close

02/05/2014

Green Style

Super Indo Kampanyekan Pengurangan Kantong Plastik

Masyarakat dunia kini dihadapkan pada berbagai persoalan serius akibat kerusakan lingkungan, dan setiap makhluk berkepentingan terhadap pelestarian lingkungan untuk kelangsungan hidupnya di bumi.  Sejak tahun 2006, kepedulian dan upaya penyelamatan lingkungan itu telah dilakukan Super Indo secara konsisten dengan berbagai program dan edukasi kepada para pelanggan tentang pentingnya upaya pelestarian lingkungan.

Sejak tahun 2008, Super Indo telah mengajak pelanggannya untuk peduli pelestarian lingkungan dengan mengurangi penggunaan kantong plastik saat berbelanja.

Super Indo memberikan alternatif solusi kepada para pelanggannya dengan menyediakan kardus bekas sebagai pengganti kantong plastik serta menyediakan reusable bag yang dapat dipakai berulang kali saat berbelanja.

Dalam rangka memperingati Hari Bumi 2014 ini, Super Indo tetap konsisten melakukan serangkaian program untuk kembali mengajak masyarakat membiasakan menggunakan kantong belanja pakai ulang.

Pelanggan yang menggunakan kantong belanja sendiri atau kantong belanja pakai ulang berhak mendapatkan cashback. Cashback ini bisa didonasikan untuk memperkuat program Bijak Kelola Sampah, sebuah kerjasama Super Indo dengan Yayasan Perisai, sebuah organisasi nirlaba  di bawah naungan InSWA (Indonesia Solid Waste Association) yang memiliki perhatian serius dan program nyata dalam pengelolaan dan pengembangan riset sampah.

Tidak cukup dengan itu, sejak tahun 2009 Super Indo juga menyediakan kantong belanja mudah urai (degradable) Oxium yang ramah lingkungan.

Jika kantong plastik biasa memerlukan waktu ribuan tahun untuk bisa hancur, maka plastik Oxium akan hancur dengan sendirinya dalam waktu dua hinggalimatahun dan akan terurai menjadi zat organik yang tidak membahayakan lingkungan.

Kepercayaan Super Indo menggunakan plastik ramah lingkungan Oxium tidak salah. Beberapa sertifikasi dan penghargaan telah diterima dari lembaga-lembaga yang memiliki kredibilitas dalam persoalan lingkungan di tingkat nasional maupun internasional.

Selain telah mendapatkan Green Label Indonesia, OXIUM juga sudah diakui di mancanegara dengan didapatkannya Green Label Singapore di tahun 2014  dari The Singapore Green Labeling Scheme (SGLS), sebuah lembaga nirlaba resmi Kementerian Lingkungan Hidup Singapura.

Penghargaan itu semakin menegaskan eksistensi Oxium sebagai karya anak bangsaIndonesiadi kancah internasional sebagai plastik ramah lingkungan yang memenuhi serangkaian uji lab dan tahap teknis untuk membuktikan keamanannya bagi lingkungan.

Sumber: tribunnews.com

read more
Energi

Wamen ESDM Bahas Energi Ramah Lingkungan di AS

Pemerintah terlibat dalam upaya meningkatkan kerja sama usaha serta investasi bidang energi dan sumber daya mineral. Caranya melalui tukar menukar informasi kebijakan dan diskusi permasalahan energi di kedua negara.

Wakil Menteri ESDM, Susilo Siswoutomo mengemukakan, perkembangan ekonomi dunia yang pesat selama beberapa dekade terakhir, telah menyebabkan meningkatnya konsumsi energi. Hal ini, terutama terjadi di sektor industri dan di perkotaan.

“Sementara di beberapa negara, pasokan energi stagnan karena berbagai faktor seperti menurunnya cadangan, kurangnya investasi dan keterbatasan teknologi. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami masalah tersebut,” katanya yang menghadiri The 5th Indonesia-US Energy Policy Dialogue yang berlangsung tanggal 1-2 Mei 2014 di Washington DC, Amerika Serikat, seperti mengutip situs Kementerian ESDM, Jumat (2/5/2014).

Di masa lalu, menurut Susilo, Indonesia merupakan salah satu pengekspor minyak utama di dunia. Namun setelah puncak produksi tahun 1996, produksi minyak terus mengalami penurunan hingga saat ini. Untuk mengatasi hal tersebut dengan perbagai langkah.

Pemerintah Indonesia akan terus meningkatkan produksi minyak dan sekaligus mengurangi ketergantungan pada minyak. Caranya melalui diversifikasi energi dengan memanfaatkan sumber-sumber energi yang berlimpah seperti panas bumi dan geothermal. []

Sumber: inilah.com

read more