close

aceh utara

Hutan

Aksi Penebangan Liar Marak Lagi di Kawasan Makam Cut Meutia

Lhoksukon – Penebangan pohon secara ilegal kembali marak terjadi di kawasan Makam Pahlawan Nasional Cut Meutia yang berada di kawasan Alue Karieng Kecamatan Matangkuli Aceh Utara dalam sebulan terakhir ini.

Bahkan, mereka menggunakan traktor roda empat dan mobil hardtop untuk menarik kayu hasil illegal logging sehingga jalan ke makam tersebut rusak parah.

“Sekitar 15 hari yang lalu saya langsung mendatangi beberapa warga yang sedang menebang pohon seperti Kruing dan Meranti dengan menggunakan chainsaw (gergaji mesin) untuk mengingatkan mereka,” kata penjaga Makam Cut Meutia Mudawali yang juga Panglima Sagoe Cut Meutia kepada sebagaimana dilansir Serambinews.com Senin (23/7/2019).

Mudawali mengingatkan mereka, supaya tidak menebang pohon di lingkungan makam dan tidak mengangkut kayu melalui jalan ke makam dengan menggunakan traktor roda empat.

Traktor roda empat menyebabkan jalan ke makam tersebut rusak. Sementara jalan ke makam selama ini dibangun dengan sumbangan pribadi masyarakat dan pejabat.

“Tapi mereka tidak menggubrisnya. Malahan sebelumnya mereka menggunakan dua Chainsaw, tapi setelah diingatkan, menambahnya jadi tiga chainsaw, sehingga tak bisa ditolerir lagi,” katanya.

Kayu tersebut diangkut dari lokasi tersebut ke Lubuk Tilam Kecamatan Cot Girek dengan menggunakan traktor dan hardtop.

Disebutkan, penebangan yang dilakukan mereka bukan hanya melanggar aturan, tapi mengganggu warga lain, karena jalan yang selama ini digunakan warga yang ingin ke lokasi makam sudah rusak parah.

“Mereka memiliki tauke yang mendanai aktivitas penebangan tersebut, sehingga mereka memiliki alat transportasi angkut,” katanya.

Sumber: aceh.tribunnews.com

read more
Ragam

Sisi Lain Bencana Banjir Aceh

Bencana selalu saja menyisakan kepedihan dan kerugian bagi para korban. Banjir yang merendam Aceh Utara beberapa waktu lalu menyisakan barang-barang dagangan yang rusak dan berlumpur. Para pedagang di Ibukota Aceh Utara, Lhoksukon mengaku menderita kerugian akibat banjir menerjang beberapa hari lalu. Dimana sebagian barang-barang dagangan tak bisa digunakan lagi karena rusak terendam banjir setinggi tiga meter.

Kondisi yang demikian pun membuat pedagang terpaksa menjual sisa-sisa dagangan secara obral dengan harga yang sangat murah. Meskipun sisa-sisa barang itu dipenuhi lumpur, namun masih bisa digunakan. Hanya saja dagangan itu telah dianggap barang bekas. Pembeli pun berjejer membeli barang murah yang masih tetap bagus manfaatnya.

Berbagai macam jenis dagangan seperti barang kelontong (gelas, piring,), pakaian, sandal, sepatu, elektronik dan mainan anak dijual dengan setengah harga modal. Walhasil, para pembeli yang terdiri dari ibu-ibu justeru ramai-ramai memborong barang-barang bekas tersebut.

Adi (31), salah satu pedagang toko kebutuhan olahraga di Lhoksukon mengatakan, dirinya rugi hingga mencapai 25 Juta. Kerugian itu paling banyak dari modal harga sepatu bola.

“Kerugian yang saya alami mencapai 25 juta. Karena terlalu banyak sepatu bola dan celana training yang tidak bisa digunakan lagi akibat lumpur banjir yang tak bisa hilang kalau dicuci,” keluhnya kepada greenjournalist.net, beberapa waktu lalu.

Oleh karena itu tambahnya, agar kerugian tidak terlalu meningkat, dirinya mencoba untuk menjual sepatu bola dan celana bekas dengan harga 30 ribu sampai 50 ribu.

Biasanya, kata Adi, sepatu bola dijual dengan harga Rp 150 ribu sampai Rp 300 ribu. Sedangkan celana training sebelum banjir dijual dengan harga 120 ribu, kini jadi harga 30 ribu.

Ditempat terpisah, kondisi yang sama juga dialami oleh Thalib (40), salah satu pedagang kelontong di jalan Panglateh Lhoksukon. Namun kerugian yang dialami Thalib lebih parah dibandingkan kerugian Adi. Apalagi setengah barang-barang kelontong milik Thalib masih hutang.

“Setengah barang-barang ini padahal masih hutang di Medan, namun malah hancur menjadi puing-puing bekas akibat banjir ini. Akibatnya saya rugi sampai 50 juta,” keluh Thalib.

Thalib juga menjual sisa-sisa dagangannya itu yang masih bisa digunakan. Pembeli pun harus mencuci sendiri jika hendak membeli barang-barang tersebut.

Untuk piring, Thalib menjual dengan harga Rp 10 ribu perlusin. Begitu juga gelas dan mangkuk. Harga itu justeru jauh lebih murah dibandingkan harga jual biasanya.

Kondisi seperti ini mulai berlaku sejak banjir surut pada Sabtu lalu. Di hari pertama banjir surut, para pedagang malah menjual sisa-sisa dagangannya lebih murah lagi dibandingkan hari ini.

read more
Perubahan Iklim

Banjir Kembali Terjang Aceh Utara

Hujan deras terus mengguyur dalam sepekan terakhir ini mengakibatkan banjir kembali melanda sejumlah desa di Kecamatan Lhoksukon, Jum’at (19/14) dan meluas hingga ke tujuh desa di Aceh Utara. Sebelumnya, pada Rabu lalu banjir sempat melanda dua desa di kecamatan tersebut.

Desa yang digenangi banjir meliputi Desa Meunasah Krueng KM 5, Desa Dayah KM 6, Desa Kumbang KM 7, Desa Teungoh KM 8, Desa Buloh KM 9 dan Desa Geulumpang KM 10. Titik banjir yang terparah yaitu di Desa Kumbang KM 7 dan Desa Dayah KM 6.

Di titik yang terparah itu, banjir menggenangi badan jalan Lhoksukon-Cot Girek dengan ketinggian 40 cm. Sedangkan berdasarkan amatan GreenJournalist.Net, ketinggian banjir yang menggenangi rumah warga rata-rata 20 cm sampai 60 cm.

Sementara berdasarkan keterangan dari warga, banjir disebabkan curah hujan yang sangat tinggi. Tak hanya itu, tanggul jebol sepanjang sepuluh meter yang terletak di Desa Kumbang KM 7 juga belum diperbaiki. Walhasil, banjirpun kembali mengganas.

“Tanggul masih jebol dan belum ditangani oleh pihak terkait. Dan akhirnya, banjirpun kembali melanda tempat tinggal kami,” ujar Nasrullah (41), warga setempat.

Terkait bencana banjir ini, melalui handphone, Ketua TIM Search and Rescue (SAR) Aceh Utara, Dahlan, mengatakan, bahwa pihaknya belum bisa menurunkan tim untuk mengevakuasi korban banjir. Pihaknya hanya menerjunkan tim ke lokasi banjir terparah yaitu di Kecamatan Langkahan, Aceh Utara.

“Kita bukan tidak peduli terhadap banjir di Lhoksukon, karena kami masih sibuk mengevakuasi korban banjir di Kecamatan Langkahan. Di kecamatan itu, banjir mencapai ketinggian air dua meter lebih,” kata Dahlan.

Hal serupa juga disampaikan oleh Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Utara, Munawar Ibrahim SE. Kata dia, pihaknya hanya bisa menurunkan tim untuk memantau di lokasi banjir Lhoksukon.

“Kita hanya bisa menerjunkan tim ke lokasi banjir untuk memantau ketinggian air dan bersiaga disana. Sedangkan untuk melakukan pengevakuasian, kita belum bisa melakukannya. Karena kami masih sedang mengevakuasi korban banjir di Langkahan. Disana, kita turunkan enam unit boat karet,” jelasnya.[]

Hingga berita ini diturunkan, korban banjir hanya bisa dibantu oleh pihak Koramil 08 Lhoksukon. Banjir pun kian meluas dengan debit air yang terus menambah.

read more