close

ekoturisme

GaleriRagam

Gajah Tangkahan

Gajah-gajah yang berada di bawah pengawasan Conservation Response Unit (CRU) Tangkahan, Langkat Sumatera Utara. Gajah-gajah yang juga digunakan untuk patroli hutan ini awalnya berasal gajah Aceh yang dipindahkan ke CRU Tangkahan karena saat itu Aceh dilanda konflik. Saat ini ada 7 ekor gajah CRU dikelola oleh Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser, satu ekor jantan dan dua betina dalam keadaan hamil. Gambar diambil saat gajah dimandikan di Sungai, Minggu (16/11/2014).

read more
Ragam

Bagaimana Ekoturisme Sejahterakan Warga dan Turis

Bagaimana cara membuat pulau destinasi wisata dengan infrastruktur terbatas tumbuh menjadi lokasi favorit bagi turis sekaligus meningkatkan kesejahteraan warga? Kisah sukses Dominika patut dicermati.

Bagi banyak turis yang datang ke Dominika di Kepulauan Karibia, lokasi ini bisa jadi pengalaman pertama menjejak surga di atas bumi. Aktivitas menonton paus dan mendaki sangat populer, dan para wisatawan umumnya bermalam di ‘eko-penginapan.’ Bagi banyak turis, akomodasi semacam ini merupakan pengalaman baru. Bagi pemerintah setempat, ini semua bagian dari rencana besar.

Tergantung anggaran, turis yang bermalam bisa memilih pondok kayu sederhana atau akomodasi mewah seperti Papillote Wilderness Retreat atau resor Jungle Bay. Dimanapun, pemandangannya adalah air laut yang biru dengan aroma minyak Laurus nobilis di udara. Minyak ini dibuat dengan tangan di desa seberang.

“Filosofinya adalah kami ingin sebanyak mungkin produk yang dihasilkan petani lokal,” kata Nancy Atzenweiler dari resor Jungle Bay. Ini berarti tidak ada daging merah bagi pengunjung, karena hanya ada sedikit sapi di Dominika.

Ini sesuai dengan konsep yang telah diamalkan Dominika untuk waktu yang cukup lama. Tahun 1997 pemerintahan pulau berpenduduk 70.000 orang ini menjadi yang pertama di kawasan yang menandatangani perjanjian dengan World Travel and Tourism Council (WTTC). Tujuannya mendorong Dominika menjadi pusat ekoturisme.

Namun kompromi juga harus dilakukan, ujar Atzenweiler. “Karena ada juga yang menginginkan susu di dalam kopi mereka,” Atzenweiler mengaku. “Namun ikan, ayam, sayuran dan buah: Semuanya dari sini.”

‘Emas hijau’ yang baru
Bukan kebetulan kalau Dominika dipaksa berpikir kreatif untuk mempertahankan bisnis setempat. Hingga pertengahan 90-an, pulau ini hanya hidup dari satu jenis ’emas hijau:’ pisang. Setiap pekan kapal-kapal memuat buah tersebut menuju Eropa. Namun Eropa akhirnya mengubah perjanjian dagang dan tak lama kemudian ekspor pisang tidak bisa lagi menjadi andalan.

Resor di Dominika juga membantu petani setempat dengan rencana bisnis mereka. Petani seperti Desmond dan Tony kini sangat sukses sampai-sampai mereka menyuplai supermarket lokal. Tamu hotel di resor Jungle Bay juga dapat mengunjungi lahan pertanian untuk merasakan tanaman lokal eksotis seperti labu siam atau apel custard yang berduri.

Pakar turisme Jürgen Schmude telah bepergian ke Dominika dalam 5 tahun terakhir untuk meneliti bagaimana pulau ini mampu mencapai target ekoturisme. Menurutnya Dominika memiliki turisme yang berbasis komunitas, yang melibatkan usaha setempat dan para petani.

Contoh yang masih langka
Turisme tak berkelanjutan masih menjadi masalah di banyak belahan dunia, keluh Schmude.

“Kami tahu banyak pemilik hotel di Jerman, misalnya, yang hanya berusaha menyajikan buah dan sayur lokal yang sedang musim,” ungkap profesor dari München tersebut kepada DW. “Lalu mereka bermasalah dengan tamu karena tidak memiliki jus jeruk yang segar.”

Banyak pulau lainnya di Karibia yang masih lebih tertarik pada turis kapal pesiar atau pesta pernikahan dan berinvestasi untuk pelabuhan kapal besar dan bahkan bandara yang lebih luas.

“Tentu kami khawatir bahwa sebagai sebuah pulau kami tidak terlalu berkembang,” kata Kerry, seorang warga Dominika. “Namun pulau-pulau lain sekarang terlalu berorientasi kepada turis dan menjadi sedikit sesak. Mereka tidak memiliki sensasi pulau yang menenangkan lagi, seperti di sini.”[]

Sumber: dw.de

read more