close

23/03/2014

Green Style

Seniman Aceh Kampanyekan Diet Kantong Plastik

Sebanyak 50 pelukis dari Komunitas Jaroe, Sanggar Senirupa 55, Lab Desain Arsitek Unsyiah, Warna-Warni Peduli Unsyiah, dan komunitas pendukung Earth Hour Aceh melakukan aksi parade melukis tas kain untuk mengkampanyekan gerakan Aceh Diet Kantong Plastik. Aksi ini dilaksanakan di lapangan Blang Padang, Minggu (23/3/2014).

Para pelukis menuangkan pesan-pesan penyelamatan lingkungan di atas kertas yang mereka lukis. Beberapa pelukis terkenal Aceh diantaranya Dedy Kalee, Reins Asmara dan Alil Otodidat turun menyumbangkan karya mereka dalam parade melukis ini.

Para peserta melukis pesan-pesan penyelamatan bumi dari kerusakan, mengajak peduli satwa, dan mendorong orang peduli pada kelestarian lingkungan hidup. Aksi ini menarik perhatian pengunjung lapangan Blangpadang yang sedang berolahraga.

Menurut Koordinator kota Earth Hour Aceh, Andhya Rusian Orcheva, aksi melukis tas ini salah rangkaian kampanye yang di laksanakan seretak di 30 kota di seluruh Indonesia menuju malam puncak Earth Hour tanggal 29 Maret 2014 yang ditandai dengan aksi sukarela mematikan lampu dan peralatan listrik yang tidak terpakai selama satu jam yakni pukul 21.00 – 22.00 WIB.

“Namun kampanye Earth Hour bukan saja dalam aksi penghematan energi listrik semata, tapi juga mengajak orang mulai peduli mengurangi sampah dengan diet kantong plastik,” kata Andhya.

Dengan melukis tas kain, Earth Hour ingin mengajak orang mulai membawa tas belanja sendiri dan mulai mengurangi penggunaan kantong plastik. Selain itu tas-tas yang dilukis akan dilelang di malam puncak Earth Hour yang hasilnya akan disumbangkan bagi pelestarian satwa di Aceh.

Pelukis Aceh Dedi Kalee menyebut aksi melukis tas ini merupakan salah satu kampanye lingkungan kreatif yang pernah ada. “Saya senang sekali aksi ini berdampak bagus dalam meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian lingkungan.” []

Sumber: TGJ

read more
Ragam

Tabrakan Kapal Sebabkan Minyak Cemari Terusan Houston

Satu kapal dan satu tongkang yang berisi hampir satu juta galon bahan bakar bertabrakkan dan mengakibatkan tumpahan minyak di Terusan Kapal Houston di Negara Bagian Texas, Amerika Serikat (AS), demikian keterangan pihak penjaga pantai setempat.

Peristiwa itu terjadi pada Sabtu sore (22/3/2014) di Terusan Kapal Houston di Teksas Selatan, dan tongkang berisi 924.000 galon bahan bakar bertabrakkan dengan kapal dagang sepanjang 178 meter.

Operator tongkang itu mengaktifkan rencana tanggap darurat yang menyelamatkan semua anak buah kapal (ABK)-nya yang berjumlahj enam orang, dan semuanta berada dalam kondisi stabil, kata pihak berwenang.

Tumpahan minyak telah dilaporkan di perairan tersebut, tapi jumlah minyak yang bocor tidak diketahui pada saat ini.

Pihak berwenang menyatakan, tongkang tersebut sedang dalam pelayaran dari Kota Texas ke Bolivar saat tabrakan terjadi, dan tongkang itu ahirnya tenggelam di terusan.

Lalu lintas laut di terusan yang paling berpengaruh di Houston Ship Channel itu telah dihentikan untuk sementara, dan hingga Sabtu malam belum diketahui sampai kapan akan dibuka lagi.

Pemilik tongkang dilaporkan mengusahakan reakti terpadu dengan pihak penjaga pantai AS dan Texas General Land Office di lokasi kecelakaan.

Peristiwa itu tercatat sebagai tabrakan kedua di Houston Ship Channel dalam waktu sekira satu pekan. Pada 14 Maret 2014 ada satu kapal barang yang membawa gandum bertabrakkan dengan tongkang yang membawa 840.000 galon bahan bakar di terusan tersebut, namun tidak mengakibatkan tumpahan minyak. []

Sumber: antaranews.com

read more
Flora Fauna

Ilmuan Australia Usulkan Penyelamatan Spesies Tertentu

Begitu banyak spesies hewan dan tumbuhan yang terancam kepunahan di Australia, hingga para ilmuwan meminta pemerintah untuk memilah-milah yang mana yang patut diselamatkan dan yang mana yang harus dibiarkan punah.

Permintaan itu jauh bergeser dari perjuangan berpuluh tahun untuk melestarikan semua spesies.

“Ada begitu banyak spesies yang terancam punah,” jelas Profesor David Bowman, ahli biologi perubahan lingkungan, di University of Tasmania.

Menurut Profesor Corey Bradshaw dari University of Adelaide, ada penurunan 95 persen jumlah mamalia di Taman Nasional Kakadu di Wilayah Utara Australia,.

“Great Barrier Reef sudah berpuluh tahunan mengalami penurunan keanekaragaman hayati. Kalau kita tak berhasil di taman-taman dan daerah terlindung yang terbesar, paling terkenal, dan paling banyak didanai di Australia, harapan apa yang ada bagi taman-taman nasional kita yang lain?” ucapnya.

Setidaknya 100 spesies sudah punah sejak kedatangan bangsa Eropa di Australia. Sebanyak 1.500 terancam, namun kemungkinan banyak yang sudah terlanjur punah tanpa disadari.

Hal ini juga terjadi di tempat-tempat lain di dunia. Tingkat kepunahan spesies mencapai tingkat yang begitu tinggi sejak kepunahan dinosaurus.

Sebagian penyebabnya adalah pengembangan daerah perkotaan, pertanian dan industri dan perubahan iklim. Selain itu, daerah terlindung di Australia pun kewalahan menghadapi ini, jelas para ilmuwan.

Menurut sebagian dari mereka, fokus untuk menyelamatkan seluruh spesies terancam tidaklah tepat. Yang lebih penting adalah menyelamatkan ekosistem dan spesies yang paling penting. Ini berarti berbagai peraturan yang tentang penyelamatan tersebut pun bisa saja diubah, jelas Jeff Smith dari Environmental Defenders Office, negara bagian New South Wales.

Contohnya, sekitar 300 sukarelawan di Tasmania, Australia Selatan dan Victoria berjuang menyelamatkan burung kakatua perut jingga di alam liar. Namun, menurut Bowman, usaha itu sepertinya sia-sia dan tak bijak dari segi keuangan.

Spesies yang jumlahnya kurang dari beberapa ratus di alam liar, seperti kakatua perut jingga, dinamakan ‘mayat hidup’ atau ‘zombie’ oleh para ilmuwan, karena kecil kemungkinan mereka bertahan hidup dalam beberapa waktu di masa depan, jelas Bradshaw.

Menurutnya, usaha konservasi harus memprioritaskan spesies yang penting bagi sistem pertahanan hidup. Oleh karena itu, serangga penyerbuk bisa jadi lebih penting dari burung yang cantik.

Menurut Menteri Lingkungan Hidup Greg Hunt, pemerintah Australia memiliki rencana tiga tahap untuk membantu spesies terancam: mengangkat komisoner spesies terancam, reformasi program perawatan lahan, dan tim pelestarian yang terdiri atas 15.000 anak muda Australia.

Tujuan pemerintah adalah “membantu sebanyak mungkin spesies.”

“Siapapun yang berkata akan menyelamatkan semua spesies saya rasa tidaklah jujur,” ucap Hunt.

Sumber: NGI/Australia Plus

read more