close

25/04/2014

Energi

BBM Mahal, Pabrik Jamu Manfaatkan Limbah Pabrik

PT Sido Muncul Tbk (SIDO) telah memanfaatkan limbah pabrik sebagai sumber energi untuk memproduksi jamu dan obat-obatan. Limbah pabrik ini lebih murah ketimbang bahan bakar minyak dan gas bumi.

“Suatu hari nanti harga bahan bakar minyak dan gas akan meningkat. Kami tidak bisa selamanya menggunakan bahan bakar fosil untuk menopang operasional perusahaan,”kata Direktur Utama Sido Muncul Irwan Hidayat, di Jakarta, Jumat (25/4/2014).

Menurutnya, volume limbah yang bisa diolah mencapai 35 ton per hari. Namun, Sido Muncul baru bisa mengolah 12 ton limbah per hari. Irwan mengungkapkan Sido Muncul tengah membidik pasar Asean dan Jepang. Untuk itu, Sido Muncul akan bekerja sama dengan perusahaan Thailand dan Jepang.

“Agar seluruh limbah yang dihasilkan bisa dimanfaatkan, perseroan perlu menambah 4-5 mesin lagi,” jelas dia. Satu mesin membutuhkan biaya investasi Rp 1,2 miliar.

“Perusahaan Jepang ingin Sido Muncul menjual produk-produk mereka di Indonesia. Sebaliknya, dia akan menjual produk Sido Muncul di Jepang,” jelas dia.

Adapun perusahaan Thailand bakal berperan menjadi distributor produk Sido Muncul untuk pasar Thailand, Vietnam, dan Kamboja. “Saat ini prosesnya baru mulai penjajakan,” jelas dia.

Sumber: merdeka.com

read more
Ragam

Pengusaha Hotel Semarang Tangani Limbah Kondom

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Semarang sepakat menangani limbah kondom bekas pakai.  Ketua PHRI Kabupaten Semarang Sumardi Darmadji mengatakan, kesepakatan itu diambil dalam sebuah pertemuan yang digelar pada Selasa (25/4/2014) menyusul temuan Komisi Penanggulangan Aids (KPA) bahwa hampir 6.000 dari 13.000 limbah kondom bekas yang dibuang sembarangan.

“Kami tindak lanjuti (permintaan bupati) untuk menangani masalah sampah kondom bekas pakai dengan mengimbau pemilik hotel. Kami sepakat untuk memisahkan sampah, khususnya bekas alat kontrasepsi dengan sampah umum. Surat edaran terkait penanganan sampah bekas alat kontrasepsi sudah kita edarkan ke anggota PHRI,” kata Sumardi Darmadji, Jumat (25/4/2014).

Ia menjelaskan, PHRI Kabupaten Semarang memiliki 150 hotel dan restoran dan hampir 100 dantaranya berada di kawasan wisata Bandungan.

Menurut Sumardi, penanganan sampah kondom bekas ini sementara akan dilakukan secara swadaya oleh pihak hotel dengan cara yang sederhana. Sebab jika menggunakan insenerator atau alat penghancur sampah, biaya yang dibutuhkan cukup mahal.

“Kalau misalnya menggunakan jasa Medivet (sebuah Rumah Sakit di Bandungan) biayanya Rp 10.000 per kilogram. Sementara ini ditangani sendiri dengan cara dibakar menggunakan bensin. Pemilahan sampah bekas alat kontrasepsi nantinya oleh Housekeeping,” ungkap pengelola Hotel Kusuma Bandungan itu.

Sumardi mengatakan, sampah bekas alat kontrasepsi harus ditangani khusus. “Sampah bekas alat kontrasepsi itu kan kotor dan mungkin ada sedikit virus atau penyakit. Jadi, harus menggunakan pengaman seperti masker atau sarung tangan saat membakar,” katanya.

Sumardi menyatakan, adanya program pembagian kondom gratis yang dibiayai dana pemerintah sebenarnya kontraproduktif mengingat tujuannya mencegah penyakit ternyata menimbulkan permasalahan baru.

Hotel tidak mungkin menyediakan tempat sampah khusus bekas alat kontrasepsi karena justru bisa memunculkan kesan yang tidak baik pada hotel. “Kita kan hotel, sehingga tidak mungkin menyediakan tempat sampah khusus bekas alat kontrasepsi. Di setiap kamar sudah ada tempat sampah, tapi tidak untuk sampah tertentu saja,” ujarnya.

Sebelumnya Bupati Semarang Mundjirin menyatakan keberadaan sampah kondom bekas pakai seharusnya dimusnahkan dengan cara dibakar menggunakan insenerator atau alat pembakar sampah. Sehinggga sampah kondom bekas pakai tidak mengganggu lingkungan karena dikhawatirkan mengandung kuman penyakit.

“Kita tidak berpikir bahwa sampah kondom ini masuk sampah medis. Lha ini jadi problem baru ada sampah medis yang di lokasi non-medis. Ini harusnya dimusnahkan dibakar di insinirator, tidak dibuang ditempat sampah yang lain. Tolong hotel-hotel di Bandungan menyiapkan tempah sampah khusus itu,” kata Mundjirin.

Sumber: kompas.com

read more
Ragam

Ford Gelar Pelatihan Mengemudi Ramah Lingkungan

Program global keselamatan mengemudi, Driving Skills for Life (DSFL), kembali digelar Ford Motor Indonesia (FMI), di Cikarang, Jawa Barat, Kamis (24/4/2014). Kali ini temanya berkaitan dengan Hari Bumi (22 April), yang diselaraskan dengan orientasi Ford menciptakan teknologi ramah lingkungan.

DSFL merupakan program gratis yang telah digelar rutin sejak 2008, untuk mengedukasi peserta tentang bagaimana cara mendapatkan efisiensi maksimum saat berkendara. Sepanjang 6 tahun perjalanannya, FMI telah melatih 7.500 pengemudi dari berbagai kelompok serta organisasi.

Tahun ini, 100 karyawan Schneider Electric, di Kawasan Industri Jakarta Timur (EJIP), Cikarang, Jawa Barat, mendapatkan pelatihan tentang kesadaran teknik berkendara aman dan serta lebih hemat bahan bakar.

“Ford DSFL merupakan salah satu komitmen jangka panjang kami untuk menciptakan lingkungan berkendara yang lebih baik, memberikan pengemudi tips berharga untuk mencapai efisiensi bahan bakar yang lebih optimal,” ujar kata Lea Indra, Communications Director FMI , dalam keterangan resminya, Kamis (24/4/2014).

EcoBoost
Kendaraan peserta, Ford Fiesta EcoBoost yang baru saja diluncurkan FMI, Maret lalu. Meski berukuran lebih dengan tiga silinder, tenaga mesin yang dihasilkan setara dengan varian 1.6 liter terdahulu, yakni 120 PS. Dengan begitu konsumsi bahan bakar jauh bisa ditekan.

Tidak hanya soal kendaraan dengan kemampuan “hijau”, namun seseorang di balik kemudi juga ikut menentukan. Sebab itu FMI selalu selalu konsisten menggelar DSFL untuk menciptakan pribadi dewasa yang lebih peduli lingkungan.

“Ford peduli terhadap lingkungan dan kami berkomitmen untuk secara lebih jauh mengurangi penggunaan air, emisi CO2, dan limbah sepanjang produksi kendaraan. Mulai dari proses produksi kendaraan, hingga detil di interior mobil kami, serta teknologi mesin EcoBoost yang revolusioner, Ford terus memikirkan bagaimana cara untuk menjadi lebih ramah lingkungan,” tutup Lea.

Sumber: detik.com

read more