close

harimau

Flora Fauna

Kisah Menyedihkan Cholita Sang Beruang Peru

Perlakuan manajemen sirkus pada seekor beruang Paddington ini sangat memilukan. Bagaimana tidak, Cholita, begitu ia disebut, dipotong jari jemarinya hingga cakarnya tidak dapat tumbuh, dan giginya sengaja dicabut, semua itu dilakukan dengan tujuan agar sang beruang tidak dapat melukai siapapun ketika dilatih.

Kisah yang dialami Cholita ini menyentuh hati banyak orang sehingga kampanye pun dibuat untuk menyegerakan penyelamatannya. (untuk ikut mendukung kampanya tersebut, buka tautan <a href=”https://www.secure.adi-navs-ldf.org/donate.asp?id=1417&cachefixer=” ini </a>)

Badan amal untuk perlindungan binatang di London, Animal Defenders International (ADI) telah mengutus anggotanya untuk menyelamatkan sang beruang Peru ini.

Pembuat animasi kartun beruang Paddington, Michael Bond, juga turun tangan dalam aksi penyelamatan Cholita. Ia mengatakan kepada publik bahwa ia sangat menyayangi segala jenis beruang, khususnya yang berasal dari Peru. “Yang dialami Cholita merupakan kisah yang sangat menyedihkan. Saya sangat berharap Cholita segera mendapatkan perlindungan yang ia butuhkan,” ungkap Bond.

Presiden ADI, Jan Creamer, mengatakan, “Beruang tua ini telah mengalami siksaan yang berat, namun kita masih dapat memberinya kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya dengan layak, dengan menyegerakan kedatangannya ke ADI.” Jelas Creamer

Saat ditahan di kebun binatang, anggota badan amal mengungkap bahwa Cholita terkurung di dalam kotak berukuran 5×5 kaki, giginya hancur, sehingga ia tidak dapat melindungi dirinya sendiri.

Badan amal ADI juga berharap bahwa mereka dapat membawa sang beruang dan 33 singa lain yang juga sedang dalam upaya pembebasan dari lingkungan sirkus, ke sebuah habitat baru di Colorado bulan April mendatang.

Sumber: NGI/metro.co.uk

read more
Ragam

Danang Si Penembak Kucing Dipecat dari Kantornya

Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Itulah yang dialami Danang Sulistyo alias Danang Sutowijoyo, pria penembak kucing di Yogyakarta. Setelah menuai banyak kecaman, dilaporkan ke polisi, dia pun dipecat dari tempat kerjanya. Gara-garanya karena dia telah mengunggah gambar kucing mati yang ditembaknya di Facebook.

Pemecatan itu terjadi kemarin, sebagai buntut derasnya kecaman kepadanya di dunia maya. Dia bekerja di sebuah perusahaan telekomunikasi namun enggan mewanti-wanti Tempo agar tak menuliskan nama perusahaan tersebut. “Mereka tidak mau diikut-ikutkan,” ujarnya kepada media, Rabu, (5/3/2014).

Menghadapi persoalan ini, pria 30 tahun ini menginginkan tak melibatkan pihak lain. Dia minta keluarga, tempatnya bekerja, kampusnya tak disangkutpautkan dengan kebiasaannya menembak kucing. “Biarlah ini menjadi tanggung jawab saya saja,” ujarnya.

Ia menyayangkan ada sejumlah orang menyeret orang-orang terdekatnya dalam masalahnya ini. Ia menceritakan istrinya mendapat teror dari telepon tak dikenal. “Kenapa bukan ke saya saja,” katanya sambil memperlihatkan lima ponsel miliknya. “Tak ada yang telepon ke sini.” Bapak satu anak ini juga menyayangkan para pengecam yang memasang foto diri dan anaknya. Danang pun sudah menutup akun Facebooknya gara-gara banjir kecaman di lamannya dan jejaring sosial lainnya.

Dilaporkan ke Polisi
Organisasi Animal Defenders melaporkan penembak kucing, Danang Sutowijoyo, warga Berbah, Sleman, ke Kepolisian Resor Sleman, Rabu, (5/3/2014). “Memang baru kali ini ada yang melaporkan penganiayaan kucing,” kata Ganesha Bimadhistya dari Divisi Hukum Animal Defenders, di markas Kepolisian Resor Sleman.

Kucing merupakan hewan yang dilindungi keberadaannya, seperti diatur dalam Pasal 302 ayat 2 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana soal penganiayaan satwa hingga meninggal dunia. Ancaman hukumannya 9 bulan penjara.

Karena penembakannya dengan senapan angin, seperti pengakuan Danang di akun Twitter dan Facebooknya, Ganesha berujar pelaku juga bisa dikenakan peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang penggunaan senjata angin tidak semestinya. Ancaman hukumannya bisa mencapai 20 tahun.

Ganesha mengatakan bahwa kucing, anjing, dan satwa mana pun seharusnya hidup bebas dari ancaman, penganiayaan, dan pembunuhan yang tidak perlu. “Kucing, anjing dan hewan lainnya memang perlu dikontrol populasinya, tetapi dengan cara yang beretika, bukan dengan cara keji,” kata dia.

Penggunaan senapan angin yang digunakan oleh penembak itu juga berbahaya bagi manusia yang berada di sekitarnya. Oleh sebab itu, penyalahgunaan senjata itu tidak bisa ditolerir. “Kami minta polisi mengawal kasus ini supaya tidak ada lagi masyarakat yang menganiaya hewan seenaknya,” kata Ganehsa.

Sumber: tempo.co.id

 

read more
Flora Fauna

Warga Jantho Dikejar Keluarga Harimau

Konflik hewan liar dan manusia kembali terjadi di Jantho, Aceh Besar dalam beberapa hari belakangan ini. Harimau memasuki pemukiman penduduk dan memangsa ternak serta meneror warga setempat. Bahkan seorang aparat desa terpaksa lari tunggang langgang dikejar Harimau tersebut saat pulang membawa ternaknya.

Seperti yang diceritakan oleh Kepala Dusun Data Cut Jantho, Eko Wisnu Abdi, Senin (3/3/2014), harimau sudah memangsa ternak 3 ekor kerbau, 3 ekor kambing pada Januari serta 4 ekor pada bulan Februari 2014. ” Malah tanggal 1 Maret kemarin, Sekdes kami, Nasrudin, dikejar oleh dua ekor harimau, induk dan anaknya. Ia saat itu sedang membawa pulang kerbau ke kandangnya,” ujar Eko Wisnu.

Sebelumnya pada bulan Februari 2014 lalu, harimau bersama anaknya juga mengancam keselamatan warga Jantho. Bahkan warga sempat bertekad membunuh harimau tersebut jika pihak berwenang tidak mengambil tindakan yang memadai untuk melindungi ternak mereka dan jiwa masyarakat.

“Warga bisa mengambil sikap membunuh harimau itu kalau tidak ada pilihan lain. Kami tidak ingin itu terjadi,” kata pemilik Jantho Livestock, Mahdi Ismail waktu itu.

Wajar Mahdi berkata demikian, puluhan ekor kambing hasil usahanya ludes dimangsa. Harimau berkeliaran di lokasi peternakan yang berada di kawasan pegunungan Jantho. Ada warga yang melihat induk harimau berjalan dengan anaknya yang masih kecil pada sore dan malam hari.

Fauna Flora Internasional (FFI) pernah memasang kamera pengintai (trep) milik untuk mendeteksi posisi dan kondisi harimau, namun sayangnya tidak terlacak.

Amukan harimau ini diperkirakan sebagai sebuah siklus, di mana dalam setahun harimau betina dua kali meninggalkan sarangnya untuk menghindari ancaman harimau jantan. Harimau betina membawa anaknya itu kemana pun dia pergi.

Gangguan harimau diperkirakan terus terjadi hingga anaknya itu benar-benar sudah kuat dan mampu berburu. “Sebenarnya induk harimau ingin lindungi anaknya dari jantan, nah kebutulan di kawasan sini mulai banyak hewan ternak,” kata Mahdi.

read more
Flora Fauna

Harimau Mangsa Hewan Ternak Teror Warga Aceh

Warga Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, akhir-akhir ini resah dengan harimau Sumatera (pantera tigris sumatrae). Puluhan ternak diduga telah dimangsa si raja rimba yang belakangan sering masuk ke permukiman itu.

Mereka meminta Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Besar segera turun untuk mengatasi persoalan ini. Jika tidak, amukan harimau dikhawatirkan bukan hanya mengancam hewan peliharaan, tapi juga manusia.

Seorang peternak, Mahdi Ismail, mengatakan, dalam sepekan terakhir sudah 24 ternak warga Gampong Bueng, Kecamatan Kota Jantho, dimangsa. “Warga bisa mengambil sikap membunuh harimau itu kalau tidak ada pilihan lain. Kami tidak ingin itu terjadi,” kata pemilik Jantho Livestock, sebuah usaha peternakan kambing terbesar di Aceh itu, Senin (3/2/2014).

Ia menambahkan, amukan harimau sebenarnya sudah terjadi sejak akhir tahun lalu. Puluhan ekor kambing hasil usahanya ludes dimangsa. Belakangan ini, harimau sering berkeliaran di lokasi peternakan yang berada di kawasan pegunungan Jantho. Ada warga yang melihat induk harimau berjalan dengan anaknya yang masih kecil pada sore dan malam hari.

Beberapa waktu lalu, pihaknya pernah memasang kamera pengintai (trep) milik Fauna Flora Internasional (FFI) untuk mendeteksi posisi dan kondisi harimau, namun tidak terlacak. Namun penjaga usaha peternakan menemukan jejak kaki yang diyakini milik anak dan induk harimau.

Amukan harimau ini diperkirakan sebagai sebuah siklus, di mana dalam setahun harimau betina dua kali meninggalkan sarangnya untuk menghindari ancaman harimau jantan. Harimau betina membawa anaknya itu kemana pun dia pergi.

Gangguan harimau diperkirakan terus terjadi hingga akhir bulan ini, setelah anaknya itu benar-benar sudah kuat dan mampu berburu. “Sebenarnya induk harimau ingin lindungi anaknya dari jantan, nah kebutulan di kawasan sini mulai banyak hewan ternak,” kata Mahdi.

Selain melaporkan ke BKSDA, Mahdi mengaku pihaknya juga sudah menyampaikan masalah ini ke lembaga-lembaga konservasi harimau dengan harapan segela ada solusi konkret. Butuh pagar antiharimau untuk mengamankan ternak di sana dari ancaman si belang.[]

Sumber: okezone

read more
Flora Fauna

Harimau Sumatera Melawan Punah (Bagian Terakhir)

Menurut peneliti Harimau Sumatera Sunarto (Tiger Need Cover, 2012), dalam kondisi tertentu harimau dapat menggunakan kawasan hutan tanaman akasia, perkebunan sawit, dan perkebunan karet sebagai wilayah jelajahnya. Namun harimau memerlukan terjaganya keutuhan hutan yang cukup luas.  Dalam kondisi yang telah terfragmentasi, habitat dan populasi harimau mungkin dapat dipulihkan dengan membangun keterhubungan antar blok hutan yang terpisah-pisah.

Dengan pengelolaan khusus, sebagian kawasan hutan tanaman dan perkebunan bisa dioptimalkan sebagai habitat tambahan, jalur lintasan, maupun ‘batu loncatan’ bagi harimau sehingga meraka dapat bergerak dari satu blok hutan ke blok hutan lain. Misalnya untuk mengunjungi kerabatnya dan saling memperkaya keragaman genetika.

Bekerja untuk konservasi  harimau, pasti tahu persis bahwa harimau Sumatera tidak mungkin dapat diisolir dan melindungi harimau dari pengaruh manusia. Saat ini telah  banyak usaha  yang menyatakan bahwa penyelamatan harimau hanya bisa dicapai melalui beberapa kerjasama, baik itu pada kebijakan, penegakan hukum dan kemauan politik dsb. Itu semua  semua sangat tergantung pada masyarakat yang tinggal dekat dengan harimau, merekalah yang beresiko tinggi dan harus diyakinkan bahwa usaha penyelamatan harimau merupakan hal yang penting. Kalau tidak, harimau tidak akan dapat bertahan hidup.

Apapun teorinya, untuk menjamin masa depan harimau Sumatera, usaha konservasi harimau harus bisa diterapkan dan diterima oleh masyarakat dan relevan kontekstual. Ini memang pragmatis, menjadi pertanyaan besar bagi kita semua, bagaimana mana mau menyelamatkan harimau  jika masyarakat  disekitar kawasan miskin dan merambah hutan.

Perlu pemberdayaan bagi masyarakat ekitar dalam peningkatan ekonomi sehingga masyarakat tak terkonsentrasi ke ekstraksi hutan. Program konservasi harimau harus dipadu dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar kawasan. Masyarakat sekitar kawasan menjadi tameng pertama dalam perlindungan harimau, jadikan masyarakat sekitar kawasan sebagai mitra strategis konservasi harimau. Masyarakat sekitar bukan jadi korban konflik harimau,  ini diharapkan  hal ini dapat menghambat laju pembunuhan harimau

Walau sebenarnya dengan menyelamatkan harimau maka kita telah menyelamatkan ekosistem Sumatera yang kompleks. Harimau akan terus bertahan ditengah dominasi manusia,  bertahan hidup dengan segala tipe habitat adalah natural. Setidaknya tidak mudah untuk membunuh seekor harimau,  dibutuhkan 4 orang atau puluhan orang bahkan sekampung untuk membunuhnya dan harimau akan selalu melawan, pada dasarnya harimau menolak untuk punah.   []

read more
Ragam

Tiga Bocah Singkil Bergelut dengan Buaya

Tiga bocah di Ketapang Indah, Kecamatan Singkil Utara, Kabupaten Aceh Singkil, memiliki keberanian yang luar biasa. Ketiga bocah itu ialah Sulaiman (14), Sahri (12), dan Bustami (12). Ketiganya secara gagah berani bergelut dengan buaya.

Meski usianya masih belasan tahun, ketiga bocah tersebut sukses membantu menangkap seekor buaya pada Selasa (7/1/2014) pagi tadi.

Awalnya, buaya itu hendak ditangkap dengan cara dijerat. Mansur (50) tahun, sudah memancing buaya itu memakai seekor ayam agar mau mendekat ke perangkap yang sudah disediakannya.

Buaya berkururan sekitar 1,5 meter itu, akhirnya masuk ke jerat tali setelah memakan ayam yang diumpankan.

Namun, buaya tersebut melakukan perlawanan sengit sehingga Mansur dan warga lainnya tak mampu menariknya ke darat untuk dimasukkan ke dalam karung.

“Waktu ditangkap buayanya melawan, susah sekali ditarik ke darat,” kata Mansur.

Melihat kondisi itu, ketiga bocah tadi nekat menerkam dan bergelut dengan buaya tersebut. Upaya ketiganya sukses, buaya tersebut tak bisa berkutik dan secara mudah ditarik ke darat.

Selanjutnya, buaya jantan yang tergolong masih kanak-kanak itu, diikat di pinggir jalan Singkil-Subulussalam, setelah bagian mulutnya dibalut lakban.

Sumber: tribunnews.com

read more
Flora Fauna

Harimau Sumatera Melawan Punah (Bagian I)

Harimau dan manusia telah hidup berdampingan di Sumatera. Manusia bersaing dengan harimau untuk memperoleh makanan, terkadang harimau membunuh manusia dan sebaliknya manusia dengan akal pikiran dan taktik serta alat modern mampu membunuh harimau. Selalu terjadi ketegangan antara manusia dan harimau tentang siapa yang seharusnya menguasai hutan di Sumatera.

Menurut WWF – Indonesia  (Sumatran Tiger Conservation 2010) perkiraan populasi harimau di Sumatera berjumlah 400 individu tersebar di beberapa kantong habitat, nyatanya habitat alami Harimau telah terdegradasi. Saat ini harimau  masih  terus berjuang secara alami untuk dapat bertahan hidup, habitatnya terdesak kanan kiri, diburu siang dan malam oleh manusia, ini  salah satu kesialan harimau Sumatera.

Beruntung harimau tercipta sangat kuat, daya jelajahnya bisa sampai puluhan kilometer, harimau Sumatera bisa melintas segala medan dari gunung, Sungai, rawa dan hutan rimba. Harimau  memiliki mata yang dilengkapi dengan retina mengandung unsur infra merah yang mampu menguasai malam dan memangsa di kegelapan hutan.

Kemampuan berlarinya  memiliki  kecepatan untuk menangkap mangsa. Kemampuan memakan mangsanya mengandalkan taktik perburuan individual, bersembunyi, mengejar dan menyerang secara tiba-tiba lalu membunuh mangsanya. Suaranya adalah intimidasi dan teror bagi mangsa bahkan untuk manusia,

Menurut Ahli Harimau Sumatera Sunarto dalam jurnal ilmiah (Tigers Need Cover 2012), harimau Sumatera cenderung menghindari perkebunan dan lebih memilih hutan. Habitat hutan tropis Sumatera adalah rumah yang menyediakan makanan. Kondisi yang disukai harimau, selain ketersediaan mangsa yang cukup, adalah, jarak yang tidak terlalu jauh dari titik pusat blok hutan berukuran besar (>50,000 ha). Tutupan tumbuhan bawah yang rapat, serta tingkat aktivitas manusia yang minimal.

Hidup dihabitat baru seperti di kebun sawit, karet dan  hutan tanaman industri,  ini terjadi di Sumatera Bagian Tengah di Provisinsi Riau  dan  Jambi, harimau harus beradaptasi dengan  lingkungannya. Nasib paling sial jika ditembaki oleh pengawas perkebunan dan petugas hutan dan terkena jerat pemburu.

Habitat baru harimau  juga kemungkinan akan dikuti oleh satwa mangsa untuk beradaptasi dengan lingkungan baru agar tetap bertahan hidup. Disini pula akan  ada makanan bagi harimau seperti babi hutan, rusa, atau pun landak, teritorial pun harus diperkecil sesuai dengan daya dukung perkebunan. Tanda alami teritorial  seperti air kencing, bulu,  cakaran kuku di pohon,  ini semua akan di  bagi rata dengan harimau lainnya, harimau harus “Sharing territorial”

Habituasi dan Adaptasi
Contoh paling nyata terjadi di Provinsi  Riau yang kawasan hutan alamnya  telah terdegradasi, dikonversi menjadi perkebunan  sehingga mengubah habitat harimau. Sejalan  dengan itu banyak aktivitas manusia dihabitat harimau  seperti aktivitas perkebunan, Hutan Tanaman Industri dan  transmigrasi dan serta hadirnya rombongan  pencari getah gaharu yang hilir mudik di kawasan ini.

Harimau Sumatera dalam 20 tahun terakhir  kemungkinan  besar  paham terhadap kehadiran manusia di sekitar hutan yang disebutkan di atas. Secara alami mereka mempelajari pola harian manusia, analisa sederhananya  adalah  anak harimau telah diajarkan oleh induknya dalam menghadapai manusia dan  dari proses habituasi (kebiasaan) ini,  harimau telah mengenal baik kehadiran manusia di habitatnya, secara naluri tinggal mau diapakan manusia tersebut,

Pembelajaran oleh induk adalah kunci dari bertahannya harimau di alam liar sumatera. Induk akan membiasakan dengan pola habitat ini, ini adalah salah satu suksesnya harimau bertahan di segala kondisi habitat.

Begitu pula pemahaman manusia di sekitar habitat terhadap harimau, terkadang harimau sering dijumpai, seperti saling berpapasan  sekilas, temuan tapak dan cakar. Hal  ini  sangat sering dijumpai bahkan jadi pembicaraan  tempat temuan tersebut dan putusan akhir kembali ke masyarakat sekitar, mau di apakan diapakan harimau tersebut ? dibunuh atau ditangkap.

Interaksi pertemuan dua mahluk hidup ini memilki hubungan ini sangat komplek dan unik, tingkat kejadian perselisihan seberapa sering sehingga konflik dapat diperkecil. Mungkin ini salah satu penyebab kenapa harimau sekarang lebih berani menyerang dan masuk ke areal manusia. Faktor habituasi dengan manusia dan harimau dapat dijadikan standar pengelolaan konservasi harimau,   baik di perkebunan dan sekitar pemukiman. Secara umum dapat disimpulkan bahwa harimau lebih mengusai habitatnya dan namun pada akhirnya pihak yang kalah tetap harimaunya. [bersambung…]

read more
Flora Fauna

Polisi Ringkus Pemilik Offset Satwa Liar yang Dilindungi

Polisi Daerah (Polda) Aceh berhasil meringkus pemilik beberapa offset (bagian tubuh hewan yang diawetkan-red) satwa liar yang dilindungi oleh Pemerintah. Penangkapan dilakukan di Kabupaten Aceh Tengah masing-masing tersangka berinisial M dan MM. Keduanya dalam proses pemeriksaan saat ini di Mapolda Aceh, Banda Aceh.

Direktur Reskrimsus Polda Aceh, Kombes Pol Joko Irwanto dalam konferensi pers, Senin (6/1/2013) mengatakan, tersangka M dan MM merupakan penampung dan juga ahli dalam membuat offset satwa liar tersebut. “Mereka itu penampung dan pembuat offset ,”kata Joko Irwanto.

Dijelaskannya, penangkapan tersangka penyimpan dan pembuat offset di dua lokasi yang berbeda, masih dalam wilayah Kabupaten Aceh Tengah. Offset satwa liar direncanakan akan diperjual belikan namun sudah terlebih dahulu tertangkap polisi.

“Rencana kita akan pancing pembelinya untuk mengusut jaringan bisnis offset satwa liar yang bila ditotalkan bernilai ratusan juta,” tegasnya.

Adapun offset yang berhasil diamankan adalah Harimau Sumatera satu ekor dan kepala Harimau Sumatera 1 buah, Macan Dahan, Beruang Madu, Kijang Muntjak, Kambing Hutan, Kucing Emas dan juga ada sejumlah gigi beruang.

“Harimau Sumatera itu bernilai Rp 80 juta dan Macan Dahan itu Rp 20 juta, jadi ada ratusan juta kalau dijual,” tambahnya.

Joko mengatakan tersangka dijerat Undang-undang Perbuatan tersebut melanggar Undang-undang Republik Indonesia nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Mereka terancam hukuman 5 tahun penjara dan denda Rp 100 juta.

“Kita akan komit tahun 2014 ini untuk mengusut penjualan offset satwa liar, ini kasus pertama yang Polda Aceh tangani,” tegasnya.

Terkait tahun lalu adanya keterlibatan anggota TNI dalam menyimpan offset Harimau Sumatera dan sudah divonis oleh Mahkamah Militer Banda Aceh, Joko mengatakan tidak ada kaitannya. Ini murni kasus yang ditangani Polda Aceh atas informasi dari masyarakat.

“Tidak ada hubungan dengan itu,tapi kita tetap akan kembangkan kasus ini,” tutupnya.[]

read more
1 2 3
Page 2 of 3