close

21/04/2014

Hutan

Literatur ‘abu-abu’ Kontribusi Hutan terhadap Jasa Lingkungan

Hutan dan pohon menopang pertanian untuk produksi pangan dalam ruang dan waktu. Sebagian besar sistem produksi pangan skala kecil – yang mencukupi kebutuhan pangan populasi global – berada dalam mosaik tutupan pohon dan pertanian. Pertumbuhan populasi saat ini dan penyesuaian kebutuhan akan kenaikan tren konsumsi tidak hanya menyebabkan budidaya intensifikasi namun juga ekspansi lewat konversi hutan primer untuk konsumsi, pangan dan produksi pakan ternak. Meningkatnya kekhawatiran akan keberlanjutan praktik budidaya modern membutuhkan berpikir ulang bagaimana kita memanfaatkan alam bagi kelangsungan hidup.

Peningkatan masalah akibat degradasi sumber daya dan keanekaragaman hayati memberikan jalan bagi penelitian untuk menindaklanjutinya dengan menyelidiki alternatif-alternatif upaya produksi pangan bagi kecukupan konsumsi dari populasi serta meminilasir kerusakan ekosistem rentan ini. Menggabungkan keanekaragaman hayati, mengikutsertakan jasa ekosistem dan pengelolaan sumber daya alam dalam kerangka bentang alam memiliki manfaat multiguna yaitu salah satu cara meningkatkan keberlanjutan dalam sistem makanan kita. Kesadaran yang semakin meningkat tentang kerusakan lingkungan telah menyebabkan peningkatan eksponensial terkait penelitian pertanian dalam dua dekade terakhir. Meskipun kita masih jauh dari konsensus dan pemahaman tentang bagaimana mengimplementasikan konservasi sumber daya dalam proses pengambilan keputusan terkait lingkungan hidup.

Upaya tradisional terhadap pertanian yang berkelanjutan demi ketahanan pangan dan konservasi keanekaragaman hayati terkadang disebut sebagai tujuan yang tumpang tindih. Intensifikasi yang berkelanjutan untuk pertanian dan konsep serupa lain terkadang gagal untuk mengintegrasikan proses alam yang lebih besar yang menghubungkan produktivitas dan komponen alami bentang alam lain. Konservasi keanekaragaman hayati, di lain pihak, telah dikritisi karena menghiraukan kebutuhan akan penghidupan untuk produksi hutan bagi mereka dengan inisiatif konservatif. Meski bukan sepenuhnya konsep baru, “pendekatan bentang alam” adalah pemenuhan bagi inisiatif baru yang menyerukan rekonsiliasi produksi pangan dan konservasi dari sumber modal alami. Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan menyatukan dan memberikan suatu garis besar tentang apa yang kita ketahui mengenainya, pendekatan tertentu mana yang telah berhasil dan mana yang gagal – dan dengan alasan apa.

Merasionalkan bukti

Sebuah tinjauan sistematis yang sedang berjalan bertujuan untuk mempersatukan bukti-bukti yang ada tentang bagaimana hutan dan pepohonan berkontribusi terhadap produksi pangan dan pengelolaan sumber daya alam. Hal ini akan dilakukan dalam konteks jasa ekosistem – dan tindakan yang merugikan – yang keduanya akan meningkatkan atau menghalangi budidaya tanaman pangan.

Beragam program penelitian dan pengembangan sedang dilakukan untuk mempromosikan integrasi pepohonan dengan bentang alam produktif demi tujuan konservasi dan penghidupan dengan jangkauan luas. Contohnya, pekerjaan yang telah dilakukan dalam Pendekatan Ekosistem Berbasis Pepohonan (Tree-Based Ecosystem Approaches) menunjukkan bahwa pepohonan di bentang alam pertanian secara keseluruhan memiliki dampak positif baik bagi ketahanan pangan maupun penghidupan atau sekuestrasi karbon. Pertanian hijau sepanjang tahun dan bentuk agroforestri lain memiliki potensi bagi penyediaan barang ekosistem dan jasa in situ (di lokasi tersebut) saat terjadi penurunan kebutuhan akan sumber daya alam. Sebagai tambahan, pengetahuan yang didapat lewat kehutanan dan penelitian agronomis sedang diaplikasikan oleh beragam intervensi pengembangan untuk meningkatkan Ekosistem Berbasis Adaptasi untuk Mitigasi Perubahan Iklim dan Ketahanan Pangan (Ecosystem Based Adaptation to Climate Change Mitigation and Food Security) bagi masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan. Beberapa kantong bukti tersedia namun masih tersebar; jika disatukan, mereka bisa menawarkan sebuah ilmu pengetahuan yang kaya dan tersedia untuk para pembuat kebijakan sekiranya hendak berpikir ulang tentang kebijakan guna mencapai tujuan ketahanan pangan dan konservasi secara beriringan.

Bagaimana Anda bisa membantu

Apakah Anda sedang melakukan proyek yang menguji apakah keberadaan pohon memiliki efek terhadap produksi pangan dan pengelolaan sumber daya alam? Apakah Anda sedang melakukan penelitian tentang sistem pertanian, intensifikasi yang berkelanjutan, pertanian yang cerdas-iklim atau sistem berbasis pohon yang serupa dalam konteks luas ketahanan pangan dan nutrisi? Jika ya, hubungi kami dengan literatur yang relevan dalam bentuk dokumen proyek, bagian buku atau lainnya. Anda juga bisa berbagi ide tentang bagaimana studi ini menurut Anda bisa relevan untuk para peneliti, praktisi pembangunan dan pembuat kebijakan.

Sumber: cifor.org

read more
Ragam

Grup HAM Desak Thailand Usut Hilangnya Aktivis Lingkungan

Sebuah grup hak asasi manusia internasional mendesak pemerintah Thailand membuka investigasi terhadap hilangnya seorang aktivis lingkungan.

Por Cha Lee Rakcharoe alias Billy ditahan polisi di Taman Nasional Kaengkrachan pada Kamis lalu akibat membawa madu liar ilegal. Setelah dibebaskan, hingga kini keberadaan Billy belum diketahui.

Billy ketika itu diketahui sedang dalam perjalanan untuk menemui warga desa Karen dan beberapa aktivis lainnya. Ia berencana mengajukan gugatan yang menuding beberapa petugas taman membakar dan menghancurkan rumah serta bangunan milik 20 keluarga di area tersebut.

“Taman nasional seharusnya menjadi tempat untuk menikmati keindahan alam, bukan tempat petugas dalam menyakiti orang,” ucap Brad Adams, Kepala Human Rights Watch cabang Asia pada AP, Senin (21/4/2014).

“Selama keberadaan Billy masih belum diketahui, rasa takut akan tetap menghantui warga di sekitar taman,” tambah dia.

Kepala Taman Nasional Chaiwat Limlikitaksorn mengatakan Billy dilepaskan karena madu ilegal yang dibawanya hanya merupakan kejahatan ringan. Seorang saksi mengonfirmasi aktivis itu memang dilepaskan, dan Kamis kemarin terlihat mengendarai sepeda motor berwarna kuning dalam cuaca hujan.

Sumber: metrotvnews.com

read more
Kebijakan Lingkungan

Antisipasi Kebakaran, Menteri LH Sidak Kebun Sawit

Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Prof Balthasar Kambuaya, Senin (21/4/2014), secara mendadak turun mengecek kesiapan Masyarakat Peduli Api (MPA), BPBD-Damkar dan Regu Pemadam Kebakaran (RPK) PT Sinar Mas Forestry, terkait musim kemarau panjang yang diprediksi terjadi Mei hingga Juni mendatang. Sidak ini sebagai bentuk tanggung jawab Menteri Lingkungan Hidup untuk mengecek kesiapan di lapangan guna menghindari terjadinya kebakaran hebat seperti yang terjadi awal tahun ini.

Dipaparkan Menteri, MPA yang sudah dilatih dan dipersiapkan oleh Sinar Mas Forestry, merupakan regu pemadam yang pertama kali turun di lapangan saat terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Untuk itu MPA harus melakukan sosialisasi kepada masyarakat saat musim kemarau panjang datang sehingga masyarakat tidak melakukan pembakaran.

“MPA juga berfungsi sebagai pencegahan dini terjadinya karhutla. MPA harus berkoordinasi dengan BPBD-Damkar dan RPK perusahaan yang beroperasi di areal mereka, untuk dapat melakukan pemadaman api di titik-titik yang terjangkau. Kita dari Kementerian Lingkungan Hidup akan mendukung kegiatan MPA dengan pemberian fasilitas pendukung. Namun fasilitas pendukung tersebut akan kita bahas terlebih dahulu di pusat,” ujar Menteri.

Sekda Bengkalis H Burhanuddin dan Kepala BPBD-Damkar Kabupaten Bengkals Moch Jalal serta Camat Bukit Batu Muhammad Fadlul Wajdi menyambut kunjungan Menteri ke Sepahat dan Bukitbatu. Dengan adanya kunjungan Menteri Lingkungan Hidup ini diharapkan bisa membawa dampak positif dari Pemerintah Pusat untuk Pemerintah Daerah. []

Sumber: goriau.com

read more