close

10/04/2014

Ragam

Lingkungan dapat Membalas Perlakuan Manusia

Eddy S Soedjono, akademisi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, mengharapkan pemerintah tak sekadar fokus mengurangi banjir. Menjaga kualitas air juga penting. Realitanya, selama ini kualitas air buruk. Banjir yang mendera warga pun memberi ancaman serius bagi manusia.

Ketua Jurusan Teknik Lingkungan ITS ini mengatakan, menjaga kualitas air maupun lingkungan dapat dilakukan dengan melibatkan warga. Limbah dapat diolah agar lingkungan tetap terjaga. Asal, masyarakat punya pemimpin inovatif. Pemimpin bukan berarti kepala daerah seperti wali kota atau gubernur. Guru hingga ketua RT juga punya peran besar dalam gerakan ini.

Namun demikian, pemerintah seakan pikir panjang menyiapkan anggaran untuk kegiatan serupa. Berbeda dengan alokasi bagi pembangunan infrastruktur, terlebih yang sifatnya investasi. Selama ini pun tersaji pembangunan fisik masif tapi pengelolaan buruk. “Bukan uang enggak cukup tapi dalam pengelolaan kesempatan korupsi kecil. Masuk ke ranah yang uangnya enggak bisa diambil, itu kurang seksi,” ungkap Eddy di Samarinda, awal April lalu.

Eddy mengingatkan, perhatian minim terhadap lingkungan memberi banyak risiko. Salah satunya bahkan bisa bikin pria berperilaku feminin. “Dulu pada masa Orde Baru, pemerintah sangat bagus mengendalikan penduduk dengan mengelola jumlah anak. Bisa dilakukan dengan program KB (Keluarga Berencana) lewat pil oleh ibu. Tapi, pil yang terserap itu sedikit. Sisanya keluar lewat kencing,” terang dia.

Ternyata limbah dari kandungan pil KB bisa bikin perubahan sikap jadi feminin karena terdapat banyak hormon estrogen untuk perempuan. Dan, kondisi ini bukan hanya terjadi kepada manusia. Hewan seperti ikan dan ayam juga kena dampaknya. Ikan maupun ayam bisa bertelur tanpa memiliki pejantan. “Ini semua terjadi karena pencemaran lingkungan,” sebut doktor lulusan The University of Birmingham, Inggris, tersebut.

Perubahan sifat menjadi feminin merupakan salah satu dampak dari Etinil Estradiol. Selain itu, bisa juga menurunkan jumlah sperma, kanker payudara, indung telur, testis, dan prostat. Termasuk mengganggu hormon fetus.

Ini menegaskan bahwa pencemaran lingkungan bukan hanya mengancam alam. Bagi manusia, generasi penerus lebih terancam lagi. Lingkungan rusak mesti dibayar mahal. Manusia bisa mati lebih cepat. Berbeda dengan manusia puluhan tahun lalu yang disebut lebih nyaman karena punya lingkungan bagus. “Anak-cucu kita bisa lebih cepat mati, bahkan dalam kondisi cacat. Lingkungan jahat sekali membalas kita,” tutur pria kelahiran Bandung, 8 Maret 1960 silam.

Sementara, cemaran limbah pabrik yang mengandung logam berat juga memberi dampak besar buat manusia. Pasangan muda yang kena cemaran logam berat, berpotensi besar memiliki anak pengidap autisme. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak pengidap autisme, sebagian besar terdapat kandungan logam.

Adapun kandungan logam berat dalam manusia, merusak jaringan saraf dan otak. Kondisi ini bisa tak terhindarkan mengingat logam berat dapat masuk tubuh lewat air mineral konsumsi.

Selain dari limbah pabrik, kandungan logam berat juga terdapat dalam emisi bahan bakar minyak (BBM) premium. Kampanye pemerintah agar publik beralih memakai pertamax dinilai tepat. Kebijakan tersebut bukan hanya demi kepentingan anggaran dalam menekan subsidi, tapi juga atas kelangsungan hidup.

“Bukan mau sok lingkungan, kita mesti pakai pertamax kalau sayang istri. Emisi Pb (timbal) lebih kecil sehingga kandungan timah hitam berkurang. Itu yang bikin banyak terjadi kelainan pada manusia karena logam berat,” urainya.

Eddy menyebut, belakangan banyak muncul pencemaran model baru. Dan, ini banyak disikapi negara-negara maju. Lingkungan dapat pengawasan ketat. Namun demikian, di Indonesia belum demikian. Padahal, peraturan hukum soal lingkungan sudah bagus. Jika Malaysia menetapkan lima parameter baku mutu air limbah, Indonesia bahkan 30 parameter. “Malaysia sampai kagum lihat parameter kita ada 30,” ujar dia.

Namun demikian, perbedaannya adalah Malaysia mematuhi lima parameter yang sudah ditetapkan. Sementara Indonesia, punya 30 parameter tapi tak berjalan. “Kalau disebut kita enggak punya hukum itu tidak benar. Peraturan sudah sangat baik tapi penegakkannya yang buruk,” keluhnya.

Sumber: kaltimpost.co

read more
Kebijakan Lingkungan

Aktivis Lingkungan Terkemuka Vietnam Dibebaskan

Organisasi EDLC dan Boat People SOS mengumumkan bahwa Dr Cu Huy Ha Vu , 56 , seorang pengacara, aktivis lingkungan, dan aktivis pro – demokrasi, telah dibebaskan dari penjara Vietnam dan tiba pada tanggal 7 April 2014 di Washington. Dr Vu akan Ia akan bekerja sebagai seorang peneliti di National Endowment for Democracy. EDLC dan mitra-mitranya telah berusaha keras mengadvokasi Dr Vu selama 3,5 tahun terakhir.

Dr Vu menjadi dikenal secara nasional karena pandangan pro – demokrasi dan mengajukan gugatan atas pembangunan hotel resort di situs warisan budaya yang dilindungi dan terhadap Perdana Menteri Nguyen Tan Dung karena menyetujui proyek pertambangan bauksit di Central Vietnam Highlands yang mengancam lingkungan dan kesehatan. Dr Vu mendapat dukungan yang luar biasa luas dari berbagai komponen masyarakat Vietnam dan menjadi terkenal di global melalui kekuatan internet.

Human Rights Watch mengeluarkan laporan yang panjang tentangnya, ” Vietnam : The Party vs legal activist Cu Huy Ha Vu, ” yang menggambarkan unsur-unsur unik yang membuat kasus ini menjadi ujian bagi pejabat tinggi pemerintah Vietnam dalam beberapa dekade.

Persidangan Dr Vu pada April 2011 berlangsung kurang dari enam jam. Dia dinyatakan bersalah atas tuduhan “Propaganda melawan pemerintah Republik Sosialis Vietnam ” menurut Pasal 88 KUHP dan dihukum oleh Mahkamah Agung Vietnam tujuh tahun penjara dan tambahan tiga tahun masa percobaan.

Pada tahun 2011, EDLC mengajukan banding di Vietnam dan memberitahu Kelompok Kerja untuk Penahanan Sewenang-wenang di Komisi Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia atas pelanggaran hak asasi manusia dalam kasus Dr Vu. Kelompok Kerja segera menemukan bahwa Dr Vu mengalami tindakan sewenang-wenang dan melanggar perjanjian hak asasi manusia yang Vietnam dan mendesak pemerintah untuk membebaskannya.

EDLC meminta dukungan dari pengacara di WilmerHale , LLP yang secara pro bono telah menganjurkan atas nama Dr Vu berkoordinasi dengan EDLC, Boat People SOS, Human Rights Watch dan organisasi hak asasi manusia lainnya.

EDLC merasa senang Dr Vu sekarang bebas dan menyambut kedatangannya dia ke Amerika Serikat.[rel]

read more
Tajuk Lingkungan

“An Inconvenient Truth”, Arti Sebuah Kebenaran dan Kesadaran

“Ada begitu banyak hal selain teroris dan masalah politik lainnya  yang layak mendapatkan perhatian kita di dunia“

Ini adalah kata-kata yang di ucapkan Al Gore, tokoh utama dalam sebuah film dokumenter yang mengangkat tema isu lingkungan global saat ini. An Inconvenient Truth adalah judul yang dipilih untuk film ini, film yan telah memenangkan penghargaan bergengsi di dunia film yaitu  Piala Oscar pada tahun 2007 dalam kategori “Best Documentary” dan “Best Original Song”.

Film ini sarat akan moral dan sindiran sosial atas ketidak pedulian kita terhadap lingkungan dan tentang isu – isu Pemanasan Global. Kita cenderung lebih melihat terhadap masalah-masalah lain yang lebih kepada kepopuleran dan bersifat non-ilmiah. Film ini juga menggambarkan bagaimana keadaan sebenarnya bumi kita yang sedang mengalami ancaman yang cukup serius apabila kita tidak segera bertindak. Membosankan?

Topik ilmiah seperti pemanasan global adalah topik yang membosankan bagi kebanyakan orang, tetapi berbeda jika dibawakan oleh seorang Al Gore. Harus diakui Al Gore memiliki kemampuan mempresentasikan sesuatu dengan baik. Ia mampu menampilkan ekspresi wajah dan gesture yang sangat baik. Ini membantunya dalam menggunakan humor dalam presentasi. Kita bisa melihat mimik wajah yang menunjukkan rasa kaget, keheranan, sedih dan berbagai ekspresi lainnya ketika dia menjelaskan presentasinya. Al Gore mampu menyajikan topik ini dengan sangat baik sehingga mudah dicerna oleh orang awam.

Albert Arnold Gore Jr, atau akrab disebut Al Gore, seorang senator di Amerika dan mantan Wakil Presiden Amerika Serikat di era 1993 hingga 2001, dianggap politisi pertama yang mengangkat bahaya dari emisi karbon dioksida sebagai penyebab meningkatnya pemanasan global. Pemanasan Global adalah kenaikan suhu permukaan bumi yang disebabkan oleh peningkatan emisi karbon dioksida dan gas-gas lain yang dikenal sebagai gas rumah kaca yang menyelimuti bumi dan memerangkap panas.

Secara sederhana Al Gore menjelaskan dalam presentasinya bahwa, sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan dipantulkan kembali dari permukaan bumi ke angkasa. Sebagaimana didalam presentasi tersebut, sinar tampak adalah gelombang pendek, setelah dipantulkan kembali berubah menjadi gelombang panjang yang berupa energi panas (sinar inframerah), yang kita rasakan. Namun sebagian dari energi panas tersebut tidak dapat menembus kembali atau lolos keluar ke angkasa, karena lapisan gas-gas atmosfer sudah terganggu komposisinya.

Akibatnya energi panas yang seharusnya lepas ke angkasa (stratosfer) menjadi terpancar kembali ke permukaan bumi (troposfer) atau adanya energi panas tambahan kembali lagi ke bumi dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga lebih dari dari kondisi normal. Inilah efek rumah kaca berlebihan karena komposisi lapisan gas rumah kaca di atmosfer terganggu, akibatnya memicu naiknya suhu rata-rata dipermukaan bumi, maka terjadilah pemanasan global. Karena suhu adalah salah satu parameter dari iklim dengan begitu sangat berpengaruh pada iklim bumi, terjadilah perubahan iklim secara global.

Al Gore memberi contoh misalnya gletser yang mencair di berbagai tempat di dunia, badai Katrina, rata-rata suhu yang panas di berbagai kota di dunia, bencana kekeringan, penipisan es di Artik, serta luas daratan yang berkurang jika es di Antartika atau Greenland mencair.

Dalam beberapa kesempatan, Al Gore juga menceritakan kehidupan pribadinya, bagaimana hal-hal yang terjadi pada kehidupannya membuat beliau menjadi seorang pejuang lingkungan. Pertama kali Al Gore mengetahui pemanasan global adalah dari Roger Revelle, dosennya sewaktu kuliah dan salah satu orang yang pertama kali mempelajari pemanasan global. Al Gore juga menceritakan rasa frustasinya ketika menghadapi senat Amerika Serikat, sebelumnya dia yakin jika kongres akan sama-sama terkejut jika mengetahui fakta pemanasan global, tetapi kenyataannya tidak sama sekali.

Dan setelah kekalahan tipisnya dari George W. Bush pada pemilu Amerika Serikat,Al Gore memilih untuk pergi dari kota ke kota untuk membicarakan isu lingkungan.

Amerika Serikat, negara maju yang menjadi salah satu penyumbang polusi terbesar di dunia (30,3% dari seluruh negara dunia) ternyata memang menjadi negara yang paling ‘keras kepala’ untuk mendukung gerakan penyelamatan lingkungan ini.  Al Gore menyebutkan bahwa Amerika Serikat sudah seharusnya sangat bertanggung jawab terhadap hal ini. Namun, pemerintah Amerika Serikat dalam film ini memberikan alasan klasik bahwa memperhatikan lingkungan akan menimbulkan kerugian ekonomi. Tentu menjadi kenyataan yang menyedihkan bagi Al Gore, sebagai aktivis lingkungan hidup yang selalu lantang menyuarakan penyelamatan lingkungan tetapi sering mendapat pertentangan dari negaranya sendiri.

Para politisi seniornya seperti George Bush Senior dan Ronald Regan pun memberikan berbagai komentar skeptis bahkan mengatakan issue ini hanyalah hoax (berita bohong). Al Gore menanggapi mereka dengan pernyataan “If the issue is not on the tip of their constituent’s tongue, it’s easy for them to ignore it”.

Peningkatan ekonomi, peningkatan kebutuhan energi dan cadangan energi yang berkurang adalah masalah di hampir semua negara. Pertambahan penduduk menyebabkan pertambahan permintaan akan makanan, air, dan sumber daya alam. Kemajuan teknologi dalam satu hal memudahkan pekerjaan manusia, tapi di lain hal membutuhkan energi bahan bakar yang tidak sedikit. Ini semua secara langsung maupun tidak mempercepat kehancuran bumi. Namun sayangnya isu pemanasan global masih sering dinafikkan dengan kaitan politik dan berbagai kepentingan.

Agaknya berbagai bencana tidak bisa membuka mata manusia, mungkin sebelum bencana itu menimpanya sendiri. Padahal pada satu sisi yang lebih penting, Politik salah satu unsur yang sangat berperan penting dalam menangani permasalahan ini. Semua dapat di lakukan melalui produk-produk yang dihasilkan dari proses perpolitikan yang ada pada setiap negara dan lebih pro terhadap masalah-masalah lingkungan global. Produk – produk ini haruslah menjuru kepada kebijakan- kebijakan yang sangat kuat baik dari segi pengaturan, penerapan, hukum dan keseriusan.

Namun harus diakui, bukannya berpandangan skeptis tapi memang pada kenyataannya saat ini masih sangat sulit menembus tembok kebijakan untuk mengutamakan isu lingkungan disana daripada isu-isu lainnya. Meskipun juga saat ini beberapa tempat atau pun negara sudah behasil melakukannya, namun persentasenya masih sangat minim.
Untuk saat ini, hal terkecil adalah tidak ada cara lain selain memulai dengan cara menumbuhkan kesadaran pribadi dan memberikan pemahaman dasar di lingkungan sekitar kita. Bahwa sebenarnya pemanasan global ini bukanlah hanya sekedar isu rendahan atau isu anak sekolahan saja, tetapi ini merupakan isu umum yang bersifat pribdi terhadap setiap individu.

Kita harus sadar bahwa kita yang menyebabkan masalah lingkungan ini dan apa yang harus kita lakukan untuk itu. Al Gore  menyatakan bahwa kita bisa meralat kesalahan kita dan bersama-sama ‘menyembuhkan’ dunia ini kembali. Mana yang harus kita pilih jika disuruh untuk memilih: emas atau bumi? Emas tidak berarti jika kita tidak memiliki bumi.

Hal yang harus kita lakukan adalah setidaknya mengubah gaya hidup kita, seperti mulai mengurangi emisi karbon dengan memakai peralatan hemat energi, kurangi pemakaian alat permanas dan pendingin, menggunakan alat transportasi hemat energi dan lingkungan seperti mobil hybrid, budayakan berjalan kaki atau gunakan sepeda atau kendaraan masal untuk pergi ke manapun, gunakan lagi barang-barang yang masih bisa digunakan dan daur ulang, sebarkan pada orang keluarga katakan pada orang tua mu untuk tidak merusak bumi kita, atau ajak anak, saudara dan teman kita untuk menyayangi planet tempat mereka tinggal ini, pilih pemimpin yang perduli lingkungan hidup dan bertekad menyelamatkan lingkungan.

Tanamlah banyak pohon, berbicaralah pada komunitasmu untuk ikut berpartisipasi, bergabunglah dengan organisasi pencegahan pemanasan global, dan perbanyaklah pengetahuan tentang krisis iklim dan wujudkan pengetahuanmu itu dalam aksi. Mungkin hanya ini yang bisa kita lakukan seperti yang diungkapkan pada bagian akhir dari film dokumenter menarik ini, atau masih banyak hal lainnya. Intinya kembali kepada seberapa besar kepedulian dan kesadaran kita bersama untuk merespon dan mencari solusi terhadap isu pemanasan global tersebut.

Dan diakhir mari kita renungkan sebuah pesan singkat yang di lemparkan Al Gore pada sebuah pidatonya : “Generasi mendatang akan bertanya kepada kita satu dari dua pertanyaan berikut. Mungkin mereka bertanya: “Apa yang kalian pikirkan di masa lalu; mengapa kalian tidak bertindak ?” Atau mereka akan bertanya: “Bagaimana kalian menemukan dorangan moral untuk membahas dan pada akhirnya memecahkan krisis yang menurut banyak orang mustahil terpecahkan ? “Kita memiliki tujuan. Kita banyak. Untuk tujuan ini kita bangkit, dan kita akan bertindak.”[]

Penulis adalah mahasiswa Fisip Unsyiah dan artikel ini merupakan tugas Mata Kuliah Politik Lingkungan Global dan Sumber Daya Alam.

read more