close
Ragam

Banjir Landa Perkampungan Sekitar Exxon Aceh

Banjir yang terjadi di Aceh Utara | Foto: ANP

Empat kecamatan di Aceh Utara yaitu Tanah Luas, Matangkuli, Pirak Timu dan Paya Bakong kembali dilanda bencana banjir akibat banjir kiriman dari kabupaten tetangga, Bener Meriah. Kabupaten ini terletak berbatasan dengan kecamatan-kecamatan tersebut dan letaknya lebih tinggi karena di daerah pegunungan.

Hari pertama saat air mulai naik, pagi itu Jum’at 258 Oktober 2013 sekitar pukul 08.00 WIB warga gampong Rayeuk Kuta kecamatan Tanah Luas terlihat tidak begitu cemas. Hal ini dikarenakan warga telah terbiasa dengan banjir musiman saat hujan tiba.

150 rumah mulai direndam banjir ketika waktu mulai menunjukkan pukul 09.00 WIB. Warga kesulitan mengevakuasi barang-barangnya yang berada didalam rumah akibat air begitu cepat naik dan meninggi di pemukiman.

Lokasi desa Rayeuk Kuta yang langsung berbatasan dengan komplek kilang Migas ExxonMobil Cluster III. Bahkan sebagian Cluster III masuk dalam wilayah desa tersebut. Foto Google Earth | The Globe JournalLokasi desa Rayeuk Kuta yang langsung berbatasan dengan komplek kilang Migas ExxonMobil Cluster III. Bahkan sebagian Cluster III masuk dalam wilayah desa tersebut.

Tergopoh-gopoh, warga desa Rayeuk Kuta tersebut memilih untuk mencari lokasi yang lebih aman. Kebanyakan dari mereka memilih jalan ExxonMobil untuk menyelamatkan diri.

Dari sudut keramaian yang disesaki korban banjir dan warga yang ingin menyaksikan tersebut, seorang ibu menangis histeris. Seakan dirinya tidak bisa menerima musibah yang sedang menimpa dirinya serta warga desanya.

Namanya Nurasiah, umurnya masih 45 tahun. Dirinya menjadi perhatian warga saat menangis dalam keramaian.

Tangisan Nurasiah berupa kesedihan ketika musibah menimpa dirinya beserta warga lain di empat kecamatan tersebut. Bagi Nurasiah, penduduk Rayeuk Kuta ini, air matanya bercucuran dikarenakan harta benda miliknya tak sempat diselamatkan.

Sambil memandang ke arah rumahnya yang sepelemparan batu dari jalan ExxonMobil tersebut. Sambil tersedu-sedu Nurasiah memanjatkan do’a.

“Ya Allah, berkat do’a anak-anak yatim jangan sampai air naik lagi, cukup segini saja,” mohon Nurasiah kepada Sang Pencipta. Ketika dihampiri warga ia berkata, “Padi saya di dalam rumah sudah direndam air”. Nurasiah meratapi padinya yang baru dipanen semuanya telah direndam dan terbawa banjir.

Dirinya mengakui susahnya mencari nafkah, sebagai seorang petani. Padahal kediaman warga yang dilanda banjir tersebut berada dipunggung perusahaan raksasa minyak dan gas ExxonMobil.

Pun berada dipunggung ExxonMobil, namun desa ini tidak menjadi perhatian perusahaan tersebut. Pasalnya, menurut Bahtiar (37) yang merupakan Kaur Pemerintahan di desa tersebut, banjir naik akibat saluran milik ExxonMobil yang menghubung ke desa Rayeuk Kuta sudah rusak.

“Saluran atau gorong-gorong milik ExxonMobil sejak tahun 80-an sampai sekarang belum pernah diperbaiki. Setiap banjir makin parah karena saluran tidak bagus,” ungkapnya.

Hal senada juga disampaikan M. Husen (44) Kepala Desa Rayeuk Kuta. Menurutnya usulan perbaikan kerap disampaikan kepada pihak ExxonMobil, namun hingga saat ini belum juga ditindaklanjuti.

Sumber: theglobejournal.com

Tags : banjir

Leave a Response