasiswa FT juga telah meneliti pemanfaatan limbah industri tekstil berupa benang untuk mengurangi dampak lingkungan.

“Kolaborasi antara akademisi dengan bisnis, kita kembangkan lagi dan beberapa riset kita juga fokus pada persoalan lingkungan. Contohnya, teman-teman yang riset di bidang material mengarah pada material yang ramah lingkungan, dari syntetic material ke natural material. Terkait dengan limbah Sritex kita jadikan obyek riset yang bernilai ekonomi, karena kami baru saja menerima mahasiswa yang meneliti benang-benang bekas,” imbuhnya.[]

Sumber: pikiranrakyat

read more