close

energi

Energi

Pembangkit listrik Energi Terbarukan Dapat Melindungi Keanekaragaman Hayati

Mengenakan masker adalah cara pejalan kaki di Jakarta – dan mungkin juga di kota-kota berpolusi tinggi lainnya di dunia – melindungi diri mereka dari gas-gas berbahaya yang menyebabkan polusi udara seperti karbon monoksida, karbon dioksida, nitrogen dioksida dan nitrogen oksida, yang sebagian besar diproduksi oleh kendaraan.

Gas-gas ini merupakan ancaman yang tidak terlihat bagi kehidupan manusia, tetapi penelitian menunjukkan bahwa polusi udara juga memiliki efek buruk pada tanaman dan hewan.

Partikel berbahaya yang dipancarkan dari pembangkit listrik, mobil, dan lokasi pertambangan dengan mudah dibawa ratusan kilometer jauhnya dari sumber aslinya mencemari area alami yang masih asli, ujar Sara Slavikova, salah seorang pendiri greentumble.com, sebuah situs web yang mempromosikan perlindungan dan kelestarian lingkungan.

Slavikova mengatakan Panther Florida yang terancam punah di Taman Nasional Everglades dan tanaman di Taman Nasional Pegunungan Great Smoky, keduanya di Amerika Serikat, sebagai contoh spesies bukan manusia yang terkena dampak. Panther memiliki reproduksi yang buruk karena tingginya kadar merkuri di udara. Partikel logam berat ini diterbangkan ke taman dari pembangkit listrik tenaga batu bara dan pembakaran sampah di kota-kota terdekat. Daun pada tanaman mengalami karena peningkatan ozon permukaan tanah, yang dihasilkan ketika emisi buatan manusia bercampur.

“Polusi ini sangat memengaruhi fungsi seluruh ekosistem dengan mengurangi kapasitas tanaman untuk menyerap karbon dan menahan air di dalam tubuh mereka,” katanya.

Bagaimana binatang dan tumbuhan liar bisa lepas dari polusi udara?

Mengenakan masker wajah jelas bukan jawaban. Tidak ada cara lain yang efektif selain melacak sumber asli pencemaran dan menerapkan langkah-langkah pencegahan.

Menurut para ahli, aktivitas manusia yang menyebabkan polusi udara termasuk kegiatan rumah tangga, industri dan pertanian, serta transportasi dan limbah. Penyebab utama pencemaran udara dapat bervariasi dari satu negara ke negara lain, tetapi seperti yang telah ditemukan oleh para ahli, produksi energi merupakan sumber utama pencemaran udara di banyak negara.

“Pembangkit listrik tenaga batu bara adalah kontributor utama, sementara generator diesel menjadi “tertuduh” di daerah off-grid. Proses industri dan penggunaan pelarut, dalam industri kimia dan pertambangan, juga mencemari udara, ”sebagaimana dikutip dari worldenvironmentday.global.

Program Lingkungan PBB memperingatkan bahwa polusi udara membahayakan planet ini dan semakin berdampak mematikan pada kehidupan, dan menyerukan kepada negara-negara untuk mengambil langkah-langkah untuk mengantarkan masa depan yang lebih hijau, lebih bersih, dan lebih berkelanjutan.

Dengan perubahan iklim dan keanekaragaman hayati menjadi isu yang semakin mendesak, perhatian internasional telah mulai berfokus pada pengembangan pembangkit listrik.

Ketika energi diproduksi untuk memenuhi permintaan daya yang meningkat, sumber energi terbarukan seperti air sungai adalah solusi yang tepat untuk memerangi polusi udara.

Dibandingkan dengan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas alam, yang semuanya merupakan sumber energi tak terbarukan, air adalah sumber energi terbarukan dan lebih bersih serta ramah lingkungan, karena tidak menghasilkan karbon dioksida (CO2). Ini telah mendorong peningkatan preferensi untuk menggunakan tenaga air untuk menghasilkan energi di banyak negara, termasuk AS dan Cina.

Sebuah laporan dari International Hydropower Association (IHA) mengatakan bahwa kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga air yang terpasang di seluruh dunia meningkat menjadi “1.267 gigawatt (GW) pada 2017, termasuk 153 GW penyimpanan yang dipompa”.

“Selama tahun ini, 21,9 GW kapasitas ditambahkan, termasuk 3,2 GW penyimpanan yang dipompa,” ditulis dalam 2018 Hydropower Status Report-nya, tersedia di hydropower.org.

IHA mengatakan bahwa dengan menghasilkan listrik dari tenaga air alih-alih batu bara, dunia mencegah hingga 4 miliar ton gas rumah kaca dan menghindari kenaikan 10 persen dalam emisi global dari bahan bakar fosil dan industri pada tahun 2017. “Itu juga menghindari 148 juta ton udara partikulat yang berpolusi, 62 juta ton sulfur dioksida, dan 8 juta ton nitrogen oksida tidak terpancarkan, ”katanya.

Semakin banyak pembangkit listrik tenaga air yang dibangun untuk menggantikan pembangkit listrik berbahan bakar fosil, semakin baik bagi lingkungan. Karena pembangkit listrik tenaga air tidak berkontribusi terhadap polusi udara, udara akan menjadi lebih bersih dan kualitas udara akan meningkat untuk memungkinkan tidak hanya orang menghirup udara segar dan sehat, tetapi juga tanaman dan hewan liar untuk berkembang secara alami.

Karena tenaga air bergantung pada air sebagai sumber energi terbarukan, operator pembangkit tenaga air juga harus fokus pada konservasi lingkungan. Jika pembangkit listrik tenaga air dibangun di hutan, pohon-pohonnya harus dilestarikan karena mereka berkontribusi signifikan terhadap sumber air. Deforestasi berkontribusi terhadap berkurangnya curah hujan dan meningkatnya limpasan, yang dapat menguras pasokan air alami. Ini, pada gilirannya, mengancam keberlanjutan catu daya. Singkatnya, melestarikan hutan berkontribusi signifikan untuk mempertahankan pasokan listrik Singkatnya, melestarikan hutan berkontribusi signifikan untuk mempertahankan pasokan listrik, sambil melestarikan habitat alami untuk keanekaragaman hayati spesies tanaman dan hewan endemik.

Pengembangan PLTA Batang Toru di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, telah mengambil langkah nyata dan strategis untuk meningkatkan upaya pengurangan emisi, perlindungan lingkungan dan keanekaragaman hayati.

Misalnya, perusahaan menanam pohon untuk memastikan keberlanjutan sumber airnya, terutama untuk memperingati Hari Bumi setiap tahun pada tanggal 22 April. Perusahaan juga melatih staf konservasi untuk melindungi habitat orangutan di hutan konservasi terdekat sesuai dengan kearifan lokal.

Melindungi keanekaragaman hayati tumbuhan dan hewan di dunia mengarah ke ekosistem yang lebih sehat dan lebih produktif dalam hal spesies, habitat, dan keanekaragaman genetik, dan karenanya lebih mampu beradaptasi dengan tantangan seperti perubahan iklim, menurut PBB.

“Kualitas air yang kita minum, makanan yang kita makan, dan udara yang kita hirup semuanya tergantung pada menjaga dunia alami dalam kesehatan yang baik,” kata Sekretaris Jenderal PBB António Guterres. Dia juga menggarisbawahi bahwa keanekaragaman hayati sangat penting untuk mencapai 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan dalam mengatasi perubahan iklim.

Ekosistem yang sehat, kata Guterres, “menyediakan 37 persen dari mitigasi yang diperlukan untuk membatasi kenaikan suhu global”. Dia juga memperingatkan bahwa tren negatif saat ini dalam keanekaragaman hayati dan ekosistem diproyeksikan akan merusak kemajuan menuju 80 persen dari target SDG. “Kami tidak bisa membiarkan ini terjadi.”

read more
Sains

Benarkah iPhone Bisa Ramah Lingkungan?

Produk ramah lingkungan selama ini menjadi salah satu trend yang mulai banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan teknologi global. Salah satunya Apple. Lisa Jackson, Direktur Eksekutif Divisi Lingkungan dan Ekosistem Apple, mengatakan kepada The Associated Press, (16/9) bahwa Apple secara konsisten tetap menjaga dan memastikan produknya ramah lingkungan. Terutama smartphone terbaru mereka, iPhone 6s dan iPhone 6s Plus.

Apple mengklaim bahwa iPhone seri terbarunya telah melalui proses upgrade ramah lingkungan, untuk penggarapan teknologi kamera yang lebih baik dan beberapa fitur baru. Dalam pembuatan iPhone 6s dan iPhone 6s Plus telah mengurangi emisi karbon sebesar 14% sampai 16% dibandingkan emisi karbon saat produksi iPhone model tahun lalu.

Apple melakukan pengukuran emisi karbon dengan menghitung berapa banyak polusi disebabkan selama produksi, distribusi, penggunaan smartphone oleh konsumen dan hingga saat proses daur ulang perangkat.

Sebagian besar upgrade di iPhone 6s dan iPhone 6s Plus tercermin dengan adanya perubahan yang dibuat dalam pemakaian bahan aluminium yang digunakan dalam casing iPhone terbaru. Pasalnya emisi karbon pada model sebelumnya tercermin dari bahan casing, sehingga Apple mencari cara dan alternatif lain untuk mengurangi emisi karbon, salah satunya dengan perubahan pada pemilihan bahan casing.

“Kami merasa bahwa masalah lingkungan ini benar-benar penting, dan untuk itu kami memberitahu orang-orang apa saja yang telah kami lakukan untuk menjaga agar produk kami ramah lingkungan,” kata Jackson.

Selain Apple, perusahaan teknologi raksasa lainnya pun telah berusaha mengurangi polusi dan limbah yang disebabkan oleh produk. Biasanya dengan investasi besar-besaran di pembangkit listrik tenaga air dan energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin, dimana itu semua diperuntukkan untuk menjalankan jutaan komputer yang menyimpan dan mengolah data untuk pengguna mereka.

Google dan Facebook pun banyak dipuji oleh kelompok-kelompok lingkungan hidup atas upaya mereka yang konsisten menjaga dan mengurangi ketergantungan pada pembangkit listrik berbahan bakar fosil, dengan mengaktifkan energi terbarukan.[]

Sumber: tabloidpulsa.com

read more
Energi

Buat Apa Mengkonversi Biomassa menjadi Energi?

Jawaban atas pertanyaan ini telah terungkap dalam buku berjudul “Biomass gasification, pyrolysis and torrefaction practical design and theory”. Buku yang ditulis oleh Prabir Basu, pakar bioenergi asal Kanada itu, mengungkapkan tiga hal yang menjadi motivasi untuk mengkonversi biomassa menjadi bioenergi yaitu pemenuhan energi, pelestarian lingkungan, dan memetik manfaat sosial politik.

Kebutuhan energi sudah sangat mendesak karena kelangkaan sumber dan harga bahan bakar fosil yang semakin meningkat. Keterdesakan ini menjadi bagian dari motivasi dunia untuk mencari alternatif sumber energi baru dan terbarukan. Harapannya adalah sumber energi terbarukan tersebut mampu menggeser dominasi peran energi fosil, dapat diperbarui dan diproduksi secara cepat.

Upaya pelestarian lingkungan juga menjadi bagian motivasi karena biomassa, dalam perhitungan netto, tidak berkontribusi pada emisi karbondioksida ke atmosfer. Emisi karbondioksida akan mengakibatkan perubahan global, termasuk perubahan iklim yang sangat menguatirkan warga dunia.

Memetik manfaat sosial dan politik juga bagian ketiga dari motivasi tersebut. Potensi pembukaan lapangan pekerjaan dan berusaha akan teralisasi dengan baik jika pabrik pengolah biomassa dapat diwujudkan di suatu daerah.  Lapangan usaha dan pekerjaan akan tersalurkan pada bagian budidaya, pengumpulan bahan baku, pengangkutan, serta pengolahan. Bahkan secara tersirat juga membuka peluang bagi dunia penelitian dan perguruan tinggi untuk membuka tirai pengetahuan dan aplikasi biomassa sebagai bahan baku alternatif pengganti energi.

Indonesia berpeluang besar untuk mendayagunakan biomassa jika termotivasi untuk mencapai peran bioenergi atau energi terbarukan yang lebih besar pada tahun 2025. Semoga.

Sumber: bioenerginusantara.com

read more
Energi

Investasi Energi Terbarukan Dunia Meningkat

Investasi di energi terbarukan kembali bangkit dipicu oleh investasi di energi surya dan angin. Investasi energi terbarukan kembali naik 17% dengan nilai $270 miliar pada 2014 setelah sempat mengalami penurunan selama 2 tahun sebelumnya.

Kenaikan investasi di energi terbarukan ini sangat istimewa karena berhasil mengalahkan tantangan dari harga minyak yang terus turun.

Kapasitas energi terbarukan naik hingga 103 GW atau setara dengan kapasitas seluruh pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) – 158 PLTN – yang dimiliki oleh Amerika Serikat. Hal ini terungkap dalam berita Program Lingkungan PBB yang dirilis Selasa, 31 Maret 2015.

Negara yang memberikan kontribusi instalasi tenaga surya terbesar adalah China dan Jepang. Sementara rekor baru investasi proyek energi angin lepas pantai di Eropa membantu mendongkrak investasi EBT dunia di 2014.

Terus menurunnya biaya instalasi energi terbarukan – tidak hanya surya namun juga energi angin – menjadi salah satu alasan dibalik peningkatan investasi EBT.

Setiap dollar yang diinvestasikan di energi terbarukan menghasilkan kapasitas yang jauh lebih besar dibanding kapasitas yang dihasilkan oleh investasi sebelumnya. Pada 2011 misalnya investasi EBT naik sebesar $279 miliar namun hanya menghasilkan kapasitas baru sebesar 81GW.

Bersama-sama, energi angin, surya, biomassa, pembangkit listrik tenaga sampah, panas bumi, micro hydro dan energi samudra saat ini menyumbang sekitar 9,1% listrik dunia di 2014, naik dari hanya 8,5% pada 2013.

Menurut UNEP dengan proporsi EBT yang terus meningkat, polusi CO2 juga bisa terus dikurangi. China menempati rangking pertama dalam investasi di energi terbarukan dengan rekor baru investasi sebesar $83,3 miliar pada 2014, naik 39% dari tahun 2013.

Amerika Serikat ada di posisi kedua dengan nilai investasi $38,3 miliar atau naik 7%. Posisi ketiga diduduki Jepang dengan nilai investasi sebesar $35,7 miliar, naik 10% dan menjadi rekor investasi tertinggi bagi Negara Matahari Terbit ini.

Sumber: Hijauku.com

read more
Energi

Pabrik Ini Ubah Tahi Sapi Jadi Etanol

Tulare County, California, baru-baru ini melampaui kota tetangganya Fresno County sebagai produsen terbesar penghasil susu di Amerika Serikat. Melimpahnya produksi ini membuat pertumbuhan ekonomi dan investasi meningkat serta menghidupi 450.000 orang.

Tapi tunggu dulu. Selain industri susu lokal terus gelombang, daerah San Joaquin Valley menderita polusi udara terburuk di Amerika Serikat, dan limbah sapi menjadi ancaman bagi daerah aliran sungai di kawasan tersebut.

Baru-baru ini, diresmikan Calgren Ethanol Biogester, pabrik pengolah pupuk kandang menjadi ethanol di Pixley, sekitar 60 km sebelah selatan dari Fresno. Ini adalah langkah ke arah mengurangi emisi dan ketergantungan pada bahan bakar fosil sambil membantu California memenuhi tujuan energi yang bersih. Menurut perusahaan yang bekerja sama dalam proyek ini, pabrik ini merupakan digester pertama di California yang mengubah limbah pertanian menjadi gas alam bersih untuk fasilitas energi terbarukan lain. Alih-alih mengandalkan jaringan lokal, pabrik etanol dinyatakan intensif energi karena menggunakan sistem loop tertutup dan sistem zerowaste.

Koalisi beberapa perusahaan, mendanai sebagian pabrik ini dengan dana hibah Komisi Energi California sebesar $ 4.600.000. Pabrik dirancang oleh DVO of Wisconsin, merupakan digester anaerobik inti dari pabrik ini dan pembangunannya diserahkan kepada Regenis, kontraktor asal negara bagian Washington. Calgren Renewable Fuels akan memproduksi hingga 58 juta galon etanol per tahun, cukup untuk bahan bakar 145.000 mobil per tahun. []

Sumber: enn.com

read more
Kebijakan Lingkungan

Menteri ESDM: Indonesia Pengimpor Minyak Terburuk

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia, Sudirman Said menjadi pembicara utama dalam seminar nasional pengelolaan migas yang digelar Universitas Syiah Kuala (Unsyiah). Seminar nasional ini berlangsung Sabtu (27/12) di gedung AAC Dayan Dawood. Acara ini dihadiri dan dibuka langsung oleh Gubernur Aceh Zaini Abdullah. Turut juga hadir wali Nanggroe, Malik Mahmud Al-Haytar, anggota DPR-RI, Nasir Jamil, Wakil DPRA T. Irwan Djohan, Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng, dan para pejabat lainnya.

Dalam sambutannya, Rektor Unsyiah menilai kegiatan ini sangat penting untuk digelar. Terlebih jika merujuk pada data dan fakta, Aceh termasuk provinsi yang kaya sumber daya alam termasuk minyak dan gas.

“Tapi pengelolaan sumber daya ini tidak akan berjalan baik jika tidak didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, serta pemahaman yang benar tentang sumber daya alam” ujar Rektor di hadapan para tetamu dan ratusan mahasiswa Unsyiah.

Ia juga menambahkan, pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya mineral dan gas, buka semata-mata peran dari pemerintah Aceh tapi diperlukan juga peran dari semua pihak. Termasuk diantaranya para akademisi atau institusi pendidikan di Aceh. Terlebih saat ini di Aceh, pengaturan migas serta pengelolaannya telah diatur dalam Undang-Undang Pemerintah Aceh (UUPA) nomor 11 tahun 2006, yang menegaskan cara pemanfaatan mineral dan migas yang baik dan efisien.

“Harapan kami, semoga semua pihak pengiat migas yang hadir pada seminar ini, dapat terus bersinergi dengan Universitas Syiah Kuala untuk menemukan formulasi terbaik, dalam rangka efesiensi pengelolaan sumber daya alam Indonesia”

Sementara itu, Menteri ESDM Sudirman Said yang hadir sebagai keynote speaker, menjabarkan beberapa tantangan ESDM yang terkait langsung dengan ketahanan nasional. Seperti  Rp 246 triliun dihabiskan untuk subsidi BBM dan LPG. Ini merupakan posisi terburuk di antara negara pengimpor minyak.

Tentu langkah-langkah konkret dilakukan demi peningkatan pembangunan sektor energi. Kebijakan itu dilakukan dengan meningkatkan  produksi energi primer seperti minyak, gas bumi, dan batubara. Meningkatkan cadangan operasional energi termasuk peningkatan efisiensi dalam penggunaan energi. Hingga meningkatkan pengelolaan subsidi yang lebih transparan dan tepat sasaran.

Sudirman menyadari, sektor migas paling banyak disoroti oleh masyarakat. Bahkan ia mengaku, saat pertama kali menjabat, ia merasakan kepercayaan masyarakat begitu rendah terhadap sektor ini.
“Situasi hari ini merupakan hasil apa yang kita perbuat sepuluh tahun yang lalu. ESDM jadi begini, karena ada akumulasi problem dari sebelumnya.”

Ia pun teringat saat penunjukkan langsung oleh Presiden Jokowi beberapa bulan lalu. Jokowi mengatakan, jika sektor ini berat dan banyak godaan. Jadi dibutuhkan sosok yang jujur bukan sekedar pintar.

“Ini bukan saya memuji diri sendiri, ya!” ujar Sudirman yang disambut gelak tawa peserta.

Di hadapan mahasiswa Unsyiah, Sudirman juga berpesan untuk menyiapkan diri untuk kehidupan mendatang dan siap menyongsong jalan yang lurus. Menurutnya ada dua cara, yaitu jaga identitas diri dan bangun kompetensi.

“Zaman dulu, orang melihat Anda anak siapa dan berasal dari mana. Tapi sekarang, orang tidak melihat lagi Anda asal darimana, tapi bisa apa. Semoga semakin banyak orang lurus yang mau mengurus negeri ini.”

Seminar setengah hari ini turut dihadiri para dosen, dekan serta wali nanggroe Aceh. Acara ini juga membahas dinamika pengelolaan migas untuk kesejahteraan rakyat di Aceh. Turut menghadirkan pemateri Kepala Dinas Pertambangan dan Energi di Aceh Said Ikhsan, Presiden direktur PT Perta Arun Gas Teuku Khaidir, dan Tim Reformasi Tata Kelola Migas Fahmy Radhi. (rel)

read more
Energi

Swasembada Energi, Mungkinkah ?

Beberapa hari lalu chairman of Indonesia Petroleum Association – organisasi yang menaungi 58 operator minyak dan gas besar di Indonesia – menyatakan bahwa Indonesia akan menjadi negeri pengimpor energi terbesar pada tahun 2019. Dengan produksi yang hanya 798,000 barrels oil per day (bopd), konsumsi kita kini sudah mencapai 1.6 juta bopd dan terus meningkat. Ketergantungan kita pada impor energi yang semakin besar akan bisa mengganggu kedaulatan negeri ini secara keseluruhan. Apa yang bisa kita perbuat ?

Sama dengan ketergantungan pangan impor yang kini tengah menyadarkan bangsa ini untuk berjuang sekuat tenaga untuk bisa swasembada pangan dalam arti yang sesungguhnya, perjuangan untuk swasembada energi mestinya juga tidak kalah pentingnya.

Tetapi mengapa perjuangan kearah swasembada energi belum ada tanda-tanda untuk dimulai atau setidaknya diniatkan?  Padahal problem besarnya sudah di depan mata bahkan hanya dalam satu periode pemerintahan ini saja – kita sudah akan menjadi importer energi terbesar di dunia ? Bisa jadi karena besarnya masalah dan tantangan yang ada – membuat kita bahkan berniat untuk mandiri energi saja awang-awangen.

Semua masalah menjadi besar karena dilihat dari kacamata manusia. Tidak demikian di mata Allah, Tidak ada sesuatu yang terlalu besar dihadapan Dia Yang Maha Besar. Maka di sinilah sebenarnya letak kuncinya bila kita ingin bisa mengatasi problem-problem besar kita, yaitu memohon petunjuk dan pertolonganNya.

Untuk bidang energi ini setidaknya ada tiga petunjuk spesifik di Al-Qur’an yaitu di Surat Yaasiin 80, Al-Waqi’ah 71-72 dan An-Nur 35. Dalam Tafsir Ibnu Katsir yang menjelaskan Surat Yaasiin ayat 80 : “yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu.” – mengutip pernyataan Ibnu Abbas bahwa yang dimaksud kayu yang hijau itu adalah pohon Marakh atau Markh dan pohon ‘Afar.

Hasil perncarian saya tentang pohon Marakh ini ketemu nama latinnya yaitu Leptadenia pyrotechnica dari family Asclepiadaceae. Menariknya adalah nama latin pyrotechnica – ini mempunyai arti pembuat api. Artinya masyarakat yang tinggal dimana pohon tersebut berada mengenalnya sebagai pohon untuk membuat api.

Tanaman ini menyebar luas di Hijaz, Afrika Utara, Asia Tengah dan di Mediterania. Tanamannya seperti semak, selain digunakan untuk membuat api – bisa dibuat sayur dan bahkan juga bahan untuk berbagai pengobatan. Bila ada teman-teman yang lagi berada di daerah-daerah tersebut, saya akan sangat berterima kasih bila bisa membawakan saya oleh-oleh untuk benihnya.

Jadi pohon sumber api atau energi bisa berarti pohon-pohon hijau specific seperti Marakh dan ‘Afar (yang ini saya belum ketemu nama latin atau nama lokalnya), tetapi juga bisa berarti pohon hijau lainnya.

Yang terakhir ini dikuatkan oleh Surat An-Nur ayat 35 : “… yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon Zaitun …”. Minyak yang digunakan untuk menyalakan api – itulah energi bahan bakar kita kini.

Karena bahan bakar fosil kita – yang juga berasal dari pohon hijau jutaan tahun lalu – terus menipis, Marakh dan ‘Afar kita belum punya, Zaitun baru mulai menanam dan mensosialisasikan ke masyarakat luas – maka pencarian sumber-sumber energi dari pohon yang hijau dapat terus diperluas ke berbagai tanaman yang sudah (mudah) tumbuh secara luas di negeri ini.

Selain sawit yang sudah diproduksi sangat luas yang hasilnya bisa untuk minyak makan dan juga bahan bakar, demikian juga minyak kelapa – masih sangat banyak jenis tanaman lain penghasil minyak. PUSPITEK pernah mengungkapkan ada lebih dari 60 jenis tanaman di Indonesia yang menghasilkan minyak, di dunia ada lebih dari 100 jenis tanaman.

Dari sinilah kemudian kita bisa belajar bahwa bahkan ‘prediksi’ krisis energi-pun bisa diantsisipasi dengan gerakan menanam secara sungguh-sungguh seperti yang dilakukan Nabi Yusuf ‘Alaihi Salam ketika memprediksi Mesir akan paceklik pangan (QS 12:47).

Sementara pencarian solusi energi yang canggih-canggih seperti energi nuklir, energi matahari, gelombang laut, hydrokinetic dlsb bisa dilakukan para ahlinya masing-masing, rakyat kebanyakan bisa terlibat dengan kegiatan menanam ‘energi’ rame-rame sehingga pada waktunya nanti diperlukan tinggal mengolahnya.

Seperti petunjuk di surat An-Nur 35 tersebut diatas, maka yang kita tanam-pun sebaiknya tanaman yang multi-purpose. Seperti Zaitun yang minyaknya bisa menjadi minyak makan maupun minyak untuk bahan bakar, maka jenis tanaman seperti ini yang insyaAllah jauh lebih luas manfaatnya bagi masyarakat.

Bila yang ditanam tanaman khusus energi seperti tanaman jarak misalnya, ketika tidak diolah sebagai bahan bakar – kita tidak bisa menggunakannya sebagai bahan pangan, akibatnya banyak penanam jarak yang tidak bisa menikmati hasilnya karena industri penunjang minyak jarak yang belum berjalan.

Selain Zaitun, contoh tanaman multi-purpose versi lokal adalah pohon kelor atau Moringa oleifera. Daunnya bisa menjadi sumber nutrisi bergizi tinggi dan bahan obat herbal, buahnya mengandung minyak yang cukup tinggi sekitar 40 % berat kering. Minyak kelor atau ben oil selain sebagai minyak terbaik kedua setelah Zaitun, juga bisa menjadi biodiesel bila memang waktunya dibutuhkan.

Berbeda dengan Zaitun yang sebagian orang masih sulit diyakinkan bahwa tanaman ini insya Allah bisa tumbuh sempurna juga di Indonesia, kelor sudah terbukti mudah tumbuh dimana-mana. Cabang yang dipotong (stek) dan ditancapkan di tanah saja insya Allah akan bisa tumbuh baik.

Kalau kita mulai menanam pohon ini rame-rame dari stek sekarang, insyaAllah lima tahun lagi tahun 2019 pohon-pohon tersebut sudah akan mulai berbuah dan mulai bisa kita petik hasilnya untuk minyak makan ataupun bahan bakar. Tentu belum akan cukup untuk mengatasi problem bahan bakar saat itu ketika negeri ini menjadi pengimpor energi terbesar di dunia, tetapi setidaknya saat itu orang bisa melihat adanya cahaya diujung terowongan yang gelap. Bahwa ada solusi alternatif yang kita semua bisa terlibat didalamnya, kalau belum bisa mengatasi masalah saat ini setidaknya ada harapan untuk bisa mengatasi masalah itu nantinya.

Untuk masyarakat bisa rame-rame menanam kelor, kami sudah mengumpulkan ribuan batang stek kelor di Jonggol Farm. Masyarakat bisa memintanya gratis ke kami untuk satu atau dua pohon, sepuluh atau dua puluh pohon – kalau butuhnya banyak bisa ikut mengganti ongkos pengumpulan dan transportasinya. Yang mau menanamnya dari biji, insyaAllah juga kami sediakan cukup banyak. Hanya mohon maaf tidak bisa dikirim karena kami prioritaskan yang mengambil sendiri sekaligus belajar menanamnya – agar meningkatkan peluang keberhasilan.

Untuk mengolah biji kelor menjadi minyak makan auatupun minyak diesel, mesin-mesin perdananya insyaAllah sudah akan bisa kita miliki dalam beberapa bulan kedepan. Setelah jelas model mesin yang paling efektif untuk pengolahan minyak kelor ini, baru digandakan untuk bisa dimiliki masyarakat secara luas – lima tahun insyaAllah cukup untuk menghasilkan mesin yang efektif untuk memproses minyak kelor tersebut.

Bisa jadi ini langkah yang sangat kecil dibandingkan dengan problem yang sangat besar yaitu problem energi nasional, tetapi dengan cara turun langsung dan melibatkan diri kita dalam berjuang mengatasi masalah besar ini – mudah-mudahan bisa menjadi jalan untuk terkabulnya do’a kita kepadaNya.

Sebab salah satu do’a yang terkabul adalah do’anya orang-orang yang secara sungguh-sungguh terjun langsung di medan perjuangan dan tidak duduk-duduk saja menunggu hasil. Dalam perang Badr, tentara umat ini sedikit dan perlengkapannya serba terbatas – tetapi unggul melawan tentara musuh yang jauh lebih banyak dan dengan perlengkapan perang yang jauh lebih lengkap – karena do’a-do’a tentara umat yang sedikit itu terkabul.

(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut”. Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS 8 : 9-10)

Dari pada duduk-duduk mengutuki kegelapan karena langkanya energi yang akan datang, alangkah baiknya bila kita mulai berusaha untuk bisa menyalakan ‘lilin-lilin’ kita sendiri. InsyaAllah kita bisa.[]

Sumber: geraidinar.com

read more
Energi

Wow, Petai Cina Pun Bisa Jadi Bahan Bakar

Sore itu kami bertemu di sebuah warung kopi sederhana di seputaran kota Banda Aceh. Ia adalah pembimbing mahasiswa yang baru saja kembali dari sebuah pulau yang tertinggal di wilayah Kabupaten Aceh Besar. Mereka bersama warga mencoba membuat bahan bakar alternatif dengan memanfaatkan sumber daya alam sekitar.

Saisa A. Rani, demikian namanya, seorang dosen di Universitas Serambi Mekkah yang sangat akitf bergelut di bidang lingkungan. Dia bersama sejumlah mahasiswanya mengunjungi Pulau Nasi, Kabupaten Aceh Besar dari tanggal 15 – 22 Oktober 2014 lalu.

“Kami bersama masyarakat membuat briket arang dengan bahan baku batang pohon Lamtoro. Masyarakat antusias melaksanakan kegiatan ini,” ujar Saisa, demikian Ia biasa disapa.

Proses pembuatan briket dari pohon Lamtoro sangat mudah menurutnya. Apalagi selama ini warga setempat juga sering membakar kayu dari Lamtoro tapi mereka belum sadar bahwa batang kayu itu bisa diolah lebih lanjut menjadi sumber energi.

Pulau Nasi merupakan salah satu pulau di Kecamatan Pulo Aceh, yang terletak di sebelah Utara dari Kota Banda Aceh. Transportasi untuk mencapai pulau tersebut menggunakan kapal nelayan yang muatannya terbatas serta sangat bergantung kepada cuaca. Saat cuaca cerah perjalanan hanya memakan waktu sekitar 60 menit, namun apabila cuaca kurang bersahabat dapat memakan waktu hingga 90-120 menit. Dampaknya warga terpaksa membeli barang-barang dengan harga mahal termasuk BBM dikarenakan kondisi geografisnya tersebut.

Pulau Nasi adalah wilayah dalam gugusan pulau-pulau yang dikenal oleh masyarakat lokal dengan nama Pulo Breuh (Bahasa Aceh yang berarti Pulau Beras). Alkisah, masyarakat menamakan pulau tersebut berdasarkan jaraknya dari daratan sehingga menentukan bekal apa yang mesti dibawa saat mengunjunginya. Dinamakan Pulau Nasi karena masyarakat harus membawa bekal nasi jika mendatanginya. Sedangkan dinamakan Pulau Breuh berarti masyarakat harus membawa beras jika mengunjungi sebagai bekal karena jaraknya yang lumayan jauh dan mesti menginap di pulau tersebut.

Selama ini warga memasak dengan menggunakan minyak tanah atau gas. Harga gas per tabung 3 kg mencapai Rp. 35 ribu, padahal di daratan paling mahal Rp.22 ribu. Masyarakatnya banyak yang masih tergolong pra sejahtera bertambah pengeluarannya untuk membeli bahan bakar. Ada juga yang memasak menggunakan kayu bakar dengan memanfaatkan ranting-ranting kayu yang banyak terdapat disana.

Saisa menjelaskan, sumber biomasa sangat banyak terdapat di Pulau Nasi sehingga sangat potensial dijadikan bahan bakar alternatif seperti halnya briket. Seandainya masyarakat mampu membuat briket arang dari biomasa, walaupun dalam skala kecil setidaknya bisa dimanfaatkan sendiri. Briket lebih ramah lingkungan sebab tidak menghasilkan asap, tidak berbau jadi lebih aman buat kesehatan dan mengurangi pencemaran. Saisa dan timnya memilih limbah kayu atau bahan baku dari pohon Lamtoro (pohon petai Cina). Pohon ini dipilih sebagai bahan baku pembuatan briket karena mudah diperoleh di Pulau Nasi dan tanamannya tumbuh cepat sehingga regenerasi pohon bisa berlangsung cepat juga.

 

Mahasiswa USM Banda Aceh bersama warga Pulau Nasi membuat briket | Foto: Ist
Mahasiswa USM Banda Aceh bersama warga Pulau Nasi membuat briket | Foto: Ist

Salah seorang mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini, M. Yasin mengatakan sebelum mereka membuat briket arang, mereka melakukan sosialisasi kegiatan dengan mengunjungi kepala desa dan tokoh masyarakat. Hal ini agar program mendapat dukungan luas dari masyarakat. “ Kami juga membuat gotong royong di kampung sebagai selingan kegiatan,” katanya.

Pembuatan briket dari pohon Lamtoro relatif mudah dan lebih kurang hanya membutuhkan waktu setengah hari atau sekitar 10-12 jam. Ada dua tahap proses yaitu pertama proses pengarangan (karbonisasi). Limbah kayu pohon Lamtoro dimasukkan dalam drum hingga hampir penuh kemudian drum ditutup rapat dan api dinyalakan melalui lubang ventilasi drum. Pembakaran dilakukan hingga semua bahan habis terbakar dan setelah dingin dilakukan pembongkaran dimana arang yang dihasilkan dipisahkan dari abu.

Sedangkan proses tahap kedua adalah proses pembuatan briket. Arang yang dihasilkan dari pembakaran dalam drum tadi digiling sampai halus dan diayak agar ukurannya seragam. Agar serbuk arang ini menyatu ditambahkan perekat dari lem  kanji dengan perbandingan 1 bagian lem kanji untuk  10 bagian arang dan diaduk sehingga tercampur sempurna. Adonan dimasukkan kedalam cetakan kubus atau silinder berukuran panjang 15 cm dengan diameter 3 cm kemudian dipress. Briket yang telah selesai dicetak  kemudian dijemur dibawah sinar matahari 2 – 8 jam, tergantung keadaan cuaca. Jika dirasa briket telah benar-benar kering maka briket dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar tanpa perlu ada modifikasi peralatan dapur.

Saisa mengatakan nilai kalor arang bisa mencapai 5000 kalori, dibandingkan nilai kalor jika kayu dibakar begitu saja yang hanya sekitar 3000 kalori. Panas yang tinggi menyebabkan masakan cepat matang sehingga dengan sendirinya menghemat bahan bakar.

Menurut literatur, kayu Lamtoro memiliki nilai kalori sebesar 19.250 kJ/kg, terbakar dengan lambat serta menghasilkan sedikit asap dan abu. Arang kayu lamtoro berkualitas sangat baik, dengan nilai kalori 48.400 kJ/kg. Kayunya termasuk padat untuk ukuran pohon yang lekas tumbuh (kepadatan 500-600 kg/m³) dan kadar air kayu basah antara 30-50%, bergantung pada umurnya. Lamtoro cukup mudah dikeringkan dengan hasil yang baik, dan mudah dikerjakan.

Briket yang mereka buat telah diuji coba langsung usai pembuatannya. Menurut M. Yasin, masih ada kelemahan produk briket mereka yaitu api yang timbul masih kurang merata. “ Ini mungkin karena briket kurang padat dan ayakannya mesti lebih halus lagi,” analisis M. Yasin.  Ia menjelaskan jika lubang pada ayakan halus lagi maka akan dihasilkan butiran arang yang homogen dan mudah dipadatkan.

Namun menurutnya warga setempat tetap antusias membuat briket arang tersebut. “ Saya yakin warga akan mampu membuat briket nantinya, apalagi bahan baku melimpah disini,” ujar M. Yasin. Tim pun menyumbangkan peralatan membuat briket kepada masyarakat.

Briket dapat menjadi bahan bakar alternatif untuk mengatasi kelangkaan BBM. Jika masyarakat mampu memproduksi briket dalam skala besar maka hal ini bisa memberikan efek meningkatkan perekonomian masyarakat dengan menjual briket ke pedagang butuh bahan bakar seperti pedagang mie goreng, ayam bakar, ikan bakar dan lain sebagainya.

Indonesia memang sangat kaya dengan bahan bakar alternatif pengganti BBM fosil. Jika pemanfaatan biomasa dapat dimaksimalkan terutama di daerah-daerah terpencil maka beban negara dalam menyediakan bahan bakar semakin berkurang. Insya Allah masyarakat pun bisa lebih sejahtera.[]

read more
1 2 3 7
Page 1 of 7