close

April 2015

Kebijakan Lingkungan

Benarkah Perusahaan Rugi Jika Memasukan Biaya Lingkungan?

Mungkin Anda tak percaya fakta ini setelah banyak melihat perusahaan berusaha keras memoles citra mereka dan menampilkan diri sebagai progresif dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. Ini mereka lakukan walaupun mereka telah mengubah daratan menjadi gurun dan lautan menjadi zona mati. Sayangnya, seperti tokoh terkenal Mark Twain pernah berkata, “Lebih mudah membodohi orang daripada meyakinkan mereka bahwa mereka telah tertipu “.

Dengan sistem sekarang ini, memungkinkan hampir setiap perusahaan untuk mengeksternalisasi biaya baik lingkungan dan sosial. Pada artikel ini, kita bahkan tidak membahas biaya sosial. Perumpamaan biaya eksternalisasi adalah seperti membuat orang lain membayar sebagian atau seluruh biaya Anda. Misalnya, perusahaan BP mengeksternalisasi biaya lingkungan ketika bencana Deepwater Horizon dengan mengambil semua keuntungan tetapi membuat pemerintah membayar upaya perbaikan secara buruk dalam menghentikan krisis lingkungan tersebut.

Trucost atas nama Program The Economics of Ecosystems and Biodiversity (TEEB) yang disponsori oleh Program Lingkungan PBB telah mengeluarkan sebuah laporan. Laporan ini merupakan hasil penelitian bagaimana uang yang diperoleh oleh industri-industri terbesar di planet ini, dan kemudian membandingkan pengeluaran mereka dengan 100 jenis biaya lingkungan. Untuk membuatnya lebih mudah, Trucost memperkecil 100 kategori ini menjadi 6 kategori saja: penggunaan air, penggunaan lahan, emisi gas rumah kaca, polusi limbah, polusi tanah, dan polusi air.

Laporan ini membeberkan fakta bahwa dengan memasukan biaya-biaya eksternal dalam perusahaan, pada dasarnya tak membuat industri itu benar-benar mendapat laba. Industri-industri pencetak laba besar seperti industri minyak, daging, tembakau, pertambangan, elektronik, telah membayar demi masa depan dengan melakukan perdagangan berkelanjutan untuk kepentingan bersama. Faktanya, kadang-kadang biaya lingkungan jauh melebihi pendapatan, yang berarti bahwa industri ini akan merugi jika mereka membayar kerusakan ekologis (eksternalitas) yang ditimbulkan.
tabel teratas

Sebagai contoh, dalam hal penggunaan lahan dan air malah hampir tidak ada perusahaan yang benar-benar membayar setara dengan apa yang mereka ambil dari ekosistem. Misalnya saja perusahaan raksasa Nestle yang menyedot air dalam tanah tanpa batas sehingga menyebabkan kekeringan di California tapi membayar eksternalitas dengan harga yang murah.  Kemudian Nestle menjual produk yang telah diolah dengan air tanah tersebut kembali ke masyarakat yang terkena dampak kekeringan dan mendapat keuntungan sekitar  $ 4 miliar per tahun (berdasarkan data 2012).

Bahkan fakta yang lebih menakutkan dalam semua ini adalah bahwa biaya tidak langsung dari industri “hilir” sebenarnya lebih besar. Berikut adalah 5 sektor teratas dengan biaya sangat besar.
5 sektor trbesar

Industri daging dan batubara mungkin adalah pelanggar terbesar. Jika Anda melihat tabel 2 di atas, Anda dapat melihat bahwa peternakan di Amerika Selatan menimbulkan biaya lingkungan yang lebih tinggi 18 kali dari semua pendapatan yang hasilkan. Fakta yang tak kurang mengejutkan adalah sekitar 91% kerusakan hutan hujan Amazon didorong oleh pengembangan sektor peternakan.

Berapa banyak uang perusahaan harus dikeluarkan,  jika mereka benar-benar  memperbaiki kerusakan lingkungan atau membayar untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan?  Jadi, sangat jelas bahwa sistem saat ini sangat koruptif/lemah.

Apa yang dapat kita lakukan terhadap hal itu? Yah, kita harus meminta perusahaan berhenti berpura-pura “bertanggung jawab terhadap lingkungan” ketika mereka berperilaku lebih buruk daripada anak nakal yang pernah anda temui. Bayangkan jika seseorang datang dan menghancurkan dapur anda untuk membuatkan anda sepotong roti dengan mentega, kemudian meminta uang untuk roti tersebut? Bukankah ini omong kosong dan konyol jika ia mengatakan bahwa ia adalah juru masak yang bertanggung jawab.

Stop omong kosong ini, kita perlu mencari dan mendukung solusi yang sebenarnya. Kita harus bersedia untuk memboikot dan melakukan kampanye melawan produk “murah” yang sebenanya “mahal” karena merusak lingkungan,  serta menekan pemerintah untuk mengubah peraturan. Apakah kita harus mengharapkan perusahaan untuk berubah jika tidak konsumen atau pemerintah yang memaksa mereka?

Sumber: www.exposingtruth.com

read more
Green Style

Kampanye ASEAN Reusable Bag Goes to School Aceh

ASEAN RBC (ASEAN Reusable Bag Campaign) adalah sebuah program yang mengajak masyarakat menggunakan  tas belanja pakai ulang (reusable bag), diantaranya : ASEAN RBC Goes to Road, ASEAN RBC Goes to Campus, ASEAN RBC Goes to School, Shopping with Reusable Bag, ASEAN Reusable Bag Design Competition, dan ASEAN Reusable Bag Education, Forum and Expo 2015.

Kegiatan  yang saat ini akan dilaksanakan dan juga merupakan kegiatan perdana di Banda Aceh di tahun 2015 ini adalah ASEAN RBC Goes to School, dimana kegiatan merupakan rangkaian kegiatan dari ASEAN RBC untuk peringatan Hari Bumi, kegiatan ini akan di lakukan Rabu (22/4/2015) di SD Negeri 2 Punge Jurong, Banda Aceh.

Project Coordinator ASEAN Reusable Bag Campaign, Cut Ervida Diana mengatakan ASEAN RBC akan memberikan edukasi kepada siswa kelas 4 & 5 SD Negeri 2 pukul 10:00-12:00 mengenai bahaya penggunaan kantong plastik bagi lingkungan dan kesehatan, pencerdasan ini akan di berikan kepada anak-anak mengunakan media lagu, video/film serta tanya jawab.

Para siswa yang mengikuti kegiatan ASEAN RBC ini akan di berikan diary plastic atau rapor mengenai keseharian mereka dalam mengunakan kantong plastik. Para siswa akan diperkenalkan mengenai reusable bag serta manfaatnya. Adapun Kegiatan Goes to School ini akan diadakan selama 3 kali pertemuan

Harapan dari rangkaian ASEAN RBC ini adalah adanya, sebuah aksi kecil yang dapat memberikan perubahan besar terhadap lingkungan.

ASEAN Reusable bag Campaign ( ASEAN RBC) merupakan sebuah gerakan peduli lingkungan yang berkonsentrasi terhadap pengurangan penggunaan kantong plastik yang diinisiasi oleh Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) dengan nama program ASEAN Reusable Bag Campaign (ASEAN RBC) dan akan dilaksanakan di 3 negara yaitu Indonesia, Malaysia, dan Philippines selama 1 tahun kedepan.

Di Indonesia sendiri, ASEAN RBC bekerjasama dengan Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik, Sobat Bumi Indonesia, dan HiLo Green Community, sehingga gerakan ini tidak hanya terpusat di ibu kota saja, tetapi juga menjangkau ke daerah-daerah. Aceh adalah salah satu daerah yang menyelanggarakan kegiatan kampanye pengurangan kantong plastic ini bersama daerah  lain di Indonesia yaitu Bandung, Jakarta, Bogor, dan Makassar.[rel]

read more
Tajuk Lingkungan

Arti Hutan

Apa arti hutan bagi kamu ? Dalam kesibukan menjalani kehidupan sehari-hari banyak manusia yang tidak menyadari apa artinya hutan. Selama ini kita hanya tahu terima beres saja, kalaupun tidak beres maka sumpah serapah akan ditujukan kepada pihak yang bertanggung jawab. Misalnya anda hanya ingin tahu air di rumah mengalir dengan lancar sehingga kita bisa mau ngapain saja. Mau cuci sepeda motorkah, mau siram tanaman kah atau mandi berjam-jam sambil bernyanyi. Ataupun anda rindu sekali sama udara bersih sehingga rela menghabiskan duit berjuta-juta untuk liburan bersama keluarga ke villa mewah yang menjamur di pegunungan. Tapi sadarkah kita bahwa untuk mendapatkan air bersih dan udara bersih, apa saja yang mesti dilakukan?

Waktu kita kecil, hutan sering diasosiakan sebagai sumber hal-hal menakutkan sehingga kita pun berjarak dari rimbunan pohon. Awas jangan main ke hutan ada ular ! Jangan main ke semak-semak nanti digigit biawak ! Jangan duduk-duduk di bawah pohon besar nanti genderuwonya marah ! Macam-macam lagilah potensi ancaman yang datang dari hutan untuk anak-anak. Memang bagi suku-suku tertentu, hutan merupakan taman kanak-kanak bagi anak-anaknya karena mereka lahir, tumbuh, besar dan bertahan hidup langsung dalam hutan. Bagi anak kota, bagaimana?

Ketika beranjak dewasa, tamat kuliah dan punya kerja mentereng pun, banyak yang tidak menyadari apa fungsi hutan. Begitu duit sudah memenuhi dompet, hasrat membeli pun tak terbendung. Dibuatlah rencana membangun rumah atau membeli mobil atau keduanya walau salah satunya memakai jasa kredit. Tapi jarang ada manusia yang sadar bahwa untuk membangun rumah dibutuhkan puluhan ton kayu, puluhan truk tanah dan pasir dan sebagainya. Dari mana semua itu berasal? Semuanya nyaris dipenuhi oleh hutan.

Kayu diambil dari hutan, emang mau dari mana lagi mengambil kayu? Jutaan kubik kayu diambil dari hutan untuk membuat rumah manusia sehingga hutan menjadi lapangan. Padahal hutan sendiri adalah rumah dari berbagai makhluk hidup lain ciptaan Allah SWT. Artinya manusia membuat rumah sendiri dengan membinasakan rumah makhluk lain. Benar-benar “biadab”, tak berperikehutanan, kalau bisa meminjam istilah ini. Laju pertumbuhan pohon-pohon itu selama ini jauh dibawah laju penebangan hutan. Orang yang ga sekolah pun sadar akan hal ini.

Hutan berkurang, kemudian hilang, ini artinya apa? Ini artinya musibah besar bakal menimpa umat manusia. Bagaimana nanti manusia akan memenuhi kebutuhan airnya untuk mandi dan bersuci dari hadast? Air itu disimpan oleh hutan ketika musim hujan tiba. Kalau tidak ada hutan, air tidak bisa disimpan maka air akan turun ke kampung-kampung dalam bentuk banjir, ataupun banjir dahsyat. Air pun akan dikeluarkan oleh hutan-hutan ketika musim kemarau membakar kulit kita, mengalir melalui sungai-sungai sehingga makhluk hidup masih bisa mencicipinya. Kalau tidak ada hutan, dari mana manusia minum air pas hujan tidak turun berbulan-bulan?

Hutan membentuk iklim secara mikro atau bahasa lainnya secara lokal. Tengok saja daerah yang rimbun dengan pepohonan temperaturnya lebih adem. Naungan daun-daunnya menahan sinar matahari memanaskan udara disekitar pepohonan. Daun-daun pepohonan menyerap racun dari udara, karbon untuk kemudian diolahnya kembali menjadi santapan dan disimpan dalam tubuhnya. Hewan-hewan bagai dapat tempat tinggal gratis tanpa perlu bayar kredit di pohon-pohon dan berterima kasih kepada alam dengan kicauannya. Kalau ini semua sudah tidak ada, mana mungkin lagi kita menikmati hutan.

Berterima kasihlah kepada Allah SWT yang telah menciptakan hutan dan memberikan manfaatnya kepada manusia. Sudah sepatutnya manusia kembali menyebarkan kebaikan hutan tersebut seluas-luasnya kepada makhluk hidup. Manusia menjadi Rahmatan lil Alamin, rahmat bagi sekalian alam.[]

 

read more
Ragam

Relawan Konservasi Aceh Laksanakan Pembekalan

Sebanyak 15 orang mahasiswa yang berasal dari Universitas Teuku Umar (UTU), STIMI, Unmuha – Banda Aceh, Apker Depkes dan STAIN Meulaboh ikut bergabung dalam komunitas Relawan Konservasi Aceh (KRKA) selama 3 hari. Mereka mengikuti pembekalan anggota sejak 17 – 19 April 2015 di Wisma UTU Meulaboh. Semua anggota KRKA tersebut bergabung atas dasar kerelawanan dan keikhlasan terhadap kondisi lingkungan Aceh yang semakin hari semakin parah.

Salah seorang dewan Pembina KRKA dan juga Dosen UTU, Sudarman Alwy mengatakan pembekalan materi kepada anggota KRKA meliputi materi Organisasi, materi Bank Amal, materi Konservasi Darat, materi Konservasi Laut, Penanggulangan Bencana dan Penyusun Program kerja dan Rencana Aksi KRKA satu tahun kedepan.

Ketua Panitia Pembekalan Materi,  Bukhari Kanis menjelaskan bahwa pembekalan juga akan dipraktekan dalam materi lapangan yang akan dilaksanakan pada 24 – 26 April 2015 di Pulau Reusam Kecamatan Rigaih Kabupaten Aceh Jaya dengan melibatkan semua pemateri dan peserta. Selain itu, hari minggu ini juga dilaksanakan pembersihan pantai dan penanaman di Pantai Ujoeng Karang.

Sejumlah pemateri yang memberikan pembekalan antara lain Irsadi Aristora., MH., Sudarman Alwy., M.Ag., Farah Diana., MSi., Ghazali., MSi., dan Firdausi., MM. Pemateri memberikan pembekalan kepada anggota KRKA secara sukarela tanpa imbalan demi terbentuk nya komunitas relawan tersebut.

“ Harusnya ini menjadi tanggungjawab Pemerintah kita, akan tetapi tidak terlihat secara nyata disekitar kita terhadap konservasi maupun penyelamatan lingkungan. Keberhasilan mereka justru terlihat dalam anggaran dan proyek saja,”ungkap Irsadi Aristora., MH yang menyampaikan materi Konservasi Darat kepada anggota KRKA.

Seorang anggota pembekalan KRKA, Dewi dari AKPER Depkes Meulaboh mengakui sudah sangat lama ingin bergabung dengan gerakan konservasi, namun baru kali ini ada ruang dan kesempatan yang dibuka oleh organisasi Aceh Islands Concervation Organization (AICO) Meulaboh. Dewi secara pribadi merasa khawatir terhadap kondisi lingkungan hidup sekitar yang semakin hari semakin rusak akibat ulah manusia itu sendiri.

Pada saat sesi evaluasi, hampir semua anggota KRKA minat dan motiviasi yang sama sehingga ini menjadi modal pergerakan KRKA kedepan, ujar ketua pelaksana, Bukhari Canis.[rel]

read more
Green Style

Ratusan Relawan Langsa Kumpulkan Sampah Kota

Sebanyak 100 relawan lintas batas batas institusi meliputi Polres Langsa, SMU 3, STIKES Bustanul Ulum Langsa, Mapala Cagar Monisa, Pema Unsam, Polhut Kota Langsa, LP2M, dan masyarakat Kuala Langsa menggelar kegiatan pembersihan sekaligus pendataan sampah di lokasi Kawasan Eskosistem Mangrove Kuala Langsa, Minggu (12/4).

Koordinator Kegiatan, Ratno Sugito mengatakan, kegiatan pendataan sampah ini merupakan bagian dari kegiatan peringatan Hari Bumi yang dilakukan Pemko Langsa dan lintas batas komunitas dan LSM yang ada di Kota Langsa.

Selain itu, kata Ratno, hasil dari pendataan sampah ini dapat menjadi bahan rujukan atau pertimbangan Pemko Langsa dalam mengambil kebijakan ke depan, terkait dengan pengelolaan Kawasan Ekosistem Mangrove.

Dikatakan, kegiatan kampanye bersama berbasis edukasi dan penelitian ini baru pertama sekali dilakukan di Langsa yang mendukung program Pemko menjadikan Kota Langsa sebagai kota hijau (green city).

Dari hasil pengutipan, para relawan berhasil mengumpulkan sampah sebanyak 107 Kg dari kantong 33 yang dibagi dalam tiga katagori. “Katagori sampah industri, sampah harian, sampah laut, dan sampah obat-obatan,” kata Ratno.

Ratno mengatakan, hasilnya juga akan dibahas dalam seminar tentang pelestarian mangrove yang akan dilaksanakan di hari puncak peringati hari bumi pada 25 April 2015. “Kita berharap bisa melahirkan rekomendasi yang menjadi landasan kebijakan Pemko dalam melestarikan Kawasan Ekosistem Mangrove,” pungkas Ratno.

Sementara itu, Ketua Panitia Hari Bumi, Sayed Zahirsyah mengatakan, Pemko Langsa, Lembaga Pengelola Pesisir Meuseuraya (LP2M), dan lintas komunitas di Langsa sedang menyiapkan acara puncak peringati Hari Bumi 2015 dengan mengagendakan rencana kedatangan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Siti Nurbaya.

“Kami berharap semua pihak ikut mendukung suksesnya kegiatan ini, karena hajat ini adalah untuk kepentingan masyarakat di seluruh pantai timur Aceh,” pungkas Sayed Zahirsyah. (rel)

read more
Ragam

India Luncurkan Indeks Kualitas Udara

Berdasarkan Indeks Preferensi Lingkungan tahun lalu, dalam hal kualitas udara India menempati peringkat 174 dari 178 negara. Selain itu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mencatat, 13 kota di India merupakan bagian dari 20 kota paling tercemar di dunia. Dengan New Delhi menempati urutan pertama yang menjadi kota paling tercemar di dunia. Kondisi mengkhawatirkan yang diakibatkan polusi udara ini menjadi penyebab utama kematian dini di India. Dari data yang diperoleh WHO terkait polusi udara, sekitar 620 ribu orang di India meninggal setiap tahunnya.

Dilansir dari BBC News Senin (6/4/2015), Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan, terkait peningkatan polusi ini limbah dan industri adalah dua faktor utama yang menyebabkan polusi kota-kota di India semakin tercemar.

“India harus memimpin dalam membimbing dunia memikirkan cara-cara untuk memerangi perubahan iklim”, kata Narendra.

Narendra mengutarakan, bahwa dunia berpikir India tak peduli lingkungan. Oleh karena itu, Ia ingin mengubah anggapan itu, bahwa India selalu menghormati lingkungan. Dengan upaya mengajak masyarakat India mengubah gaya hidup untuk mengurangi polusi. Dan beberapa waktu lalu, India telah meluncurkan indeks kualitas udara pertama, yang memberikan informasi real time terkait tingkat polusi. Indeks tersebut untuk awal akan memantau kualitas udara di 10 kota di India.

Terkait hal ini, Menteri Lingkungan Hidup India Prakash Javadekar mengatakan, indeks kualitas udara terbukti menjadi pendorong utama meningkatkan kualitas udara di perkotaan. Dengan adanya ini diharapkan akan meningkatkan kesadaran masyarakat kota untuk mengambil langkah-langkah mitigasi polusi udara. Indeks baru awalnya akan mencakup 10 kota antara lain Delhi, Agra, Kanpur, Lucknow, Varanasi, Faridabad, Ahmedabad, Chennai, Bangalore dan Hyderabad. Rencananya akan diperluas hingga lebih ke 60 kota. []

Sumber: pewartaekbis.com

read more
Energi

Investasi Energi Terbarukan Dunia Meningkat

Investasi di energi terbarukan kembali bangkit dipicu oleh investasi di energi surya dan angin. Investasi energi terbarukan kembali naik 17% dengan nilai $270 miliar pada 2014 setelah sempat mengalami penurunan selama 2 tahun sebelumnya.

Kenaikan investasi di energi terbarukan ini sangat istimewa karena berhasil mengalahkan tantangan dari harga minyak yang terus turun.

Kapasitas energi terbarukan naik hingga 103 GW atau setara dengan kapasitas seluruh pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) – 158 PLTN – yang dimiliki oleh Amerika Serikat. Hal ini terungkap dalam berita Program Lingkungan PBB yang dirilis Selasa, 31 Maret 2015.

Negara yang memberikan kontribusi instalasi tenaga surya terbesar adalah China dan Jepang. Sementara rekor baru investasi proyek energi angin lepas pantai di Eropa membantu mendongkrak investasi EBT dunia di 2014.

Terus menurunnya biaya instalasi energi terbarukan – tidak hanya surya namun juga energi angin – menjadi salah satu alasan dibalik peningkatan investasi EBT.

Setiap dollar yang diinvestasikan di energi terbarukan menghasilkan kapasitas yang jauh lebih besar dibanding kapasitas yang dihasilkan oleh investasi sebelumnya. Pada 2011 misalnya investasi EBT naik sebesar $279 miliar namun hanya menghasilkan kapasitas baru sebesar 81GW.

Bersama-sama, energi angin, surya, biomassa, pembangkit listrik tenaga sampah, panas bumi, micro hydro dan energi samudra saat ini menyumbang sekitar 9,1% listrik dunia di 2014, naik dari hanya 8,5% pada 2013.

Menurut UNEP dengan proporsi EBT yang terus meningkat, polusi CO2 juga bisa terus dikurangi. China menempati rangking pertama dalam investasi di energi terbarukan dengan rekor baru investasi sebesar $83,3 miliar pada 2014, naik 39% dari tahun 2013.

Amerika Serikat ada di posisi kedua dengan nilai investasi $38,3 miliar atau naik 7%. Posisi ketiga diduduki Jepang dengan nilai investasi sebesar $35,7 miliar, naik 10% dan menjadi rekor investasi tertinggi bagi Negara Matahari Terbit ini.

Sumber: Hijauku.com

read more
Kebijakan Lingkungan

Belajar dari Daerah untuk Pengakuan Wilayah Adat

Epistema Institute menyelenggarakan kegiatan diskusi pertukaran pengalaman pemerintah daerah dalam melakukan pengakuan wilayah adat dan wilayah kelola rakyat, Kamis (2/4/2015) kemarin.

“Kegiatan ini dilakukan untuk menjalin komunikasi dan pembelajaran bersama di antara pemerintah daerah dan DPRD yang sudah dan sedang memiliki inisiatif membentuk regulasi dan kebijakan daerah mengenai wilayah adat dan wilayah kelola rakyat,” ungkap Manager Hukum dan Masyarakat, Epistema Institute, Yance Arizona.

Inisiatif itu antara lain seperti yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak yang setelah memiliki Perda No. 32 Tahun 2001 tentang Perlindungan Tanah Ulayat Masyarakat Baduy, saat ini sedang menyiapkan Rancangan Peraturan Daerah tentang Masyarakat Kasepuhan. Pemerintah Kabupaten Kerinci juga telah memiliki sejumlah Surat Keputusan Bupati mengenai keberadaan hutan adat yang lokasinya berada di luar kawasan hutan dan memasukkaanya ke dalam Perda 24 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kerinci.

Pemerintah Kabupaten Sigi telah pula membuat Perda No. 15 tahun 2014 tentang Pemberdayaan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat. Sementara itu Pemerintah Daerah di Kabupaten Barito Selatan telah membentuk Perda No. 5 Tahun 2012 tentang Kelembagaan Adat Dayak di Barito Selatan, Keputusan Bupati Barito Selatan No. 606 Tahun 2007 tentang Penunjukan Lokasi Pemanfaatan Hutan Hak di Desa Bintang Ara Kecamatan Gunung Bintang Awai serta pembentukan Tim IP4T untuk melaksanakan Peraturan Bersama Menteri yang disebutkan di atas.

Dalam pertemuan ini, Ketua DPRD Kabupaten Lebak Junaedi Ibnu Jarta, S.Hut, menyampaikan bahwa Perda Masyarakat Kasepuhan merupakan salah satu langkah untuk menyelesaikan konflik kehutanan di Kabupaten Lebak dikarenakan adanya perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Kerinci H. Martias, menyampaikan bahwa keberadaan hutan adat di Kabupaten Kerinci telah diakui oleh pemerintah sejak tahun 1993. Hal itu dilakukan untuk mengakomodir harapan masyarakat untuk melindungi wilayah hutan adatnya. Lebih lanjut, Neneng Susanti dari Dinas Kehutanan Kabupaten Kerinci menyampaikan bahwa saat ini sudah ada 10 Surat Keputusan Bupati tentang Hutan Adat di Kabupaten Kerinci dan peta hutan adat pun sudah dimasukan ke dalam Perda No. 24 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kerinci.

Salah satu yang unik di Kabupaten Kerinci adalah keberadaan hutan adat yang tidak berada di dalam kawasan hutan. Pengalaman di Kerinci menunjukan bahwa kekhawatiran sebagian pihak yang mengeluarkan hutan adat dari kawasan hutan negara akan membuat kondisi hutan semakin rusak. Kerinci dapat menjadi contoh mengenai pengelolaan hutan adat yang berada di luar kawasan hutan negara.

Asisten II Pemerintah Pemda Kabupaten Barito Selatan Suhardi, menyampaikan mengenai pembentukan Tim IP4T untuk melakukan penyelesaian terhadap masalah penguasaan tanah di dalam kawasan hutan. Barsel merupakan laboratorium untuk pengakuan dan pembuktian hak masyarakat di dalam kawasan hutan. Kegiatan ini penting untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi karena penetapan kawasan hutan yang selama ini menimbulkan berbagai masalah. Tim bekerja untuk sosialisasi dan sudah ada anggaran sebanyak 1 miliar. Rencana aksi sudah disusun dan sekarang sosialisasi untuk kemudian menerima pendaftaran klaim.  [rel]

read more