close
Green Style

Pentingkah Membangun Jaringan Jurnalis Lingkungan?

Media Gathering | Foto: Chairul Sya'ban WOL

Direktur Green Journalist Aceh, Muhammad Nizar mengatakan, sangat penting membuat jaringan jurnalis lingkungan sebagai sarana memperkuat informasi dan tukar menukar pengalaman, menjaga semangat pemberitaan isu-isu lingkungan dan meningkatkan kapasitas jurnalis.

Hal itu disampaikannya dalam kegiatan Media Gathering ), yang digelar oleh USAID LESTARI bersama puluhan jurnalis dari berbagai daerah di Aceh di Oasis Atjeh Hotel, Banda Aceh, Sabtu (30/1).

Proyek USAID LESTARI adalah sebuah upaya Pemerintah Republik Indonesia (RI) menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK), melestarikan keanekaragaman hayati di ekosistem hutan dan mangrove yang bernilai secara biologis serta kaya akan simpanan karbon. Dibangun di atas fondasi proyek USAID IFACS, LESTARI menerapkan pendekatan lanskap untuk menurunkan emisi GRK, dengan mengintegrasikan aksikonservasi hutan dan lahan gambut dan strategi pembangunan rendah emisi (LEDS) di lahan lain yang sudah terdegradasi. Upaya ini bisa dicapai melalui perbaikan tata guna lahan, tata kelola hutan lindung, perlindungan spesies kunci, praktik sektor swasta dan industri yang berkelanjutan, serta peningkatan keterlibatan berbagai pemangku kepentingan dalam kegiatan konservasi.

“Sangat penting dibuat jaringan seperti ini. Namun pembelajaran dari berbagai forum yang pernah terbentuk, banyak anggota forum tidak memiliki passion atau antusiasme terhadap isu, masih tergantung pada donor, dan sering terjebak kembali pada isu-isu lokal, tidak memiliki agenda forum yang jelas dan bersifat sukarelawan serta tak ada badan hukum ,” jelas Nizar.

Kegiatan LESTARI dilaksanakan di enam lanskap strategis di tiga pulau terbesar Indonesia, yang memiliki sebagian tutupan hutan primer yang masih utuh dan memiliki simpanan karbon terbesar. Di Sumatra bagian utara, Lanskap Leuser mencakup Kabupaten Aceh Selatan, Gayo Lues, Aceh Tenggara dan Aceh Barat Daya, termasuk Taman Nasional Leuser dan Suaka Margasatwa Rawa Singkil. Di Kalimantan Tengah, LESTARI bekerja di Lanskap Katingan-Kahayan, yang mencakup Kabupaten Pulang Pisau, Katingan dan Gunung Mas, Kotamadya Palangkaraya, dan Taman Nasional Sebangau dan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya.LESTARI juga bekerja di empat lanskap di Papua. Lanskap Sarmi dan Cyclops terletak sepanjang pesisir utara. Lanskap Lorentz Lowlands, mencakup Kabupaten Mimika dan Asmat ditambah sebagian dari Taman Nasional Lorentz, dan Lanskap Mappi-Bouven Digoel yang terletak di pesisir selatan Papua. LESTARI memiliki kantor pusat di Jakarta, dengan kantor cabang di setiap lanskap dan di ibukota Provinsi Aceh, Kalimantan Tengah dan Papua.

Sudahkah isu lingkungan mendapat tempat di media lokal? Menurut dia, Isu lingkungan ada diberitakan tapi belum dapat tempat yang layak. Masih sporadis, tidak ada kolom khusus alias masih digabung dengan kolom lain.
“Pemberitaan banyak seputar pernyataan semata, baik para tokoh atau pejabat. Nah disaat  ada kejadian atau insiden baru diberitakan. Padahal memberitakan lingkungan dapat dilakukan terus menerus, baik sebelum kejadian (prediksi), saat kejadian (penanganan) dan pasca kejadian (tanggap bencana, recovery dan penanggulangan),” pungkasnya.

Isu-isu pemberitaan lingkungan menurutnya dapat ditemukan di sektor kehutanan, perkebunan, energi, pesisir, polusi udara, air bersih, tata kota, pemukiman, bencana, konflik satwa, perubahan iklim, kebijakan, dan lain sebagainya.

Dalam pemantauan isu lingkungan lewat media, jurnalis perlu mencatat data jumlah korban, jumlah kerugian, kerusakan, dan sebagainya. Kalau bisa membuat statistik sederhana misalnya frekuensi kejadian per periode, tabel perbandingan, serta memantau penggunaan anggaran terkait lingkungan. (Chai)

Tags : jurnalisleuser

Leave a Response