close
Ilustrasi penambangan emas tradisional | Foto: nationalgeographic

Di kawasan terpencil wilayah Indonesia di mana hutan hujan yang rimbun pernah berdiri, penambang ilegal dilanda demam emas modern, melubangi bumi untuk berburu logam mulia.

Ribuan pria menggunakan pipa tekanan tinggi menyedot berton-ton pasir dari tanah setiap hari di tambang terbuka sekitar Kereng Pangi di Kalimantan, sebelum menyaringnya untuk menemukan butiran emas.

Selain merusak lingkungan, para pekerja di sana dan di tempat serupa di Indonesia mempertaruhkan kesehatan dengan menggunakan merkuri secara ilegal untuk mengekstraksi emas.

Merkuri dapat menyebabkan kerusakan saraf serius dan penambang emas yang bekerja selama bertahun-tahun membakar logam mengalami gejala seperti tremor dan batuk berkepanjangan.

Situasi digambarkan sebagai ” bom waktu kesehatan ” oleh Profesor Marcello Veiga , seorang ahli dalam penggunaan merkuri dalam penambangan emas skala kecil di University of British Columbia di Vancouver Kanada.

Sementara Jakarta berharap konvensi PBB yang ditandatangani minggu ini di Jepang yang bertujuan untuk mengekang penggunaan merkuri, akan membatasi peredaran merkuri dari penambang di Indonesia.

Tetapi pihak lain tetap yakin bahwa perjanjian yang ditandatangani dekat Minamata di Jepang barat daya di mana polusi merkuri pernah meracuni puluhan ribu orang, terlalu lemah untuk mengatasi masalah yang terus meningkat seiring kenaikan harga emas.

Kerusakan ireversibel
PBB memperkirakan bahwa hingga 15 juta yang disebut ” Penambang emas rakyat skala kecil ” beroperasi di 70 negara.

Di Indonesia, angka ini meningkat dari sekitar 50.000 pada tahun 2006 menjadi sekitar 500.000 , menurut Abdul Harris, yang memimpin gugus tugas pemerintah yang ditugaskan mengatasi masalah ini.

Meluasnya penggunaan merkuri untuk mengekstraksi emas telah membuat pertambangan sumber terbesar pencemaran merkuri yang sangat beracun ke lingkungan menurut PBB.

Ketika merkuri dicampur dengan campuran bijih atau pasir, cairan logam berat terbentuk bercampur dengan emas yang lebih mudah dipisahkan. Bagian selanjutnya dari proses yang berbahaya, merkuri dibakar, mengeluarkan neurotoksin yang dapat menyebabkan kerusakan saraf ireversibel dan merusak organ-organ vital manusia.

” Kami khawatir (kesehatan-red) – tapi kami lebih khawatir lagi jika tidak mendapatkan makan cukup, ” kata seorang penambang emas, yang menolak untuk diidentifikasi  di pulau Lombok bagian tengah.

Dalam beberapa tahun terakhir, di toko-toko pengrajin emas banyak digunakan metode baru pembakaran merkuri dengan memasang tudung ventilasi untuk menyedot asap berbahaya, tetapi tidak ada yang menghentikan pembakaran merkuri yang terjadi di tempat terbuka.

Rini Sulaiman, anggota dewan penasihat dari yayasan pembangunan yang bernama Yayasan Tambuhak Sinta , mengatakan sulit untuk memantau kesehatan orang yang bekerja di industri seperti banyak pekerja migran.

Ketika kematian terjadi pada kelompok ini, penyebabnya jarang dicatat sehingga sulit untuk mengetahui apakah merkuri merupakan penyebabnya atau yang lain.

Namun ada bahaya yang lebih besar bagi masyarakat sekitar ladang, dimana logam beracun ini menemukan jalan ke dalam rantai makanan. Merkuri Ini sangat berbahaya ketika memasuki sungai  karena bercampur dengan bakteri dan membentuk ” methylmercury , ” yang lebih beracun dari merkuri normal.

Hal ini dapat terakumulasi dalam badan ikan dan jika ikan dimakan manusia menyebabkan penyakit serius dan cacat.

Di Minamata di Jepang, limbah methlymercury yang dibuang ke air oleh industri selama beberapa dekade meracuni puluhan ribu orang , sekitar 2.000 di antaranya meninggal dunia.

Sulaiman mengatakan dampak merkuri pada masyarakat luas cenderung lebih serius dari pada penambang sendiri.

” Masyarakat yang hidup di hilir dan makan ikan memiliki risiko tinggi terpapar merkuri selama bertahun-tahun, ” katanya.

Kerusakan Lingkungan
Pertambangan emas juga menyebabkan kerusakan lingkungan, menambah parah kerusakan yang telah terjadi di negara akibat industri seperti kelapa sawit.

Kerusakan itu begitu luas tampak di sekitar Kereng Pangi. Foto-foto satelit menunjukkan daerah sebagai bercak putih besar di tengah hutan hujan yang rimbun di Kalimantan, pulau dengan tingkat keanekaragaman hayati tinggi bersama antara Indonesia, Malaysia dan Brunei.

Pertambangan emas juga telah merayap ke daerah ” dilindungi ” seperti taman nasional Tanjung Puting di Kalimantan, rumah bagi populasi besar orangutan yang terancam punah.

Seorang pejabat setempat , berbicara secara anonim, mengatakan orang-orang membayar pejabat taman nasional untuk membuka tambang emas di taman. Seorang wartawan AFP melihat peralatan pertambangan yang tergeletak di dalam batas-batas membentang luas lahan gundul.

Tidak ada program nasional di tempat di seluruh Indonesia untuk meyakinkan penambang emas skala kecil tidak menggunakan merkuri .

Tapi Rasio Ridho Sani, Deputi Menteri Lingkungan Hidup menegaskan pemerintah telah berusaha untuk mendorong penambang menggunakan metode alternatif.

Konvensi Merkuri, The Minamata  akan membantu memperketat distribusi logam di Indonesia, di mana merkuri tidak diproduksi, katanya.

Kritikus mengatakan perjanjian itu tidak memiliki taring karena pemerintah hanya mengurangi penggunaan logam merkuri dan tidak membuat suatu larangan langsung pada prakteknya.

Para ahli di Indonesia skeptis perjanjian itu akan membuat banyak perbedaan di negara di mana tambang emas dengan merkuri seharusnya ilegal tetapi terus dibiarkan beroperasi.

” Bahkan jika perjanjian lebih kuat, itu tidak benar-benar mengubah apa pun di Indonesia, ” kata Direktur Lembaga Penelitian Institute the Indonesia Society of Water and Aquatic Environment. ” Ini ilegal tetapi sangat sulit untuk mengontrolnya. ”

Ia mengatakan pendidikan adalah kunci untuk membujuk para penambang untuk berhenti menggunakan merkuri .

Sumber: globalpost.com

Leave a Response