close

11/03/2014

Kebijakan Lingkungan

Kesejahteraan Masyarakat Tergantung Lingkungan

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengemukakan bahwa dirinya berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui pengelolaan lingkungan yang baik.

“Melalui pengelolaan lingkungan yang baik, masyarakat bisa hidup layak. Pertumbuhan ekonomi pun meningkat,” ujar wali kota yang karib disapa Risma, dalam acara rapat akbar Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) di Jakarta, Selasa (11/3/2014).

Wali kota terbaik dunia itu menambahkan pembangunan Surabaya bukan hanya sekadar membangun, tetapi dengan kebersamaan membuat kota lebih ramah lingkungan. Risma menceritakan pada awalnya petani di Surabaya bagian barat tidak memperhatikan aspek lingkungan, tapi setelah dilakukan pembinaan untuk bercocok tanam berbasis lingkungan, kesejahteraan petani meningkat.

“Sebagian besar jadi petani sukses, dan merambah ke daerah lain,” jelas dia.

Begitu juga dengan petani garam yang meningkat kesejahteraan. Nelayan pun tak luput diajak Risma untuk mengelola hutan bakau. Hasilnya luar biasa, nelayan bisa hidup layak. Risma juga membuat taman-taman kota, dan mengajak masyarakat untuk membersihkan sungai. Saat ini, sejumlah ikan mulai hidup di sungai tersebut.

“Kami juga berusaha mencegah banjir, dengan memperbaiki saluran air,” lanjut dia.

Pertumbuhan ekonomi Surabaya pun pada awal pemerintahannya 2010 meningkat dari sebelumnya lima persen menjadi tujuh persen. “Tidak perlu takut mengelola lingkungan. Pembangunan berbasis lingkungan tidak membuat miskin, malah sejahtera,” tukas dia.[]

Sumber: republika.co.id

read more
Tajuk Lingkungan

Cukupkah Tolak Caleg Pohon?

Belakangan banyak beredar opini bahwa jangan memilih caleg yang memasang poster di pohon dikarenakan caleg ini merusak pohon dengan memaku poster di pohon-pohon tersebut. Caleg ini dianggap tidak pro lingkungan, bahkan dicap merusak lingkungan. Apakah benar, caleg-caleg yang posternya dipaku pada batang pohon tidak peduli lingkungan? Rasanya terlalu sederhana dengan hanya menilai seseorang itu cinta lingkungan hanya sebatas memaku pohon. Simplikasi ini agak menyesatkan, sehingga banyak kita lihat orang-orang mengklaim dirinya cinta lingkungan gara-gara menanam pohon. Apakah cukup cinta lingkungan dengan tidak memaku pohon?

Anjuran untuk memilih caleg yang cinta lingkungan memang sangat tepat ditengah minimnya dukungan politik bagi pelestarian lingkungan dari wakil rakyat. Tetapi tidak hanya sebatas itu ekspresi cinta lingkungan. Harus diselidiki lebih dalam bagaimana visi dan misi caleg terkait kepeduliannya terhadap lingkungan secara lebih luas, bukan hanya semata menanam pohon. Ada banyak tema-tema lain seperti pengelolalaan sumber daya alam, pengelolaan sampah, taman kota, kepedulian terhadap pejalan kaki, mencari bahan bakar alternatif, hemat energi dan banyak lainnya. Mereduksi isu lingkungan sebatas batang pohon sangatlah naif.

Pemilu sendiri ternyata belum ramah lingkungan jika kita lihat perhelatan ini dari perspektif penggunaaan material pemilu. Kita sebut saja mulai dari spanduk, poster, banner dan media peraga lain yang menggunakan bahan baku dari plastik. Spanduk modern saat ini nyaris semuanya menggunakan karet sintetis yang tidak dapat diurai oleh alam. Berapa banyak limbah plastik yang dihasilkan dari ribuan meter yang terbuang percuma mencemari tanah-tanah kita? Belum lagi ribuan liter tinta yang dipakai menulis spanduk.

Selain spanduk juga ada pencetakan kertas suara yang mungkin membutuhkan jutaan kilogram kertas yang berarti ribuan perlu dipotong untuk dibuat pulp, bahan baku kertas. Belum ada aktivitas-aktivitas kampanye yang dilakuan dengan menghadirkan ribuan massa yang ujung-ujungnya menghasilkan jutaan kilogram sampah. Selain itu, konvoy-konvoy kendaraan bermotor memperparah jejak karbon. Benar-benar pemilu yang tidak ramah lingkungan.

Di beberapa negara maju, ada dilakukan pemilihan pemimpin secara elektronik, yaitu dengan hanya menekan tombol pada perangkat tertentu. Metode ini jauh lebih ramah lingkungan dibanding metode konvensional seperti sekarang ini. Ada banyak perubahan yang harus dilakukan jika ingin benar-benar disebut Pemilu ramah lingkungan.

Pohon bukan segalanya, hanya salah satu sisi. Tetapi jangan hanya berhenti disitu saja, ada banyak aspek harus dibenahi, komprehensif lah.[]

read more
Sains

Ilmuwan Unsyiah Ciptakan Pestisida Alami Ekstrak Bawang Putih

Peneliti dan dosen pada Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Syiah Kuala (FMIPA Unsyiah), Dr Khairan Yusuf MSc, menemukan suatu formula yang efektif sebagai pestisida alami untuk membasmi cacing Aphelenchoides sacchari dan Aphelenchoides grayi pada tanaman jamur.

Formula itu berupa ekstrak bawang putih. Di samping itu, ekstrak metanol bawang putih juga efektif membunuh cacing pada tanaman wortel, membunuh cacing C elegens maupun cacing root knot dalam waktu 40 menit.

Sementara itu, minyak bawang putih (garlic oil) dilaporkan efektif membunuh cacing pada tanaman kentang dan pada usus kambing Haemonchus concortus. Ekstrak bawang putih juga efektif digunakan sebagai repellent untuk mengusir hama ular dan kalajengking, karena aroma yang dikeluarkannya sangat menyengat.

Hasil riset Dr Khairan itu disampaikan Ketua Tim Focal Research Area (FRA) FMIPA Unsyiah, Dr Zulkarnain Jalil MSi kepada media di Banda Aceh, Senin (10/3/2014) sore setelah lebih dulu dipaparkan Dr rer nat Khairan Yusuf MSc untuk kalangan internal pada Forum SDM Focal Research Area FMIPA Unsyiah di balai senat fakultas itu, Jumat (7/3/2014).

Peneliti merekomendasikan bahwa bawang putih yang sebagian besar merupakan produk impor, dapat dikembangkan secara luas di Aceh untuk aplikasi sebagai pestisida alami.

Sebagaimana diketahui, bawang putih dan bawang merah telah lama digunakan sebagai obat rakyat karena bersifat antimikrobial, antijamur, dan sebagai desinfektan. Uji laboratorium menunjukkan bahwa tanaman ini kaya akan kandungan senyawa sulfur seperti Alliin, Allicin, dan beberapa senyawa polisulfan lainnya. “Senyawaan ini telah diketahui menunjukkan reaktivitas yang tinggi terhadap berbagai jenis penyakit seperti kanker dan kecenderungannya sebagai fitoprotektan dan pestisida alami,” kata Zulkarnain mengutip sang peneliti.

Sang peneliti yang jebolan Universitas Saarbruecken, Jerman itu  menyebutkan bahwa tujuan utama dari penelitian ekstrak bawang putih itu adalah untuk melihat aktivitas senyawa organo-sulfur dari bawang putih dan senyawa analog untuk aplikasi pada bidang pertanian sebagai green pesticides (pestisida alami).

Penelitian itu berlangsung hampir tiga tahun, bekerja sama dengan dua universitas terkemuka di Jerman, yakni Saarbruecken University dan Kaiserlautern University. Hasilnya menunjukkan, Allicin adalah senyawa utama yang terdapat di dalam bawang putih. Khairan lalu melakukan uji aktivitas terhadap cacing Steinernema feltiae (SF) untuk melihat aktivitas dan toksisitasnya terhadap cacing dimaksud.

Oleh peneliti, cacing SF hanya digunakan sebagai model mikroorganisme uji prescreening. Alasan pemilihan cacing ini adalah harganya murah dan mudah didapat. Cacing ini pertama kali diisolasi oleh Felipjev, peneliti berkebangsaan Rusia pada tahun 1934.

Cacing SF adalah cacing mikro yang di Eropa umumnya digunakan sebagai pupuk alami atau predator alami untuk hama penggerek batang, daun, dan akar dan insektisida lainnya.

Alhasil, Khairan menemukan bahwa Allicin memiliki aktivitas yang sangat baik terhadap cacing SF dan diallyldisulfid  (produk utama hasil dekomposisi dari Allicin) juga menunjukkan toksisitas yang sangat tinggi terhadap aktivitas cacing SF.

Pestisida Ramah Lingkungan
Menurut Dr Khairan Yusuf, hasil riset yang dia lakukan selama tiga tahun itu dapat diaplikasikan untuk produksi pestisida alami (green pesticides) jenis baru yang ramah lingkungan. Bahkan nantinya bisa dikembangkan menjadi suatu produk komersial dalam bidang agroindustri.

Ia berharap Pemerintah Aceh berkerja sama dengan perguruan tinggi dan instansi terkait mengembangkan suatu lembaga penelitian seperti Pusat Antarstudi (PAU) yang berbasis sumber daya alam. Termasuk memanfaatkan sumber daya alam Aceh yang berlimpah untuk dikembangkan sebagai jenis obat baru yang sangat diperlukan dalam bidang kesehatan dan pertanian.  []

Sumber: serambinews.com

read more