close

21/03/2014

Perubahan Iklim

Perusahaan Sawit Siapkan Tim Pemburu Api

Direktur PT. Surya Panen Subur (SPS) 2, Teuku Arsul Hadiansyah mengatakan, operasional perusahaannya di lahan gambut, khususnya di Nagan Raya, berpatokan pada tiga langkah utama dalam mengelola perusahaan, yaitu manajemen pengaturan air, pemupukan, dan pengendalian kebakaran.

Melalui tiga langkah ini, PT. SPS beroperasi tanpa melakukan hal-hal yang menyalahi aturan hukum tentang perkebunan. Artinya, upaya pencegahan jangan sampai terjadinya kebakaran menjadi prioritas perusahan di areal gambut sejak beroperasi pada tahun 2008.

Menurut Asrul, sebelumnya lahan ini merupakan milik perkebunan kelapa sawit PT. Wolya Raya Abadi dan PT. Astra Agro Lestari yang dialihkan kepada PT SPS pada 2008. Luas areal perkebunan di lahan gambut yang kini menjadi milik PT. SPS yaitu sekitar 12.000 hektare yang sebagian juga dijadikan sebagai lahan konservasi.

Petugas Pemburu Api
Untuk mengawasi kebakaran lahan gambut di kabupaten Nagan Raya, PT SPS 2 menugaskan petugas pemburu api. Perusahaan ini membentuk regu pemantau titik api yang masing-masing regu berjumlah tujuh orang.

Upaya ini untuk mengantisipasi kebakaran lahan gambut khususnya di area perkebunan sawit. Di areal perkebunan SPS ada tujuh tower pemantau titik api.

“Khusus untuk memantau titik api, perusahan memiliki tujuh tower pemantau yang dilengkapi petugasnya pemantau dan setiap saat akan bertugas secara bergiliran,” kata Suardi, manajemen SPS.

Selain itu pihak perkebunan  juga telah menyediakan satu unit mobil pemadam kebakaran mini jika sewaktu-waktu ada kebakaran akan cepat ditangani oleh petugas untuk memadamkan api di areal perkebunan, terutama saat musim panas atau kemarau.

“Perusahan juga telah membangun parit-parit yang berisi air mengelilingi areal perkebunan. Hal ini diperlukan demi menjaga agar kondisi tanah tetap basah sehingga dapat mencegah munculnya titik api khususnya pada musim kemarau,” tambah Suardi.

Dia turut membantah apabila perusahaannya dituduh melakukan pembakaran beberapa waktu lalu.

“Artinya, titik api itu bukan di lahan kami, tapi muncul di areal okupasi atau lahan HGU PT. SPS. Namun belum dikelola dan pemanfaatannya oleh masyarakat,” katanya.

Sejauh ini perusahaan tetap akan menjalankan komitmen untuk tidak membakar lahan. Karena setiap sudut areal perkebunan kelapa sawit PT. SPS di kawasan lahan gambut ini telah dilengkapi rambu-rambu berupa larangan menghidupkan api. []

Sumber: theglobejournal.com

read more
Sains

Ini Cara Atasi Mati Lampu di India

Mereka menyebutnya Arus Searah Berkelanjutan (UDC) dan ini bisa menjadi solusi bagi mati lampu bergilir di India. UDC menjamin suplai berkelanjutan dari jaringan meski lagi giliran mati lampu.

Di negara bagian Tamil Nadu, mati lampu untuk waktu yang lama merupakan keseharian. Ini merugikan industri dan pertanian, mengganggu ribuan perusahaan mikro, skala kecil dan menengah.

Uday Kumar, seorang pengusaha kecil dari Madurai, menyambut baik teknologi baru, yang tengah diujicobakan pada perumahan di empat negara bagian di sebelah selatan India.

Arus searah berkelanjutan’ (UDC) menjanjikan suplai listrik dari jaringan bagi alat-alat elektronik rumah tangga seperti kipas angin, televisi, lampu dan pengisi baterai ponsel, walau saat mati lampu dan ketika permintaan tinggi.

Kebutuhan listrik mendasar
Proyek ini merupakan buah pikiran direktur Institute Teknologi India Bhaskar Ramamurti dan profesor teknik elektro Ashok Jhunjhunwala, seorang anggota dewan penasehat sains perdana menteri.

Ramamurti mengatakan UDC menargetkan suplai minimum 100 watt per hari untuk setiap rumah tangga, hanya dengan menambah sebuah alat sederhana di gardu-gardu listrik.

“Di rumah, warga menambah sebuah alat kecil pada meteran listrik. Jadi selain daya arus bolak-balik atau AC, kami juga dapat menyuplai output kedua sebesar 48 volt DC. Ini berarti hanya 48 volt DC dan 100 watt dari jaringan, namun 24 jam setiap hari,” jelas Ramamurti.

Masa depan LED
Daya tambahan kuat menyalakan tiga lampu, dua kipas angin dan sebuah pengisi baterai ponsel. Konsumen yang memilih skema ini harus membayar sekitar 12 Euro untuk alat tambahan di rumah, dan membeli bohlam LED serta kipas angin yang memakai daya listrik DC.

Warga juga dapat meningkatkan konsumsi listrik dengan menghubungkan panel surya dengan unit UDC.

Namun lebih jauh, para pengembang teknologi ini mengatakan asalkan panel surya ditambahkan, sistem mereka juga mampu memperkuat lokasi-lokasi usaha sehingga mengurangi ketergantungan atas generator diesel yang mahal.

Test, test
Seluruh mata tertuju pada hasil demonstrasi konsep di empat negara bagian Tamil Nadu, Karnataka, Kerala dan Andhra Pradesh. Ashok Jhunjhunwala mengatakan UDC akan mengubah kehidupan di India.

“Saya rasa idenya sangat sederhana namun memungkinkan keuntungan yang begitu besar. Jadi kalau penerapannya benar, India memiliki teknologi yang mampu mengubah kehidupan,” ucap Jhunjhunwala.

Begitu proyek percontohan berakhir dalam beberapa bulan mendatang, berarti tinggal menunggu persetujuan legislatif dan mengembangkan standar keselamatan. Lalu, diharapkan, UDC diterapkan di seluruh penjuru India.

Sumber: dw.de

read more
Ragam

Peringati Hari Air, Konsorsium Lingkungan Bersihkan Kali

Memperingati hari air sedunia, Konsorsium Lingkungan Jawa Timur, Jumat (21/3/2014) mengggelar ruwatan Kali Surabaya. Ruwatan digelar dengan beragam cara, membersihkan dan menabur benih ikan di sepanjang Kali Surabaya mulai kawasan Kebonsari hingga ke Rolak Gunungsari.

“Kami berharap, ruwatan ini menjadikan Kali Surabaya semakin baik,” kata Imam Rohani, Direktur Konsorsium Lingkungan, di sela-sela ruwatan di sekitar Rolak Gunungsari.

Hari air sedunia, sejatinya jatuh pada 22 Maret 2014, namun peringatan sengaja digelar mendahului pada hari ini.

Relawan yang terlibat ruwatan kali diantaranya adalah dari Perum Jasa Tirta, Badan Lingkungan Hidup, Garda Lingkungan, Mahasiswa Teknik Lingkungan, serta beragam LSM lingkungan.

Ruwatan sendiri digelar dengan cara melepaskan sebanyak 10 ribu ikan jenis bader dan kutuk yang merupakan dua jenis ikan habitat asli Kali Surabaya. Setelah itu, para relawan ini dengan mengendarai 30 perahu karet menyusuri sungai di sepanjang Kebonsari hingga Rolak Gunungsari untuk membersihkan aneka sampah.

Usai bersih kali, para relawan juga menggelar aksi tanam 100 pohon mangga di bantaran sungai. “Pohon mangga kita pilih karena produktif sehingga warga sekitar sungai bisa merawat dan mendapatkan buahnya,” kata Musdiq Ali Suhudi, Kepala Badan Lingkungan Hidup Surabaya.

Menurut Musdiq, dengan kegiatan semacam ini, diharapkan mampu meningkatkan kwalitas Kali Surabaya dari kelas 3 menjadi kelas 2 atau kali dengan kwalitas air layak minum. []

Sumber: suarasurabaya.net

read more