close

14/03/2014

Energi

Limbah Cair Sawit Potensial Sebagai Energi Alternatif

Limbah cair kelapa sawit atau yang dikenal dengan palm oil mill effluent (POME) ternyata berpotensi menghasilkan gas metan dan berguna untuk sumber energi listrik alternatif.

“Jumlah POME di Kalimantan Timur sangat banyak karena luas perkebunan sawit sudah lebih dari 1 juta hektare, tetapi hingga kini POME belum dikelola maksimal padahal manfaatnya sangat besar untuk pembangkit listrik,” ujar Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak di Samarinda, Minggu.

Apabila POME dikelola dengan maksimal, maka hal itu mampu menjawab kekurangan energi listrik di Kaltim akibat suplai bahan baku yang rendah.

Untuk itu dia ingin agar perusahaan perkebunan kelapa sawit yang tersebar di kabupaten dan kota di Kaltim segera membantu rakyat sekitarnya, yakni melalui kegiatan corporate social responsibility (CSR) bekerjasama dengan PLN membangun pembangkit listrik bersumber dari pome.

Dia juga mengakui bahwa sudah ada beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit yang telah menunjukkann kepeduliannya dengan mengelola POME menjadi energi listrik alternatif (biodiesel) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Sejumlah perusahaan tersebut yakni PT Rea Kaltim Plantations di Kembang Janggut, Kutai Kartanegara, kemudian PT Telen Group di Talisayan, Kabupaten Berau, dan Group PT Sinar Mas dengan anak perusahaan PT Astra dan PT Smart di Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur.

Dia menyebutkan bahwa PT Rea Kaltim Plantations pada 2014 membangun pembangkit listrik tenaga biodiesel atau POME berkekuatan 8 mega watts, sedangkan PT PLN akan dibangunkan jaringan listrik dengan alokasi anggaran sebesar Rp53 miliar untuk kebutuhan listrik bagi masyarakat Kembang Janggut.

Ini berarti melalui pola kerjasama perusahaan kelapa sawit dengan PLN, maka akan ada ratusan rumah penduduk di sejumlah desa akan teraliri listrik.

Gubernur juga berharap kepada bupati yang di kawasannya terdapat lahan kelapa sawit agar mengajak perusahaan sawit membangun pembangkit listrik tenaga POME. Dorongan bupati sangat penting agar pengusaha sawit terpacu untuk membangunkan pembangkit listrik dari bahan baku yang sudah tersedia di lahan milik pengusaha.

Sumber: antaranews.com

read more
Ragam

UGM Bekerjasama dengan Taiwan Garap Lahan Merapi

Fakultas Pertanian UGM bekerjasama dengan Taiwan siap menggarap pertanian lahan pasir di sekitar lereng Gunung Merapi. Program pemberdayaan masyarakat berbasis pertanian ini ditujukan khusus pada petani yang terkena dampak bencana Merapi pada 2010 lalu. Hal itu dilakukan sekaligus untuk menghidupkan kembali sektor pertanian yang terganggu akibat lahan pertanian tertutup oleh debu dan pasir Merapi.

“Kita akan mulai dengan mempercepat pemulihan ekonomi korban bencana Merapi. Produknya pemberdayaan masyarakat berbasis pertanian,” kata Dekan Fakultas Pertanian, Dr. Jamhari, S.P., M.P., usai menerima kunjungan dari perwakilan kantor ekonomi dan perdagangan Taiwan untuk Indonesia, Chang Liang Jen, di ruang multimedia Fakultas Pertanian UGM, Selasa (4/3/2014).

Dipilihnya kawasan Merapi sebagai pusat pemberdayaan petani diakui Jamhari karena melihat kondisi ekonomi masyarakat petani di sekitar lereng merapi yang saat ini belum kembali membaik padahal erupsi sudah terjadi tiga tahun lalu. Menurut Jamhari, penyebabnya lahan pertanian yang tertutup pasir menjadikan masyarakat enggan membudidayakan pertaniannya kembali.

Untuk itu, Fakultas Pertanian UGM akan mengembangkan program budidaya pertanian lahan pasir dengan menaman tanaman hortikultura. “Kita sudah membentuk tim untuk mengembangkan komoditas hortikultura di daerah Merapi, termasuk pengembangan ternak sapi,” tegasnya.

Fakultas Pertanian UGM, kata Jamhari, sebelumnya sudah memiliki pengalaman dalam pengembangan pertanian lahan pasir, karena mengembangkan pertanian lahan pasir di daerah pesisir pantai selatan Jawa sejak awal tahun 80-an. “Dengan pengalaman ini, kita ingin mendorong di daerah Merapi berkembang ekonomi pertaniannya. Tidak hanya di Sleman, kita juga menerapkannya di Klaten dan Magelang,” katanya.

Chang Liang Jen mengatakan Taiwan akan mendukung program kerjasama di bidang pertanian tersebut dengan menggandeng dua universitas di Taiwan untuk terlibat. Dua universitas tersebut adalah National Taiwan University dan National Pingtung University. “Keduanya sangat maju untuk bidang pertanian,” paparnya.

Rektor UGM, Pratikno, menyambut baik kerjasama pemberdayaan masyarakat petani di wilayah pedesaan. Diakui Rektor, saat ini Indonesia membutuhkan jumlah stok pangan yang tidak sedikit terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan terutama beras. Kendati area lahan pertanian yang semakin sempit akibat alih fungsi lahan, salah satu strategi yang sudah dirintis oleh UGM dengan beberapa pemerintah daerah seperti di Ngawi dan Bojonegoro adalah pengembangan area lahan hutan jati untuk ditanam padi gogo. “Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan dan tercapainya ketercukupan pangan,” katanya.

Sumber: PSLH UGM

read more
Perubahan IklimRagam

Perubahan Iklim Akibatkan Perubahan Radikal Antartika

Para peneliti mengatakan perubahan iklim menyebabkan modifikasi laut secara luas dimasa mendatang. Perubahan ini membuat wilayah terbuka bebas es yang lebih besar dan mempengaruhi siklus hidup dari semua komponen ekosistem. Hasil penelitian ditulis dalam sebuah makalah yang diterbitkan dan didanai oleh National Science Foundation  NSF). Para peneliti menarik informasi dengan memakai Regional Ocean Modeling System, sebuah pemodelan komputer yang mengevaluasi lautan es, laut dan atmosfer.

Peneliti menyatakan bahwa ” memprediksi perubahan masa depan dalam ekosistem adalah sangat menantang , ” dalam makalah yang diterbitkan dalam Geophysical Research Letters. Perubahan diprediksi oleh model komputer memiliki potensi untuk menciptakan ” dampak penting tapi tak terduga pada ekosistem laut paling murni “.

Peneliti mencatat, angin dan perubahan suhu, akan mempengaruhi keseimbangan ekologi di dasar rantai makanan Antartika – termasuk perubahan dalam distribusi ganggang seperti udang krill dan gegat Antartika – yang pada gilirannya dapat menyebabkan gangguan di bagian atas rantai makanan termasuk penguin, anjing laut dan ikan paus, yang tergantung pada spesies sumber makanan tersebut.

Sebuah tim dari empat peneliti dari Virginia Institute of Marine Science ( VIMS ) di College of William and Mary dan the Center for Coastal Physical Oceanography at Old Dominion University in Norfolk, bersama-sama melakukan penelitian ini.

Seorang profesor di VIMS, Walker O. Smith  Jr dan penulis utama riset tersebut mengatakan pemodelan ini menunjukkan bahwa perubahan substansial dalam pengaturan fisik dari samudera akan menyebabkan perubahan besar dalam rantai makanan, perubahan yang didorong oleh perubahan iklim global. Disebutkan, samudera 100 tahun dari sekarang akan menjadi sistem yang sama sekali berbeda dari yang kita kenal sekarang.

The U.S. Antarctic Program (USAP), mengkoordinasikan semua penelitian AS di Benua paling selatan dan di Samudra bagian Selatan serta menyediakan dukungan logistik yang diperlukan peneliti.

Para peneliti mencatat bahwa selama 50 tahun terakhir distribusi dan tingkat es laut Antartika atau es yang mengapung di atas permukaan laut telah berubah secara drastis. Di antara perubahan-perubahan ini adalah penurunan es laut di sektor Bellingshausen – Amundsen, namun juga terjadi peningkatan es laut di Laut Ross Antartika.

Sumber: enn.com

read more
Green Style

Aksi Bijak Kertas, Jangan Boros Pakai Kertas!

Secara global penggunaan kertas mencapai 1 juta ton setiap harinya. WWF Indonesia bersama komunitas Earth Hour Jakarta dan Bandung kembali menggelar kegiatan Car Free Day (CFD) yang ketiga dalam rangka kampanye Earth Hour Indonesia pada Minggu (9/3/2014).

Acara ini bertujuan untuk menyerukan kepada masyarakat akan pentingnya mengadopsi gaya hidup ramah lingkungan yang mudah, murah, dan dapat dilakukan mulai dari diri sendiri dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Acara yang bertemakan #BijakKertas ini ditujukan agar masyarakat lebih bijak menggunakan kertas dan mendaur ulang sampah kertas.

Acara ini juga menandai mobillisasi komunitas secara serentak berbendera KolaborAKSI Serentak “Ini Aksiku! Mana Aksimu?” oleh para Earth Hour Champion di 26 kota di penjuru Indonesia, seperti Aceh, Padang, Palembang, Pekanbaru, Tanggerang, Jakarta, Bandung, Bogor, Samarinda, Balikpapan dan kota lainnya.

“Aksi #BijakKertas yang kami luncurkan hari ini bertujuan untuk mengajak komunitas di seluruh Indonesia beraksi dan mneciptakan perubahan di tingkat lokal karena masing-masing individu sesungguhnya memiliki kekuatan untuk turut melestarikan lingkungan,” ungkap Nyoman Iswarayoga, Direktur Komunikasi dan Advokasi WWF Indonesia, seperti dikutip WWF Minggu (9/3/2014).

“Bijak mengkonsumsi kertas, artinya ikut membantu mengurangi tekanan terhadap hutan alam dan lingkungan. Semakin banyak hutan alam yang ditebang, semakin buruk dampaknya bagi iklim bumi kita. Setiap orang punya kekuatan untuk menjadi konsumen yang bijak. Bijak dalam menggunakan kertas bisa banyak cara, di antaranya efisien menggunakan kertas seperti mencetak bolak-balik, mendaur ulang kertas yang tak terpakai, dan memilih produk kertas yang berasal dari proses produksi yang ramah lingkungan, tambah Nyoman.

Di Jakarta, aksi #BijakKertas dilakukan di area CFD sepanjang jalan Sudirman dan Thamrin, melibatkan aksi pengumpulan sampah kertas, buku, majalah, koran, dan brosur yang sudah tidak terpakai, aksi pembuatan buku dari kertas yang tidak terpakai, serta penghitungan sampah kertas yang terkumpul untuk kemudian disumbangkan kepada yang membutuhkan.

Aksi ini Juga dimeriahkan oleh beberapa komunitas yang ikut berpartisipasi seperti penampilan ‘Heart Mob’ oleh mahasiswa London School of Public Relations Jakarta.

Acara lanjutan kampanye Earth Hour Indonesia akan digelar pada (29/3/2014). Acara ini dilakukan melalui aksi global Switch Off atau mematikan lampu selama 1 jam pada pukul 20.30 – 21.30 waktu setempat di 154 negara peserta Earth Hour di seluruh dunia.

Penggunaan kertas merupakan bagian dari aktivitas sehari-hari kehidupan modern dan khususnya perkotaan, baik berupa kertas fotokopi, tisu, kemasan, maupun produk kertas lainnya. Bijak kertas bukan berarti melarang penggunaan kertas hanya saja pemakaian kertas harus sesuai dengan kebutuhan.

Sumber: liputan6.com

 

read more