close

18/04/2014

Ragam

KLH Gelar Pekan Lingkungan Indonesia 2014

Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya meluncurkan Pekan Lingkungan Indonesia (PLI) 2014 yang akan digelar di Jakarta pada 29 Mei hingga 1 Juni mendatang. Untuk gelaran yang memasuki tahun ke-18 ini, PLI 2014 mengusung tema Satukan Langkah, Lindungi Ekosistem Pesisir dari Dampak Perubahan Iklim.

Pemilihan tema ini bertujuan memberikan kesadaran kepada masyarakat atas pentingnya perlindungan ekosistem pesisir dan dampak perubahan iklim dalam rangka ketahanan lingkungan.

Tema tersebut juga selaras dengan tema World Environment Day 2014 yang dikeluarkan oleh United Nations Environment Programme (UNEP) yaitu Raise Your Voice, Not the Sea Level.

“Melalui PLI 2014, Kementerian Lingkungan Hidup mengajak semua pihak untuk menyatukan langkah, melindungi ekosistem pesisir dari dampak perubahan iklim sehingga tercapai ketahanan lingkungan. Ini adalah tanggung jawab bersama masyarakat Indonesia,” kata Balthasar saat peluncuran PLI 2014 di Jakarta, Kamis (17/4/2014).

Indonesia adalah negara maritim yang terdiri dari 17.504 pulau, termasuk lima pulau besar, yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Wilayah pesisir dan laut Indonesia memiliki arti penting tersendiri, karena sekitar 30% mangrove dan terumbu karang terbaik dunia berada di Indonesia, serta sekitar 85% sumber daya ikan Indonesia berasal dari perairan pesisir.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup RI, sekitar 60% penduduk Indonesia hidup di wilayah pesisir, sekitar 65% kabupaten/kota terletak di kawasan pesisir, juga sekitar 26,5% kontribusi terhadap PDB nasional dan sektor kelautan dapat menampung lebih dari 16 juta tenaga kerja.

Sejalan dengan pesatnya kegiatan pembangunan, permasalahan lingkungan hidup dari hari kehari dirasakan semakin kompleks, terutama dampak perubahan iklim yang antara lain menyebabkan peningkatan suhu permukaan bumi yang mengakibatkan naiknya permukaan air laut.

Hal ini akan berdampak langsung terhadap kondisi pesisir dan laut serta keberadaan sejumlah pulau-pulau kecil yang ada dalam gugusan kepulauan Indonesia.

Menurut Balthasar, jika kemerosotan kualitas lingkungan ini terus menerus terjadi bukan tidak mungkin di masa yang akan datang bakal mempengaruhi ‘Ketahanan Lingkungan’.

“Salah satu ciri bahwa ketahanan lingkungan mulai melemah adalah dengan semakin cepatnya laju kerusakan dan pencemaran lingkungan. Maka, sejalan dengan hal tersebut dilaksanakan PLI 2014 yang mempertemukan antara masyarakat, pihak swasta, dan pemerintah,” jelas Balthasar.

PLI 2014 akan digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta dan diikuti oleh instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, perusahaan swasta nasional dan multinasional, organisasi lingkungan hidup, serta pemerhati lingkungan.

Selain pameran, PLI 2014 juga akan diisi dengan berbagai kegiatan seminar, workshop, dan lomba.
Sumber: inilah.com

read more
Sains

Samsung Galaxy Pakai Kemasan Ramah Lingkungan

Samsung berencana untuk menggunakan jenis kemasan ramah lingkungan untuk produk-produk seri Galaxy.

Pemakaian kemasan ramah lingkungan pada perangkat seri Galaxy ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan energi dan dukungan daur ulang, demikian tulis Samsung dalam blog resmi mereka.

Selain itu, raksasa teknologi Korea Selatan ini juga melanjutkan komitmen mereka untuk terus mengembangkan produk seri Galaxy yang komponennya ramah lingkungan.

Sebagai contoh, Galaxy S5 yang baru saja dirilis menggunakan kemasan berbahan 100% kertas daur ulang.

Galaxy S5 juga menggunakan case charger yang terbuat dari plastik dan tinta ramah lingkungan. []

Sumber: inilah.com

read more
Perubahan Iklim

An Incovenient Truth, Kisah Politisi Perubahan Iklim

An incovenient truth adalah sebuah film dokumenter yang menceritakan tentang  terjadi nya proses pemanasan global  (global warming) yang terjadi di bumi saat ini akibat emis gas rumah kaca. Dalam film ini di ceritakan perubahan iklim adalah akibat dari panas bumi yang dihasilkan oleh radiasi matahari. Ozon memerangkap sebagian panas bumi yang tujuan sebenarnya untuk mencegah suhu dingin yang terlalu ekstrim di muka bumi. Namun akibat pemanasan global, ozon tersebut menebal dan memerangkap panas yang berlebihan di muka bumi.

Banyak dampak yang diakibatkan oleh pemanasan global ini. Gunung Kilimanjaro, Taman Nasional Glasier, Columbia, Pegunungan Himalaya, Pegunungan Alpen, dan bagian bumi yang terdapat glasier telah rusak dan mencair. Jika di seluruh dunia es akan mencair maka permukaan laut akan meningkat yang dapat menyebabkan tenggelamnya sebagian daratan di bumi. Selain daratan es yang mencair, pemanasan global juga mengakibatkan terjadinya gelombang panas yang mempunyai suhu tertinggi hingga > 50 C dan menewaskan manusi di berbagai wilayah bumi.

Pemanasan Global juga dapat mengakibatkan badai dan angin puting beliung yang juga merugikan banyak pihak. Satu hal yang sering tak diperhatikan dari dampak masalah ini yaitu meningkatnya curah hujan, tetapi pemanasan global juga mengakibatkan kekeringan yang luar biasa dahsyat di wilayah yang sangat panas. Batu karang di seluruh dunia berubah menjadi berwarna putih yang tidak dapat dihidupi lagi oleh organisme laut yang membutuhkan tempat tinggal di sana.

Al  Gore mempresentasikan data bagaimana bumi ini makin ‘panas’ karena efek rumah kaca  dan Al Gore juga menunjukkan foto terkenal “Earthrise,” diambil dari ruang angkasa oleh astronot Amerika pertama. Lalu ia menunjukkan serangkaian foto-foto ruang kemudian, jelas menunjukkan bahwa gletser dan danau yang menyusut, salju yang mencair, garis pantai yang mundur. Banyaknya polusi menyebabkan banyak sinar infra merah yang seharusnya dipantulkan ke luar angkasa ditahan oleh bumi, akibatnya bumi semakin panas dan sedikit demi sedikit melelehkan gumpalan es di kutub.

Al Gore dengan berani memaparkan contoh nyata seperti salju di Kilimanjaro dan glacier-glacier di seluruh dunia mencair,dan tentang  badai Katrina, rata-rata suhu yang panas di berbagai kota di dunia, bencana kekeringan, penipisan es di Artik, serta luas daratan yang berkurang jika es di Antartika atau Greenland mencair dan apabila Greenland mencair pasti akan membanjiri kota-kota di dunia seperti Beijing, Shanghai, sampai Washington DC.

Dalam beberapa kesempatan, Gore juga menceritakan kehidupan pribadinya, bagaimana hal-hal yang terjadi pada kehidupannya membuat beliau menjadi seorang pejuang lingkungan. Dan dalam film ini Gore juga memperlihatkan tentang anaknya yang kecelakaan dan ayahnya yang meninggal karna kanker paru-paru, Pertama kali Gore mengetahui pemanasan global adalah dari Roger Revelle, pengajarnya sewaktu kuliah dan salah satu orang yang pertama kali mempelajari pemanasan global.

Gore juga menceritakan rasa frustasinya ketika menghadapi senat Amerika Serikat, sebelumnya dia yakin jika kongres akan sama-sama terkejut jika mengetahui fakta pemanasan global, tetapi kenyataannya tidak sama sekali. Dan setelah kekalahan tipisnya dari George W. Bush pada pemilu Amerika Serikat, Gore memilih untuk pergi dari kota ke kota keliling dunia untuk membicarakan isu lingkungan.

Untuk mengatasi masalah ini maka Al Gore ingin menimbulkan perubahan hingga Kongres di AS bereaksi pada masalah ini. Al Gore juga mengajak seluruh dunia khususnya warga AS untuk peduli pada masalah-masalah yang terjadi akibat pemanasan global. Hal yang harus dilakukan manusia adalah memisahkan kebenaran dan fiksi. Jika sudah dapat memisahkan maka jika memang itu adalah kebenaran untuk itu semua manusia di negara manapun harus mencari cara untuk memastikan peringatan itu didengar dan ditanggapi.

Sebagai manusia, kita jangan hanya memikirkan tentang apa yang diberikan oleh bumi ini, tapi pikirkanlah hal terbaik apa yang telah kita lakukan pada bumi ini dan jika kita melakukan yang terbaik untuk bumi maka dengan sendirinya akan berdampak baik dengan manusia. Selanjutnya, menurut Al Gore yang dapat mengatasi masalah ini adalah pengefisiensian barang elektronik dan kendaraan bermotor.

Hal yang harus saya lakukan untuk turut membantu mengatasi masalah ini adalah memberitahu orang lain terlebih dahulu sebagai proses kesadaran manusia agar tanggap dengan masalah ini. Kemudian, memperbaiki lingkungan di kampus dan sekitarnya, begitu pula dengan sekitar kos-kosan. Membuang sampah pada tempatnya merupakan hal yang paling kecil untuk memperbaiki lingkungan di dunia ini.

Seperti solusi Al Gore di atas, saya akan menggunakan energi seminimal mungkin, contohnya mematikan lampu dan televisi ketika tidak dipakai, mencabut charger laptop dan handphone ketika tidak digunakan, dan lain hal yang dapat mengefisienkan energi. Menggunakan kertas dengan seminimal mungkin dan  kantong plastik. Menghindari dari namanya rokok yang menambah gas rumah kaca.

Dari penayangan film ini, dapat ditarik kesimpulan yaitu, pemanasan global dapat mengakibatkan hal yang sangat-sangat ekstrim bagi bumi ini dan berdampak mengerikan pada manusia sendiri. Kemudian, sekarang ini manusia belum banyak yang menyadari efek dari masalah ini sehingga banyak orang yang menganggap bahwa masalah ini hanya teori/fiksi belaka. Untuk itu, cara mengatasinya hanya perlu kesadaran semua negara untuk saling bahu-membahu dalam menangani masalah ini dan mengikutsertakan seluruh manusia tanpa terkecuali, karena tanpa bumi tamatlah kita.[]

Penulis adalah mahasiswa Fisip Unsyiah dan artikel ini merupakan tugas Mata Kuliah Politik Lingkungan Global dan Sumber Daya Alam.

read more
Kebijakan Lingkungan

Lokakarya SIEJ Aceh: Saksi Ahli dari Institusi yang Sama Membingungkan

The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) bekerja sama dengan Chemonic-USAID menyelenggarakan Lokakarya Penegakan Hukum dalam Kasus Keanekaragaman Hayati, di Banda Aceh, Kamis (17/4/2014). Dalam acara yang diikuti oleh dua puluhan peserta yang terdiri dari jurnalis dan aktivitas lingkungan tersebut, tiga pemateri memberikan presentasi tentang kondisi biodiversity di Aceh secara umum.

Direktur SIEJ, IGG Maha Adi mengatakan kegiatan ini bertujuan memberikann informasi kepada para jurnalis/editor tentang kinerja penegakan hukum untuk kasus-kasus biodiversity seperti perdagangan satwa dan tumbuhan yang dilindungi, pembalakan liar, pembakaran hutan dan lahan, dan kasus lain yang berkaitan.

Ketua Pelaksana Harian Yayasan Leuser Internasional (YLI) Dr. Ir. Syahrul, M.Sc, sebagai pemateri pertama menyampaikan perihal kerusakan keanekaragaman hayati yang mereka temukan di wilayah kerja YLI, Aceh Tenggara, Aceh Selatan dan Subulussalam. Syahrul memperlihatkan bagaimana perangkap-perangkap hewan liar dipasang di hutan, kamp-kamp pemburu liar di hutan, perdagangan hewan liar, aktivitas ilegal logging dan berbagai kejahatan lingkungan lainnya.

Selain itu YLI juga memberikan rekomendasi antara lain meningkatkan komitmen penegak hukum, kerja sama aksi ditingkat aktivis, jurnalis dan stakeholder lainnya. Juga rekomendasi memutuskan mata rantai aktivitas ilegal, mengikutsertakan masyarakat adat dan hukum adat, sosialisasi dan penyuluhan hukum dan yang tak kalah pentingnya peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan.

Pemateri kedua, M. Ali Akbar, SH, MH, yang menjabat Ketua Satuan Khusus (Kasatsus) Tipikor Kejaksaan Tinggi Aceh, memaparkan tentang kondisi penyidikan terhadap kejahatan lingkungan. Ia banyak menyinggung tentang perundangan yang terkait, kasus pembakaran lahan seperti kasus Rawa Tripa, modus operandi pelanggaran hukum lingkungan, minimnya pengetahuan masyarakat terhadap hukum lingkungan dan minimnya Jaksa serta hakim yang bersertifikasi lingkungan dan peran korporasi sebagai pelaku kejahatan lingkungan.

M. Ali Akbar menyebutkan dalam persidangan pembakaran lahan perlu menghadirkan saksi ahli. Saksi ahli dihadirkan agar daya “cengkeram” penuntut semakin kuat. Namun ada pihak lawan yang menghadirkan saksi ahli dari institusi yang sama, dengan keahlian yang sama, alat bukti yang sama namun dengan hasil yang berbeda. Hal ini dikhawatirkannya bisa mempengaruhi keyakinan hakim.

“ Kasus pembakaran Rawa Tripa, saksi ahli jaksa dan tergugat sama-sama dari IPB, saksi ahli tergugat malah membawa sprint (surat perintah-red) dari rektornya,” kata M. Ali Akbar. Padahal kejaksaan sendiri adalah institusi negara yang notabene juga sama dengan IPB yang merupakan institusi negara juga. Ini seperti pemerintah “lawan” pemerintah.

“Ini menjadi kendala, kita akan membahasnya lebih lanjut untuk kepentingan di masa mendatang,” ujarnya. Sebagai informasi, kasus perdata pembakaran lahan Rawa Tripa dengan tergugat PT Kalista Alam telah diputuskan PN Meulaboh dengan memberikan denda kepada PT Kalista sekitar Rp.300 miliar.

Sementara pemateri terakhir dari Pengadilan Tinggi Banda Aceh, Wahidin, SH,MH, mengupas tentang bagaimana hakim mendapatkan sertifikasi hakim lingkungan, undang-undang lingkungan dan memutar film pendek tentang hutan.

Ia mengatakan walau kasus lingkungan, namun bisa tersangka bisa digugat dari berbagai peraturan perundangan yang lain. Misalnya saja dari pajak perusahaan, perizinan, UU Perkebunan dan sebagainya.[]

read more