close

05/01/2015

Ragam

Sisi Lain Bencana Banjir Aceh

Bencana selalu saja menyisakan kepedihan dan kerugian bagi para korban. Banjir yang merendam Aceh Utara beberapa waktu lalu menyisakan barang-barang dagangan yang rusak dan berlumpur. Para pedagang di Ibukota Aceh Utara, Lhoksukon mengaku menderita kerugian akibat banjir menerjang beberapa hari lalu. Dimana sebagian barang-barang dagangan tak bisa digunakan lagi karena rusak terendam banjir setinggi tiga meter.

Kondisi yang demikian pun membuat pedagang terpaksa menjual sisa-sisa dagangan secara obral dengan harga yang sangat murah. Meskipun sisa-sisa barang itu dipenuhi lumpur, namun masih bisa digunakan. Hanya saja dagangan itu telah dianggap barang bekas. Pembeli pun berjejer membeli barang murah yang masih tetap bagus manfaatnya.

Berbagai macam jenis dagangan seperti barang kelontong (gelas, piring,), pakaian, sandal, sepatu, elektronik dan mainan anak dijual dengan setengah harga modal. Walhasil, para pembeli yang terdiri dari ibu-ibu justeru ramai-ramai memborong barang-barang bekas tersebut.

Adi (31), salah satu pedagang toko kebutuhan olahraga di Lhoksukon mengatakan, dirinya rugi hingga mencapai 25 Juta. Kerugian itu paling banyak dari modal harga sepatu bola.

“Kerugian yang saya alami mencapai 25 juta. Karena terlalu banyak sepatu bola dan celana training yang tidak bisa digunakan lagi akibat lumpur banjir yang tak bisa hilang kalau dicuci,” keluhnya kepada greenjournalist.net, beberapa waktu lalu.

Oleh karena itu tambahnya, agar kerugian tidak terlalu meningkat, dirinya mencoba untuk menjual sepatu bola dan celana bekas dengan harga 30 ribu sampai 50 ribu.

Biasanya, kata Adi, sepatu bola dijual dengan harga Rp 150 ribu sampai Rp 300 ribu. Sedangkan celana training sebelum banjir dijual dengan harga 120 ribu, kini jadi harga 30 ribu.

Ditempat terpisah, kondisi yang sama juga dialami oleh Thalib (40), salah satu pedagang kelontong di jalan Panglateh Lhoksukon. Namun kerugian yang dialami Thalib lebih parah dibandingkan kerugian Adi. Apalagi setengah barang-barang kelontong milik Thalib masih hutang.

“Setengah barang-barang ini padahal masih hutang di Medan, namun malah hancur menjadi puing-puing bekas akibat banjir ini. Akibatnya saya rugi sampai 50 juta,” keluh Thalib.

Thalib juga menjual sisa-sisa dagangannya itu yang masih bisa digunakan. Pembeli pun harus mencuci sendiri jika hendak membeli barang-barang tersebut.

Untuk piring, Thalib menjual dengan harga Rp 10 ribu perlusin. Begitu juga gelas dan mangkuk. Harga itu justeru jauh lebih murah dibandingkan harga jual biasanya.

Kondisi seperti ini mulai berlaku sejak banjir surut pada Sabtu lalu. Di hari pertama banjir surut, para pedagang malah menjual sisa-sisa dagangannya lebih murah lagi dibandingkan hari ini.

read more