close
Energi

BBM Melambung, Plastik Pun jadi Bahan Bakar

Supriati, warga Cot Girek

Sampah plastik dan botol bekas di sekeliling rumahnya satu persatu dikumpulkan oleh Supriati (55), seorang Ibu Rumah Tangga (IRT), di Gampong Alue Drien, Kecamatan Cot Girek, Kabupaten Aceh Utara. Sampah yang sudah dikumpulkan itu dibawa ke dapur dan kemudian disulut dengan korek.

Alhasil, sampah plastik yang disulut korek itu meneteskan cairan kental seperti minyak menyambar ke potongan-potongan  kayu bakar yang telah disusun untuk memasak. Api pun terus menyala, memasak makanan yang akan dihidangkan untuk keluarga. Ide semacam ini justru menghemat biaya. Hanya bermodalkan sebuah korek gas, kayu bakar yang kering dan sampah plastik atau sejenisnya, sebagai pengganti minyak atau bahan bakar.

Ide ini muncul dalam benak Supriati pasca kenaikan harga BBM yang mengakibatkan bahan pokok lainnya juga ikut naik, salah satunya adalah tabung gas Elpiji 3 Kg yang harganya melambung mencapai Rp 26 ribu. Menurutnya, memasak dari api minyak sampah itu adalah hal yang biasa dan mudah dilakukan banyak orang. Walaupun nampak sepelu namun jika rutin dilakukan maka akan menghemat biaya dua kali lipat.

“Ide semacam ini kan tentu dilakukan banyak orang, karena prosesnya sangat mudah. Kita tinggal mengumpulkan sampah plastik yang kering dan kemudian dibakar. nah pada waktu itu lah api menyala pada sampah tersebut yang menghasilkan tetesan minyak dan menyambar ke bagian potongan kayu bakar. Makanan pun jadi tambah lezat dan menghemat biaya dua kali lipat,” jelasnya kepada GreenJournalist beberapa waktu lalu.

Awalnya, dirinya memasak dengan menggunakan tabung gas elpiji ukuran 3kg. Namun karena harganya melambung dan boros, ia timbul pikiran untuk memasak segala macam masakan dengan menggunakan kayu bakar bersumber api dari tetesan minyak sampah plastik. Tak hanya itu, dari hasil kumpul mengumpul sampah-sampah tersebut, lingkungan rumah pun menjadi bersih dan ramah lingkungan.

“Memasak pakai tabung gas elpiji hanya memboroskan biaya dan berbahaya. Sebelumnya saya memasak dengan menggunakan tabung gas elpiji, namun boros. Tabung gas elpiji 3kg hanya mampu bertahan selama satu minggu saja. Nah, kalau masak pakai minyak sampah ini maka tidak ada batasnya, modalnya hanya kemauan. Hitung-hitung membersihkan lingkungan disekeliling rumah,” jelasnya lagi.

Dengan cara begitu, Supriati yang sudah janda sejak meninggal suaminya pada 2010 lalu, harus bisa menghemat segala biaya. Supriati tinggal bersama anak perempuannya yang sudah dikaruniai tiga anak (cucunya-red).

Tags : biodieselbioethanolminyak

Leave a Response