close

29/04/2015

Kebijakan Lingkungan

Benarkah Perusahaan Rugi Jika Memasukan Biaya Lingkungan?

Mungkin Anda tak percaya fakta ini setelah banyak melihat perusahaan berusaha keras memoles citra mereka dan menampilkan diri sebagai progresif dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. Ini mereka lakukan walaupun mereka telah mengubah daratan menjadi gurun dan lautan menjadi zona mati. Sayangnya, seperti tokoh terkenal Mark Twain pernah berkata, “Lebih mudah membodohi orang daripada meyakinkan mereka bahwa mereka telah tertipu “.

Dengan sistem sekarang ini, memungkinkan hampir setiap perusahaan untuk mengeksternalisasi biaya baik lingkungan dan sosial. Pada artikel ini, kita bahkan tidak membahas biaya sosial. Perumpamaan biaya eksternalisasi adalah seperti membuat orang lain membayar sebagian atau seluruh biaya Anda. Misalnya, perusahaan BP mengeksternalisasi biaya lingkungan ketika bencana Deepwater Horizon dengan mengambil semua keuntungan tetapi membuat pemerintah membayar upaya perbaikan secara buruk dalam menghentikan krisis lingkungan tersebut.

Trucost atas nama Program The Economics of Ecosystems and Biodiversity (TEEB) yang disponsori oleh Program Lingkungan PBB telah mengeluarkan sebuah laporan. Laporan ini merupakan hasil penelitian bagaimana uang yang diperoleh oleh industri-industri terbesar di planet ini, dan kemudian membandingkan pengeluaran mereka dengan 100 jenis biaya lingkungan. Untuk membuatnya lebih mudah, Trucost memperkecil 100 kategori ini menjadi 6 kategori saja: penggunaan air, penggunaan lahan, emisi gas rumah kaca, polusi limbah, polusi tanah, dan polusi air.

Laporan ini membeberkan fakta bahwa dengan memasukan biaya-biaya eksternal dalam perusahaan, pada dasarnya tak membuat industri itu benar-benar mendapat laba. Industri-industri pencetak laba besar seperti industri minyak, daging, tembakau, pertambangan, elektronik, telah membayar demi masa depan dengan melakukan perdagangan berkelanjutan untuk kepentingan bersama. Faktanya, kadang-kadang biaya lingkungan jauh melebihi pendapatan, yang berarti bahwa industri ini akan merugi jika mereka membayar kerusakan ekologis (eksternalitas) yang ditimbulkan.
tabel teratas

Sebagai contoh, dalam hal penggunaan lahan dan air malah hampir tidak ada perusahaan yang benar-benar membayar setara dengan apa yang mereka ambil dari ekosistem. Misalnya saja perusahaan raksasa Nestle yang menyedot air dalam tanah tanpa batas sehingga menyebabkan kekeringan di California tapi membayar eksternalitas dengan harga yang murah.  Kemudian Nestle menjual produk yang telah diolah dengan air tanah tersebut kembali ke masyarakat yang terkena dampak kekeringan dan mendapat keuntungan sekitar  $ 4 miliar per tahun (berdasarkan data 2012).

Bahkan fakta yang lebih menakutkan dalam semua ini adalah bahwa biaya tidak langsung dari industri “hilir” sebenarnya lebih besar. Berikut adalah 5 sektor teratas dengan biaya sangat besar.
5 sektor trbesar

Industri daging dan batubara mungkin adalah pelanggar terbesar. Jika Anda melihat tabel 2 di atas, Anda dapat melihat bahwa peternakan di Amerika Selatan menimbulkan biaya lingkungan yang lebih tinggi 18 kali dari semua pendapatan yang hasilkan. Fakta yang tak kurang mengejutkan adalah sekitar 91% kerusakan hutan hujan Amazon didorong oleh pengembangan sektor peternakan.

Berapa banyak uang perusahaan harus dikeluarkan,  jika mereka benar-benar  memperbaiki kerusakan lingkungan atau membayar untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan?  Jadi, sangat jelas bahwa sistem saat ini sangat koruptif/lemah.

Apa yang dapat kita lakukan terhadap hal itu? Yah, kita harus meminta perusahaan berhenti berpura-pura “bertanggung jawab terhadap lingkungan” ketika mereka berperilaku lebih buruk daripada anak nakal yang pernah anda temui. Bayangkan jika seseorang datang dan menghancurkan dapur anda untuk membuatkan anda sepotong roti dengan mentega, kemudian meminta uang untuk roti tersebut? Bukankah ini omong kosong dan konyol jika ia mengatakan bahwa ia adalah juru masak yang bertanggung jawab.

Stop omong kosong ini, kita perlu mencari dan mendukung solusi yang sebenarnya. Kita harus bersedia untuk memboikot dan melakukan kampanye melawan produk “murah” yang sebenanya “mahal” karena merusak lingkungan,  serta menekan pemerintah untuk mengubah peraturan. Apakah kita harus mengharapkan perusahaan untuk berubah jika tidak konsumen atau pemerintah yang memaksa mereka?

Sumber: www.exposingtruth.com

read more