close

energi terbarukan

Ragam

Dukungan Perbankan untuk Pemanfaatan Energi Bersih Indonesia masih Lemah

Penulis: Muhammad Ihsan

Indonesia merupakan penghasil batu bara terbesar di dunia. Batu bara tersebut, digunakan untuk pemakaian dalam negeri dan sebagian besar untuk diekspor ke luar negeri seperti ke China dan Jepang. Tetapi, dua tahun terakhir ini China dan Jepang sudah mulai mengurangi penggunaan energi batu bara dan mulai perlahan-lahan menggantikannya dengan energi bersih atau green energy. “Semakin cepatnya krisis iklim terjadi, seperti dilaporkan Intergovernmental Panel Climate Change (IPCC), memicu negara-negara maju untuk berlomba melakukan transisi energi dari fosil ke energi terbarukan,” ungkap Sisilia Nurmala Dewi, Koordinator organisasi 350.0rg untuk Indonesia, dalam diskusi webinar Journalist Learning Forum untuk jurnalis dan umum yang diselenggarakan oleh Mongabay Indonesia bersama 350.org, Selasa (2/11/21). Lantas, bagaimana dengan Indonesia?”

Indonesia harus mulai secara serius merencanakan transisi energi terbarukan. “Terlebih Indonesia memiliki sumber energi tersebut,” ujar Sisil”. Sumber energi terbarukan yang ada di Indonesia, antara lain energi matahari, angin, gelombang dan pasang surut air laut,”tambahnya. Green energy merupakan energi yang ramah lingkungan dan tidak merusak alam.

Biomassa merupakan bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetik, baik berupa produk atau buangan. Contohnya adalah tanaman, pohon, ubi, rumput, kotoran ternak, tinja, limbah pertanian, dan sebagainya. Biomassa yang dijadikan sumber energi umumnya adalah limbah setelah diambil produk primernya dan nilai ekonomisnya rendah. Kelebihan sumber energi biomassa adalah terbarukan sehingga dapat menjadi sumber energi berkelanjutan.
Teknologi energi bersih lainnya yaitu solar cell dimana solar cell adalah suatu komponen yang dapat digunakan untuk mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik, dengan menggunakan prinsip yang disebut efek photovoltaic. Efek photovoltaic itu sendiri adalah suatu fenomena di mana muncul tegangan listrik, karena adanya suatu hubungan atau kontak dari dua elektroda, keduanya dihubungkan dengan sistem padatan atau cairan saat mendapatkan energi cahaya. Oleh karena itulah, solar cell sering disebut juga dengan sel photovoltaic (PV). Efek photovoltaic ini ditemukan pertama kali oleh Henri Becquerel pada tahun 1839.

Selain kedua hal diatas Indonesia juga memiliki energi panas bumi atau geothermal. Dalam bahasa Yunani kata “geo” memiliki arti bumi dan kata “thermal” memiliki arti panas jadi ketika digabungkan kata geothermal memiliki arti panas bumi. Energi panas bumi sendiri dihasilkan dan disimpan di dalam inti bumi. Jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil, panas bumi merupakan sumber energi bersih dan hanya melepaskan sedikit gas rumah kaca.

Energi bersih tersebut di Indonesia kurang berkembang. Ada beberapa penyebabnya seperti lemahnya peraturan pemerintah mengenai regulasi penggunaan energi tersebut dan kurangnya dukungan perbankan untuk pembiayaan serta perbankan nasional masih mendanai pendanaan energi kotor seperti batu bara. Menurut Sisil, perbankan nasional masih belum menghentikan pendanaannya untuk proyek batubara. “Padahal sudah jelas bahwa batubara adalah penyebab krisis iklim,” lanjut Sisil, “Bahkan tujuh negara maju yang tergabung dalam kelompok G7 telah sepakat menghentikan pendanaan internasional untuk proyek batubara pada akhir tahun ini. Sayangnya, lanjut Sisil, langkah progresif dalam menghentikan pendanaan batubara itu belum diikuti perbankan nasional. “Perbankan nasional masih menjadi penghambat utama terjadinya transisi energi terbarukan di Indonesia,” jelasnya.[]

read more
Sains

Membangun Listrik Ramah Lingkungan

Oleh: Teuku Multazam, Peneliti Lembaga Penelitian Teknologi dan Energi (LEPTEN)

Salah satu kebutuhan energi yang tidak dapat dipisahkan dalam aktivitas keseharian manusia adalah listrik. Energi ini dimanfaatkan dalam banyak hal seperti penghasil gerak, pemanas, penghasil bunyi dan penerangan.

Umumnya, energi listrik yang dibangkitkan saat ini masih bersumber dari fosil. Energi ini menghasilkan polusi udara sehingga lambat laun akan memberikan efek buruk terhadap lingkungan dan pada akhirnya akan berimbas terhadap manusia. Oleh karena itu, upaya konversi sumber penghasil energi listrik harus dilakukan secara totalitas sehingga akan mengurangi terjadinya kerusakan alam.

Energi baru terbarukan merupakan salah satu sumber penghasil energi ramah lingkungan yang bisa dijadikan pengganti untuk menghasilkan listrik. Energi ini mampu mereduksi terjadinya kerusakan lingkungan seperti polusi, emisi dan gas rumah kaca. Secara umum terdapat lima potensi yang bisa dikembangkan di Provinsi Aceh.

Pertama adalah energi bayu/angin, potensi ini tersedia bebas di seluruh penjuru bumi tak terkecuali di Provinsi Aceh. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ilyas dkk dalam penelitianya berjudul Analisis Potensi Tenaga Angin Menggunakan Metode Distribusi Weibull di Banda Aceh menyebutkan, potensi kecepatan angin berkisar 0.5 – 8 m/s, hal ini merupakan suatu peluang besar untuk bisa dimanfaatkan menjadi energi listrik, apalagi teknologi turbin angin yang berkembang selama ini kecepatan angin minimal yang dibutuhkan 2 m/detik sudah bisa menghasilkan listrik.

Kedua adalah potensi energi surya/matahari. Karena Provinsi Aceh terletak pada garis khatulistiwa tentunya ada banyak potensi matahari yang tersebar di seluruh Kabupaten Aceh untuk dimanfaatkan menjadi energi listrik. Bahkan, untuk lampu-lampu jalan sudah banyak menggunakan energi matahari untuk dikonversi menjadi tenaga listrik. Dikutip dari portal merdeka.com, di kawasan pelabuhan kota kota Sabang, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan daya sebesar 125.000 watt sudah dibangun dan difungsikan untuk penerangan dan pompa air warga di sekitar pelabuhan.

Ketiga ketersediaan potensi tenaga air yang melimpah. Data Dinas Pertambangan dan Energi Aceh beberapa tahun lalu menyebutkan, pada alam Aceh terdapat banyak potensi listrik yang seperti, hydro power (tenaga air) yang terletak di Potensi daya yang tersedia di Jambu Air sebesar 37,2 Mega Watt, Krueng Jambuaye sebesar 181,8 Mega Watt, Krueng sebesar 171,6 Mega Watt, Jambuaye/Bidin sebesar 246 Mega Watt, Krueng Peureulak sebesar 34.8 Mega Watt, W. Tampur sebesar 428 Mega Watt, Krueng Peusangan 90 Mega Watt, Krueng Jambo Papeun 95,2 Mega Watt, Krueng Kluet sebesar 141 Mega Watt, Krueng Sibubung 121,1 Mega Watt, Krueng Teripa Tiga 172,6 Mega Watt, Krueng Teripa 306,4 Mega Watt, Krueng Meulaboh sebesar 82,1 Mega Watt, Krueng Pameu sebesar 160,6 Mega Watt, Krueng Woyla sebesar 274 Mega Watt, Krueng Dolok 32,2 Mega Watt, Krueng Teunom 288,2 Mega Watt

Keempat, potensi energi listrik dari geothermal (panas bumi), total kapasitas potensi daya yang tersedia di Provinsi Aceh sebesar 1.115 MWe. Data dari ESDM Aceh beberapa waktu lalu menyebutkan, energi itu terletak di Sabang dengan potensi sebesar 125 MWe, Aceh Besar sebesar 228 MWe, Pidie sebesar 150 MWe, Bener Meriah sebesar 200 MWe, Aceh Tengah sebesar 220 MWe, Aceh Timur sebesar 25 MWe, Aceh Tamiang sebesar 25 MWe, dan Kabupaten Gayo Lues sebesar 142 MWe.

Kelima adalah potensi energi listrik dari gelombang laut, hasil penelitian Siti Rahma Utami tentang Studi Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut Dengan Menggunakan Sistem Oscilating Water Column (Owc) Di Tiga Puluh Wilayah Kelautan Indonesia menyebutkan bahwa untuk Perairan utara Aceh, minimal daya listrik yang dihasilkan adalah 1968,235 sedangkan kemampuan maksimal yang dihasilkan adalah 480526,2. Sementara itu, untuk Perairan barat Aceh hingga Sumatera Utara, daya listrik minimal yang dihasilkan oleh gelombang laut adalah 6642,796 watt, dan nilai maksimalnya adalah 540526,6 watt.

Listrik Ramah Lingkungan
Jika melihat dari sebaran potensi energi terbarukan tentunya Provinsi Aceh tidak perlu lagi menggunakan pembangkit listrik bersumber fosil karena semua kebutuhan energi listrik bisa terpenuhi semuanya. Ada empat keuntungan dari pembangunan listrik dari sumber terbarukan, pertama adalah energi ini tersedia secara gratis (free) dan dapat diperbarui sehingga tidak membutuhkan biaya untuk membeli bahan baku dan akan mengurangi biaya produksi energi listrik (operasional). Kedua, berkelanjutan dan tak akan habis (murah). Ketiga, intensitas pemeliharan pembangkit dari energi terbarukan lebih lebih sedikit dibanding pembangkit konvensional. Keempat, energi terbarukan menghasilkan sedikit atau bahkan tak ada limbah seperti emisi, karbondioksida dan polutan kimia, sehingga dampak lingkungannya relatif kecil.

Karena itu, pemerintah dan para pihak perlu keseriusan untuk membangun pembangkit listrik ini sehingga nanti di Aceh akan terwujud listrik yang ramah lingkungan. Hopefully!.

read more
Energi

Peneliti Stanford Ciptakan Bahan Bakar Hidrogen Dari Air Laut

Memisahkan air menjadi hidrogen dan oksigen menghadirkan alternatif selain bahan bakar fosil, tetapi air adalah sumber daya yang sangat berharga. Sebuah tim dari Universitas Stanford Amerika Serikat kini telah mengembangkan cara untuk memanfaatkan air laut – sumber bumi yang paling berlimpah – untuk energi terbarukan.

Peneliti Stanford telah menemukan cara untuk menghasilkan bahan bakar hidrogen menggunakan tenaga surya dan elektroda dari air asin San Francisco Bay.

Temuan ini, diterbitkan 18 Maret 2019 lalu di Prosiding National Academy of Sciences, menunjukkan cara baru untuk memisahkan gas hidrogen dan oksigen dari air laut melalui listrik. Metode pemisahan air yang mengandalkan air tawar, sangat mahal apalagi air merupakan sumber daya yang sangat berharga.

“ Secara teoritis, untuk memberi pasokan energi pada kota-kota dan mobil, Anda membutuhkan banyak sekali hidrogen sehingga tidak mungkin menggunakan air murni,” kata Hongjie Dai, J.G. Jackson dan C.J. Wood, Profesor bidang kimia di Stanford’s School of Humanities and Sciences dan co-writter paper tersebut. ” Kami hampir tidak memiliki air yang cukup untuk kebutuhan saat ini di California.”

Hidrogen adalah pilihan yang menarik untuk bahan bakar karena tidak menghasilkan karbon dioksida, kata Dai. Pembakaran hidrogen hanya menghasilkan air dan dapat meringankan masalah perubahan iklim yang semakin memburuk.

Dai mengatakan lab nya menunjukkan bukti konsep dengan demo, tetapi para peneliti akan menyerahkan hasil penelitian tersebut kepada produsen untuk meningkatkan dan memproduksi secara massal desain pemisahan air laut.

Mengatasi korosi
Sebagai sebuah konsep, pemisahan air menjadi hidrogen dan oksigen dengan listrik – yang disebut elektrolisis – adalah ide yang sederhana dan lama: Listrik terhubung ke dua elektroda yang ditempatkan di dalam air. Ketika listrik menyala, gelembung gas hidrogen keluar dari ujung negatif – disebut katoda – dan oksigen muncul di ujung positif – anoda.

Tetapi klorida yang bermuatan negatif dalam garam air laut dapat merusak ujung positifnya, sehingga membatasi umur sistem. Dai dan timnya ingin menemukan cara untuk menghentikan komponen-komponen air laut dari merusak anoda.

Para peneliti menemukan bahwa jika mereka melapisi anoda dengan lapisan-lapisan yang kaya muatan negatif, lapisan-lapisan itu menolak klorida dan memperlambat peluruhan logam yang melapisinya.

Mereka melapisi nikel-besi hidroksida di atas nikel sulfida, yang menutup inti nikel. Busa nikel bertindak sebagai konduktor – mengangkut listrik dari sumber listrik – dan hidroksida besi-nikel memicu elektrolisis, memisahkan air menjadi oksigen dan hidrogen. Selama elektrolisis, nikel sulfida berevolusi menjadi lapisan bermuatan negatif yang melindungi anoda. Sama seperti ujung negatif dari dua magnet yang saling berhadapan, lapisan bermuatan negatif mencegah klorida mencapai logam inti.

Tanpa lapisan bermuatan negatif, anoda hanya bekerja selama sekitar 12 jam di air laut, menurut Michael Kenney, seorang mahasiswa pascasarjana di laboratorium Dai dan co-lead penulis paper. “Seluruh elektroda menjadi hancur,” kata Kenney. “Tapi dengan lapisan ini, elektroda bisa berumur lebih dari seribu jam.”

Studi sebelumnya yang mencoba memisah air laut untuk bahan bakar hidrogen telah memakai arus listrik rendah, karena korosi terjadi pada arus yang lebih tinggi. Tetapi Dai, Kenney dan rekan mereka mampu menghantarkan listrik hingga 10 kali lebih banyak melalui perangkat multi-layer mereka, yang membantunya menghasilkan hidrogen dari air laut dengan laju yang lebih cepat.

“Saya pikir kita menetapkan rekor pada saat ini untuk pemisahan air laut,” kata Dai.

Anggota tim melakukan sebagian besar tes mereka dalam kondisi laboratorium terkontrol, di mana mereka dapat mengatur jumlah listrik yang masuk ke sistem. Tetapi mereka juga merancang mesin demonstrasi bertenaga surya yang menghasilkan gas hidrogen dan oksigen dari air laut San Francisco Bay.

Tanpa risiko korosi dari garam, perangkat cocok dengan teknologi saat ini yang menggunakan air murni. “Hal yang mengesankan tentang studi ini adalah bahwa kami dapat beroperasi pada arus listrik yang sama dengan apa yang digunakan dalam industri saat ini,” kata Kenney.

Sangat sederhana
Melihat ke belakang, Dai dan Kenney dapat melihat kesederhanaan desain mereka. “Jika kita memiliki bola kristal tiga tahun lalu, itu akan bertahan sebulan,” kata Dai. Tetapi sekarang setelah resep dasar dibuat untuk elektrolisis air laut, metode baru ini jadi pintu pembuka untuk meningkatkan ketersediaan bahan bakar hidrogen dengan memakai energi surya atau angin.

Di masa depan, teknologi tersebut dapat digunakan untuk tujuan di luar menghasilkan energi. Karena proses ini juga menghasilkan oksigen, penyelam atau kapal selam dapat membawa perangkat ke laut dan menghasilkan oksigen di bawah tanpa harus muncul ke permukaan untuk mencari udara.

Dalam hal mentransfer teknologi seseorang hanya dapat menggunakan elemen-elemen ini dalam sistem electrolyzer yang ada dan itu bisa sangat cepat, kata Dai. “Ini tidak seperti mulai dari nol – lebih seperti mulai dari 80 atau 90 persen,”ujarnya.

Sumber: https://news.stanford.edu

read more
Energi

Greenpeace: Tahun 2050 Seluruh Dunia Pakai Energi Terbarukan

Sebuah laporan terbaru dari Greenpeace yang berjudul Energy Revolution 2015, sebuah laporan bersama antara Institute of Engineering Thermodynamics, Systems Analysis & Technology Assessment at the German Aerospace Center, menetapkan skenario yang benar-benar ambisius: 100 persen energi global memakai energi terbarukan pada tahun 2050. Itu tidak hanya berarti nol jaringan listrik yang menghasilkan emisi karbon. Ini berarti segala sesuatu-transportasi, listrik, pemanas dll, – berasal dari sumber daya terbarukan seluruhnya, bahkan tanpa perlu tenaga nuklir (energi terakhir ini masih kontroversial di banyak kalangan)

Greenpeace memiliki pengalaman yang dalam hal memprediksi pertumbuhan energi terbarukan jauh mengalahkan prediksi konservatif yang dibuat oleh IEA, Goldman Sachs atau Departemen Energi AS dalam hal akurasi.

Para penulis laporan Greenpeace bukan satu-satunya orang yang mulai berpikir memakai 100 persen energi terbarukan. AS sudah memiliki peta jalan (roadmap) bagaimana setiap negara bagian di AS bisa mencapai 100 persen energi terbarukan pada tahun 2050, Ibu Kota Australia malah berkomitmen untuk 100 persen listrik terbarukan pada tahun 2025, dan Selandia Baru menargetkan 90 persen energi terbarukan pada saat yang sama.

Dari kesepakatan global yang kuat pada pertemuan Paris Climate Talk menghasilkan komitmen ambisius dari dunia bisnis dan masyarakat, dan badan pemerintah lokal, nasional dan internasional. Namun ada banyak prasyarat agar skenario Greenpeace berjalan dengan baik.

Biaya yang dibutuhkan sangat besar. Tapi manfaatnya juga tak kalah besar, paling tidak, laporan Greenpeace mengklaim untuk menjaga total emisi kumulatif antara sekarang dan 2050, sebesar 667 gigaton, angka aman dalam kisaran 1.000 Gigatonne oleh Panel Internasional tentang Perubahan Iklim (IPCC).

Hal ini akan menciptakan lapangan kerja dan mengurangi tingkat bencana polusi udara.

Sumber: treehugger.com

read more
Tajuk Lingkungan

Energi Terbarukan Belum Tentu Berkelanjutan

Banyak pihak beranggapan bahwa energi terbarukan adalah sesuatu yang mudah dilaksanakan, murah dan berkelanjutan. Siapapun, mulai dari masyarakat awam, orang desa, orang terpelajar, orang kota dapat menjalankan energi terbarukan tanpa ada masalah berarti. Ini yang sering disebut-sebut dalam berbagai tulisan di media populer. Apakah memang seperti halnya? Sebuah kasus pemanfaatan energi terbarukan di Aceh, menjadi pelajaran bagi kita semua.

Samarkilang, sebuah daerah pedalaman yang terletak di Kabupaten Bener Meriah, Propinsi Aceh. Ini adalah wilayah pedalaman yang masih kekurangan fasilitas publik seperti jalan dan akses listrik. Daerah ini berada di dalam area yang pegunungan dan dikelilingi oleh hutan yang relatif masih baik. Ada sejumlah sungai berarus deras yang mengalir di daerah ini. Sangat cocok untuk dibuat pembangkit listrik mikrohidro (PLTMH) pikir para pengambil kebijakan. Maka diluncurkanlah proyek pembangunan listrik tenaga air beberapa waktu lalu.

Untuk selanjutnya warga Samarkilang dapat bernafas lega dan menikmati rasa menjadi penduduk Republik Indonesia yang telah merdeka sejak tahun 1945 namun belum mereka nikmati. Kehidupan berjalan normal dan bersemangat. Sampai sekitar 10 bulan lalu. Generator pembangkit listrik di wilayah ini rusak berat. Salah satu suku cadangnya rusak. Untuk mengganti suku cadang tersebut dibutuhkan biaya sekitar 40 jutaan menurut salah satu sumber. Duit tak dapat diraih, mati lampu pun kembali menerjang.

Masyarakat bersama tokoh-tokoh setempat berusaha meminta pemerintah kabupaten membantu pengadaan suku cadang generator tersebut. Berbulan-bulan upaya meminta bantuan ini tidak membuahkan hasil. Mati lampu kembali menjadi bagian hidup mereka kembali. PLTMH mangkrak, tidak bisa berfungsi. Pemerintah tak mampu memperbaikinya. Bah, padahal katanya PLTMH yang termasuk energi terbarukan sangat mudah pengoperasiannya. Ada beberapa hal yang dilupakan.

Menyuplai arus listrik ke banyak rumah penduduk bukanlah pekerjaan main-main. PLTMH harus ada yang mengorganisasikannya, mengelolanya secara efisien. Lihat saja PT PLN yang mengurusi listrik Indonesia selalu kalang kabut. Stakeholder di Samarkilang mungkin pula bahwa mereka harus punya Perencanaan, Organisasi, Aktivitas dan Pengawasan untuk menjalankan PLTMH.

Bagaimana dengan pembiayaan? Yang namanya mesin dimana-dimana tentu butuh biaya perawatan, makin besar kapasitas mesin makin mahal pula peliharanya. Listrik dari energi alternatif belum tentu murah jika tidak dikelola secara efektif. Mungkin warga Samarkilang alpa untuk menyimpang biaya cadangan yang dibutuhkan sewaktu-sewaktu. Kalau mereka bisa mandiri dalam keuangan, tentu tidak perlu bersusah payah menyodorkan proposal permohonan bantuan.

Kemudian teknologi. Energi terbarukan memang dijalankan dengan teknologi yang relatif lebih mudah dibanding teknologi listrik konvensional. Tapi ingat tetap saja ada penggunaan teknologi yang harus dikuasai pengelola PLTMH agar mereka tahu bagaimana cara merawat mesin-mesin penghasil listrik tersebut. Dibanyak kasus, kotoran-kotoran dari air telah merusaka bagian-bagian mesin karena tidak ada penjagaan yang memadai terhadap air masuk.

Jadi kembali kita pertanyakan, apakah pemanfaatan energi terbarukan bisa berkelanjutan? Samarkilang hanya salah satu kasus saja. Kalau mau seacrh di mbah Google, ada banyak kasus-kasus pengembangan energi terbarukan yang macet. Sudah banyak rupiah yang terbuang sia-sia untuk energi terbarukan yang dilaksanakan tidak komprehensif.

Pada dasarnya pengelolaan energi terbarukan sama juga dengan energi-energi lain. Makin besar skalanya, maka semakin komplek persoalan yang timbul. Jadi sudah saatnya memperlakukan energi terbarukan dengan selayaknya.[]

read more
Energi

Investasi Energi Terbarukan Dunia Meningkat

Investasi di energi terbarukan kembali bangkit dipicu oleh investasi di energi surya dan angin. Investasi energi terbarukan kembali naik 17% dengan nilai $270 miliar pada 2014 setelah sempat mengalami penurunan selama 2 tahun sebelumnya.

Kenaikan investasi di energi terbarukan ini sangat istimewa karena berhasil mengalahkan tantangan dari harga minyak yang terus turun.

Kapasitas energi terbarukan naik hingga 103 GW atau setara dengan kapasitas seluruh pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) – 158 PLTN – yang dimiliki oleh Amerika Serikat. Hal ini terungkap dalam berita Program Lingkungan PBB yang dirilis Selasa, 31 Maret 2015.

Negara yang memberikan kontribusi instalasi tenaga surya terbesar adalah China dan Jepang. Sementara rekor baru investasi proyek energi angin lepas pantai di Eropa membantu mendongkrak investasi EBT dunia di 2014.

Terus menurunnya biaya instalasi energi terbarukan – tidak hanya surya namun juga energi angin – menjadi salah satu alasan dibalik peningkatan investasi EBT.

Setiap dollar yang diinvestasikan di energi terbarukan menghasilkan kapasitas yang jauh lebih besar dibanding kapasitas yang dihasilkan oleh investasi sebelumnya. Pada 2011 misalnya investasi EBT naik sebesar $279 miliar namun hanya menghasilkan kapasitas baru sebesar 81GW.

Bersama-sama, energi angin, surya, biomassa, pembangkit listrik tenaga sampah, panas bumi, micro hydro dan energi samudra saat ini menyumbang sekitar 9,1% listrik dunia di 2014, naik dari hanya 8,5% pada 2013.

Menurut UNEP dengan proporsi EBT yang terus meningkat, polusi CO2 juga bisa terus dikurangi. China menempati rangking pertama dalam investasi di energi terbarukan dengan rekor baru investasi sebesar $83,3 miliar pada 2014, naik 39% dari tahun 2013.

Amerika Serikat ada di posisi kedua dengan nilai investasi $38,3 miliar atau naik 7%. Posisi ketiga diduduki Jepang dengan nilai investasi sebesar $35,7 miliar, naik 10% dan menjadi rekor investasi tertinggi bagi Negara Matahari Terbit ini.

Sumber: Hijauku.com

read more
Sains

100 Science Techno Park Bakal Dibangun di Pedesaan

Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo mengatakan, pemerintah Indonesia melalui kementerian yang dipimpinnya  akan membangun 100 science techno-park (STP) di 100 desa yang terpilih dari sekitar 500 desa di seluruh Indonesia dalam jangka 5 tahun kedepan.

Menteri Koordinator  Kemaritiman Indroyono Soesilo dalam kunjungan di pantai Pandansimo Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta hari Jumat (6/2) mengatakan, kawasan pantai laut selatan tersebut akan menjadi salahsatu dari 100 STP yang akan direncanakan dibangun pemerintah.

Wilayah itu juga akan dikembangkan menjadi salahsatu dari 1000 desa pesisir inovasi nelayan di seluruh Indonesia. Kawasan desa pesisir inovasi nelayan akan segera dikembangkan di kawasan Kampung Laut Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Pantai Pandansimo sendiri sejak  tahun 2006 telah dilengkapi Pembangkit Listrik Tenaga Hybryd (PLTH) yang memanfaatkan tenaga surya dan angin untuk penerangan, penyediaan air bagi tambak ikan dan udang serta pabrik es batu untuk kebutuhan nelayan setempat. PLTH tersebut dirintis melalui kerja sama Peneliti Ristek, UGM, LIPI dan BPPT. Saat ini sudah terpasang 31 unit turbin angin dengan tinggi rata-rata 18 meter.

Ketika meninjau pemanfaatan PLTH di pantai Pandansimo,  Menko Indroyono Soesilo mengatakan, Science Techno Park nantinya merupakan wilayah yang didukung dengan pengembangan inovasi sains dan teknologi, akan  mendorong berlangsungnya banyak kegiatan masyarakat secara berkelanjutan yang akhirnya meningkatkan kesejahteraan mereka.

“Kalau sudah seperti ini ada air naik, ada budidaya. Air itu berputar nanti ada es, es itu bisa untuk storage bisa untuk kuliner. Nah, kalau itu berkembang terus artinya Science and Techno Park itu berkembang. Tapi kalau kita bikin lalu mati, berarti itu salah. Kemenangan (kabupaten) Bantul, dia telah coba ini dan sukses. Kan, tinggal dibesarin saja toh itu. Tinggal ditambah saja, terus entrepreneur masuk. Misalnya; industri pengolahan ikan air tawar, industri penyamakan kulit ikan nila untuk ekspor,” kata Menko Indroyono.

Untuk sementara ini pemerintah sudah mengidentifikasi sekitar 10 science techno park dengan fokus pengembangan yang berbeda-beda. Agus Puji Prasetyono,   Deputy Menristek Bidang Relevansi dan Produktifitas Iptek mengatakan, biaya pembangunan masing-masing besarnya sekitar 10 miliar rupiah.

“Sekarang baru dirancang, memang ada anggaran pengawalan, bertahap pertahun, kira-kira 1 STP itu sekitar 10 miliar rupiah, itu selama 5 tahun. Mungkin tahun pertama kita bangun infrastrukturnya, tahun kedua kita bangun sistem yang terus bergulir itu sehingga nanti di tahun ke-4 atau ke-5 kita sudah bisa melepas dia sebagai satu kawasan industri baru,” kata Agus.

Bupati Bantul Sri Surya Widati mengatakan, keberadaan PLTH di kawasan pantai Pandansimo menyusul adanya  masalah kelangkaan energi yang dihadapi warga setempat untuk keperluan penerangan, pengairan pertanian lahan pasir, perikanan dan pengolahan hasil tangkapan para nelayan.

“Untuk mengatasi permasalahan ini, kementerian Ristek, LAPAN, Kementerian ESDM, LIPI dan UGM telah tergerak untuk membantu pengembangan dan pemanfaatan energi baru terbarukan dan konversi energi untuk mendukung pemenuhan listrik masyarakat pantai Pandansimo sehingga masyarakat siap untuk menjadi pilot project pengembangan dan pemanfaatan energi listrik  hybrid serta konversi energi terpadu,” kata Bupati Sri Surya Widati.

Sementara itu, perusahaan pengembang energi Amerika Serikat UPC Renewables mulai tahun depan akan membangun turbin angin di sepanjang pantai selatan termasuk kawasan Pandansimo dengan kapasitas 50 Megawatt, bekerjasama dengan PLN dan diharapkan mampu memasok listrik untuk sekitar 90-ribu rumah. Hal itu dikemukakan oleh Chris Caffyn dari UPC Renewables.

“Untuk proyek di Bantul terdiri pembangkit listrik tenaga angin sebesar 50 Megawatt, dan saya rasa kami siap mulai membangun tahun depan. Pembangunan turbin angin sendiri relatif cepat antara 8 hingga 10 bulan, lalu kita akan melakukan kontrak dengan PLN untuk jangka waktu 30 tahun”, kata Chris Caffyn.

Sumber: NGI

read more
Energi

Pabrik Ini Ubah Tahi Sapi Jadi Etanol

Tulare County, California, baru-baru ini melampaui kota tetangganya Fresno County sebagai produsen terbesar penghasil susu di Amerika Serikat. Melimpahnya produksi ini membuat pertumbuhan ekonomi dan investasi meningkat serta menghidupi 450.000 orang.

Tapi tunggu dulu. Selain industri susu lokal terus gelombang, daerah San Joaquin Valley menderita polusi udara terburuk di Amerika Serikat, dan limbah sapi menjadi ancaman bagi daerah aliran sungai di kawasan tersebut.

Baru-baru ini, diresmikan Calgren Ethanol Biogester, pabrik pengolah pupuk kandang menjadi ethanol di Pixley, sekitar 60 km sebelah selatan dari Fresno. Ini adalah langkah ke arah mengurangi emisi dan ketergantungan pada bahan bakar fosil sambil membantu California memenuhi tujuan energi yang bersih. Menurut perusahaan yang bekerja sama dalam proyek ini, pabrik ini merupakan digester pertama di California yang mengubah limbah pertanian menjadi gas alam bersih untuk fasilitas energi terbarukan lain. Alih-alih mengandalkan jaringan lokal, pabrik etanol dinyatakan intensif energi karena menggunakan sistem loop tertutup dan sistem zerowaste.

Koalisi beberapa perusahaan, mendanai sebagian pabrik ini dengan dana hibah Komisi Energi California sebesar $ 4.600.000. Pabrik dirancang oleh DVO of Wisconsin, merupakan digester anaerobik inti dari pabrik ini dan pembangunannya diserahkan kepada Regenis, kontraktor asal negara bagian Washington. Calgren Renewable Fuels akan memproduksi hingga 58 juta galon etanol per tahun, cukup untuk bahan bakar 145.000 mobil per tahun. []

Sumber: enn.com

read more
1 2
Page 1 of 2