close

lhoksukon

Ragam

Lagi-lagi Banjir Menerjang Bumi Pasee Aceh

Dua unit mobil double cabin Search and Rescue (SAR) Aceh Utara dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Utara melaju kencang menuju Kecamatan Matangkuli dan Pirak Timu, Rabu (14/01/2015).

Masing-masing mengangkut perahu karet bermesin. Petugas SAR dan BPBD juga tampak siaga duduk dibelakang mobil memegang erat perahu karet itu. Sirene juga dinyalakan, lampu kiri kanan juga demikian.

Tiba di Matangkuli dan Pirak Timu, tim penyelamat langsung menurunkan dua unit perahu tersebut. Ternyata, banjir sedang merendam dua kecamatan itu. Ketinggian air berkisar antara 30 CM hingga 70 CM.

Satu persatu warga disana dievakuasi. Tim Muspika menyarankan agar warga segera meninggalkan rumah mereka guna antisipasi jika banjir terus naik. Ada juga warga yang enggan dievakuasi karena mereka pastikan kalau banjir pasti segera surut.

Warga lelah, warga trauma, semua itu belum pulih pasca banjir besar menerjang di akhir tahun 2014 lalu. Banjir kali ini yang terjadi di bulan januari pun merupakan banjir yang ketiga kalinya. Tidak begitu parah, akan tetapi warga semakin lelah.

“Bukan hal yang baru bencana banjir yang singgah di kecamatan ini. Bulan ini aja sudah tiga kali banjir menerjang. Kami lelah dengan semua ini,” ucap Suryadi (38), warga Matangkuli.

Seraya berharap agar banjir segera surut, Suryadi bersama warga lainnya terus sibuk memindahkan seluruh isi rumah ketempat yang lebih tinggi. Kesibukan semacam itu berlanjut sampai sore hari. Banjirpun belum surut.

Dari catatan Tim Muspika setempat, banjir merendam 651 rumah di 19 Desa Kecamatan Matangkuli. Sekitar 745 KK juga sempat mengungsi karena debit air terus naik.

Masing-masing desa Tanjung Tgk Kari, Meunasah Teungoh, Alue Euntok, Teumpok Barat, Parang Sikureung, Meuria, Hagu, Alue Thoe, Siren, Lawang, Cibrek, Punti, Tanjung Babah Krueng. Tanjung Tgk Ali, Pante Pirak, Mee, Baroe, Beuringen, dan Teungoh Seulemak.

Sedangkan titik terparah banjir yaitu di Desa Alue Tho, Hagu, Teumpok Barat, Tanjong Haji Muda, dan Lawang. Namun hingga saat ini belum ada yang mengungsi.

“Warga sudah mulai mengungsi sejak naik air pagi tadi, dan sebagian ada yang nekat pulang ke rumah. Bantuan pun untuk saat ini belum ada,” kata Camat Matangkuli, T. Azwar SE, kepada greenjournalist.net.

Menurutnya, banjir yang terjadi hari ini (Rabu-red) masih terbilang dalam kategori biasa, sebab desa-desa ini memang sudah menjadi langganan banjir bila musim penghujan tiba baik hujan local maupun banjir kiriman. Banjir terjadi akibat sungai kreuto meluap setelah hujan lebat mengguyur Bener Meriah dan Pante Bahagia.

Kepala Dinas Sosial Aceh Utara, Drs Jailani, juga bergerak cepat soal banjir ini. Dia mengatakan bahwa pihaknya telah menurunkan tim ke lokasi banjir untuk memantau kondisi masyarakat setempat. Pihaknya mengaku akan menyalurkan bantuan bila nantinya masih ada warga yang mengungsi bila debit air bertambah.

Greenjournalist.net terus menunggu perkembangan banjir Matangkuli, hingga akhirnya banjir dilaporkan mulai surut sejak pukul 20:00 WIB malam. Sebagian warga ada yang sudah pulang kerumahnya masing-masing, dan sebagian lagi enggan pulang karena masih lelah.

Sebelumnya, banjir yang sama juga sempat menerjang Kecamatan Nisam, Aceh Utara sehari sebelum banjir melanda Matangkuli dan Pirak Timu. Banjir yang datang secara tiba-tiba pukul 03:00 dinihari Selasa (13/01/2015) justeru membangunkan penghuni rumah untuk bekerja keras menyelamatkan barang-barang rumah.[]

read more
Kebijakan Lingkungan

Sampah Menggunung, Warga Tak Bekerja Sama, Pejabat Marah

Aroma tak sedap tercium di sudut kota pertokoan Lhoksukon, Aceh Utara. Lalat hijau beterbangan, bahkan terdengar nyaring suara sayapnya. Para pejalan kaki tak tahan dengan aroma itu, mereka menutup hidung dan mengibaskan tangan mengusir lalat.

Jelas, semua itu berasal dari sampah sisa banjir di Lhoksukon yang sudah sepekan ini tak pernah berkurang meskipun pihak Dinas Kebersihan, Pasar dan Pertamanan (DKPP) Aceh Utara setiap harinya mengangkut sampah-sampah itu.

Hingga akhirnya pada Rabu (07/01/2015) pukul 08:30 WIB, satu unit mobil kijang warna hitam mendadak berhenti tepat didepan tumpukan sampah yang menggunung setinggi tiga meter berbau busuk.

Salah satu penumpang mobil keluar, sementara sang supir tetap menunggu di dalam. Pria tinggi besar berkulit putih ini langsung mengarahkan jari telunjuk kanannya ke arah sampah yang menggunung.

Ternyata, dia adalah M. Dahlan SE, Kepala DKPP Aceh Utara. Dia memerintahkan empat unit truck pengangkut sampah untuk berhenti dan mengangkut sampah-sampah yang menggunung di pinggiran pertokoan jalan Pang Lateh dan Pang Nanggroe Lhoksukon.

Mendengar perintah sang komandan, masing-masing supir truk berhenti. Mereka berbagi tugas. Dua armada mengangkut di jalan Pang Lateh dan Pang Nanggroe, sedangkan duanya lagi mengangkut di jalan Tgk Chik Ditiro dan Tgk Chik Ditunong.

Turunlah kemudian petugas sapu bersih. Berbagai alat di siapkan. Petugas berbaju kuning tanpa pengaman mulut atau hidung bekerja memuat sampah yang menggunung.

Sang Kadis marah, wajahnya terlihat asam, matanya memerah. Belakangan diketahui bahwa dirinya marah karena warga yang miliki pertokoan sama sekali tidak punya kesadaran untuk saling menjaga lingkungan.

Wartawan greenjournalist.net, Chairul Sya’ban, mengajaknya berbincang sejenak. Sambil memimpin anak buahnya mengangkut sampah, sang Kadis inipun tetap melayani pertanyaan yang diajukan greenjournalist.net.

“Saya emosi karena para pemilik toko sama sekali tidak punya rasa kesadaran untuk sama-sama menjaga lingkungan. Kami cuma minta untuk membersihkan masing-masing saluran drainase,” ucap M Dahlan.

Sejak banjir surut pada Sabtu (27/12/2014) lalu, saluran drainase sudah pada bersih dikerjakan oleh pekerja pengangkut sampah DKPP. Malah belakangan, drainase kembali dipenuhi sampah-sampah baru.

Padahal, pihaknya sudah membagikan 200 unit tong sampah kepada masing-masing pemilik toko khususnya di Lhoksukon. Namun, sama sekali tak di indahkan.

Pihaknya juga sempat memberlakukan pengutipan biaya pekerja pengangkut sampah. Masing-masing toko wajib membayar iuran bulanan sekitar 50 ribu perbulannya. Lantas, aturan ini juga tidak di indahkan.

“Ramai yang tidak mau bayar. Okey saya bilang, tapi sampahnya tolong dibuang ketempat yang sudah disediakan. Tapi apa yang terjadi, malah sampah yang kian menumpuk dan berserakan. Sedangkan tong yang sebelumnya sudah kita bagikan malah hilang,” kesal M Dahlan.

Suasana pusat Kota Lhoksukon tentunya menjadi pemandangan yang menjijikan untuk saat ini akibat sampah yang membludak. Empat unit armada angkutan sampah disertai belasan pekerja sapu bersih kualahan setiap harinya mengangkut sampah-sampah sisa banjir ini.

Siapa sangka, sejak banjir surut dalam sepekan ini saja sampah yang sudah diangkut nyaris mencapai seribu ton. Bukannya malah berkurang, sampah yang berupa puing-puing barang toko dilempar begitu saja ke halaman.

“Nyaris mencapai seribu ton sampah sisa banjir di 26 kecamatan yang terkena banjir. Paling banyak sampah yang menumpuk hanya Lhoksukon,” kata Dahlan dengan blak-blakan.

Dahlan menjelaskan sebab musabab bencana banjir yang terjadi pada akhir tahun 2014 di kabupaten Aceh Utara. Tentunya kita sudah tau apa sebab banjir selain takdir. Saluran yang tersumbat dan pembalakan liar menjadi faktor utamanya.

Tak terasa, perbincangan wartawan greenjournalist.net dengan Kadis DKPP ini berlangsung sudah satu jam. Sang kadis juga mengakhiri perbincangannya.

Sampah-sampah yang diangkut kemudian dibawa ke lokasi Tempat Penampungan Akhir (TPA). Berjarak sekitar 10 kilometer dari Pusat Kota Lhoksukon, tepatnya di Desa Teupin Keube Lhoksukon.

Orang-orang DKPP kemudian pergi usai membereskan sampah yang menggunung. Maka, munculah sebagian pemilik toko yang juga emosi dengan Dahlan.

Seakan tak sadar dengan apa yang disampaikan pihak DKPP. Sebagian pemilik toko tetap saja ngotot tak akan membantu pihak DKPP untuk membersihkan saluran drainase yang dipenuhi sampah.

“Biarkan saja, mereka kan ada gaji tiap bulan. Sedangkan tong yang sebelumnya diberikan, sebagian sudah hanyut dan sebagian ada yang dibawa pulang ke rumah,” ucap seorang warga, Azhar. []

read more
Ragam

Derita Korban Banjir Aceh Utara

Kondisi korban banjir di Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara kian memprihatinkan. Sampai kini, Rabu (24/12/2014) debit air terus bertambah sampai nyaris menenggelamkan rumah-rumah warga. Banjir dengan ketinggian rata-rata dua meter hanya menyisakan pintu dan atap rumah. Derita korban banjir pun sepertinya semakin panjang.

Banjir nyaris menenggelamkan rumah warga, Rabu (24/12/2014) | Foto: Chairul Sya'ban
Banjir nyaris menenggelamkan rumah warga, Rabu (24/12/2014) | Foto: Chairul Sya’ban

Banjir yang melanda sejumlah daerah di Kabupaten Aceh Utara, menimbulkan cerita pedih dari seorang warga. Salah satu rumah warga yang berkontruksi papan hanyut dibawa arus, milik Nurlina (36), warga Gampong Jok Kilometer Dua, Kecamatan Lhoksukon Aceh Utara. Rumah Nurlina dekat dengan tanggul sungai yang jebol sehingga hanyut dibawa arus banjir yang sangat deras. Tak ada puing yang tersisa.

“Rumah kakak saya tinggal pondasi, karena dibawa arus banjir sejak selasa kemarin. Lokasinya pun sangat dekat dengan tanggul jebol,” kata adik Nurlina, Nuraini kepada greenjournalist.net. Kakak beradik itu hanya bisa pasrah sambil menyaksikan rumahnya dibawa arus deras. Nurlina dan adiknya kini hanya mampu mendirikan tenda diatas tanggul irigasi yang tak jauh dari rumah lamanya.

Jalan raya di kota Lhoksukon yang lumpuh akibat banjir, Rabu (24/12/2014) | Foto: Chairul Sya'ban
Jalan raya di kota Lhoksukon yang lumpuh akibat banjir, Rabu (24/12/2014) | Foto: Chairul Sya’ban

Dampak lain, banjir menyebabkan akses lalu lintas lumpuh total.  Untuk menuju kota Lhoksukon, warga terpaksa melewati tanggul irigasi sebagai jalur alternatif.  Namun butuh fisik yang kuat untuk menempuh jalur sepanjang enam kilometer ini dipenuhi lumpur tebal. Banyak kenderaan roda dua dan pejalan kaki terjebak dilumpur. Jalur ini menjadi jalur alternatif warga pulang pergi Lhoksukon – Cot Girek. Lokasinya, terletak di kawasan Gampong Meunasah NgaLhoksukon Kilometer Tiga.

Masyarakat menempuh jalan alternatif di pinggir tanggul karena jalanan utama digenangi banjir, Rabu (24/12/2014) | Foto: Chairul Sya'ban
Masyarakat menempuh jalan alternatif di pinggir tanggul karena jalanan utama digenangi banjir, Rabu (24/12/2014) | Foto: Chairul Sya’ban

Hal ini dilakukan warga karena jalan lintas Lhoksukon-Cot Girek sepanjang tiga kilometer yang biasa tak dapat dilintasi. Ketinggian air dijalan tersebut mencapai satu meter lebih. “ Sejak hari pertama banjir melanda Lhoksukon, kami gunakan tanggul irigasi sebagai jalur alternatif. Meski jauh, namun terpaksa gunakan jalan ini. Kami tak sanggup berjalan di air setinggi satu meter,” kata Irwansyah (43), salah satu pengguna roda dua yang melintas di jalur alternatif. Tak hanya itu, listrik dan sinyal telephone/ handphone pun ikut padam.

Banjir Meningkat

Pantauan greenjournalist.net, sampai dengan hari ini ketinggian air banjir terus bertambah. Awalnya, banjir sempat turun sekitar 5 cm selama empat jam. Namun sekitar pukul15:00 WIB sore tadi, banjir kembali naik lebih dari 5 cm. Banjir terparah terjadi di pusat kota Lhoksukon. Seluruh pertokoan digenangi air setinggi pinggang orang dewasa. Bahkan banjir menggenangi jalan negara Banda Aceh – Medan dengan ketinggian rata-rata setengah meter.

Warga terpaksa membuat saluran darurat di tanggul untuk mengalirkan banjir, Lhoksukon Rabu (24/12/2014) | Foto: Chairul Sya'ban
Warga terpaksa membuat saluran darurat di tanggul untuk mengalirkan banjir, Lhoksukon Rabu (24/12/2014) | Foto: Chairul Sya’ban

Terkait bencana banjir ini, ketua Search and Rescue (SAR) Aceh Utara, Dahlan, mengatakan bahwa pihaknya sudah menurunkan tim ke titik terparah banjir. TNI dan Polri pun turun tangan membantu korban banjir. SAR, TNI dan Polri sudah menyiapkan belasan boat karet bermesin untuk mengevakuasi warga yang terjebak banjir.

Dahlan merincikan ada sekitar 19 kecamatan di Aceh Utara yang lumpuh akibat dilanda banjir. Ketinggian air pun bervariasi, mulai dari 30 cm sampai dua meter lebih. Ketinggian air yang melebihi satu meter, melanda sejumlah desa di pedalaman Aceh Utara. Bahkan tidak sedikit desa-desa yang dilanda banjir dengan ketinggian air tiga meter.

Kecamatan yang sedang dilanda banjir meliputi Kecamatan Langkahan, Lhoksukon, Baktiya, Baktiya Barat, Matangkuli, Tanah Luas, Tanah Pasir, Paya Bakong, Cot Girek, Lapang, Samudera, Meurah Meulia, Geureudong Pase, Syamtalira Bayu, Syamtalira Aron, Simpang Keuramat, Kuta Makmur dan Nisam.

Hingga berita ini disajikan, debit air terus bertambah secara perlahan. []

read more
Galeri

Bencana Banjir Landa Aceh

Hujan deras beberapa hari belakangan menyebabkan banjir melanda sebagian daerah Aceh Utara sejak Minggu (21/12/2014). Salah satu kawasan terparah dilanda banjir adalah Kecamatan Lhoksukon dan sekitarnya dimana air pada mencapai ketinggian 3 meter. Jalan lintas Banda Aceh – Medan pun terendam setinggi 30 cm sehingga menyebabkan transportasi terhambat. Masyarakat mengungsi ke tempat-tempat yang lebih aman dan pemerintah setempat telah menyiapkan bantuan emergensi | Foto: Chairul Sya’ban/greenjournalist.net

read more
Ragam

Tanggul Jebol, Banjir Rendam Aceh Utara

Banjir, memang bukan hal yang baru di alami warga di Kabupaten Aceh Utara. Tiap akhir tahun dikala musim hujan datang, banjir kerap menghantui warga. Meskipun sudah terbiasa, namun hal ini justeru masih membuat warga kesal.

Seperti yang terjadi di dua Desa Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara. Dua Desa masing-masing Desa Dayah KM 8 dan Desa Kumbang KM 7, dilanda banjir dengan ketinggian air 20 cm-50 cm, pada Rabu (17/12/2014). Banjir yang terjadi disebabkan oleh jebolnya tanggul sepanjang tujuh meter dan hujan deras yang mengguyur selama satu hari satu malam.

Pengguna jalanpun kesulitan melintas di jalan Lhoksukon-Cot Girek yang sedang digenangi banjir setinggi 20 cm. Tak hanya itu, sampah-sampah kayu yang dibawa arus banjir ke jalanan juga menyulitkan pengendara sepeda motor.

Dilokasi banjir, Danramil 08 Lhoksukon, Kapten. Inf. Saifullah, bersama anggotanya dan Tim Search and Rescue (SAR) Aceh Utara siap siaga dan siap mengevakuasi warga jika banjir semakin parah. Tim tiba dilokasi banjir setelah menerima informasi dari masyarakat.

“Kita disini siap membantu warga. Sepertinya debit air banjir inipun terus bertambah. Banjir terjadi karena ada tanggul yang jebol,” ujar Danramil, Kapten. Inf. Saifullah, kepada GreenJournalist.

Sementara dari pantauan GreenJournalist dilokasi, sejumlah warga mengemas barang berharga dan menggiring hewan peliharaan mereka ke tempat yang tidak tergenang banjir.

Menurut warga, banjir mulai datang sejak pukul 15:00 WIB yang mengikuti hujan deras. Arus yang datang sangat deras. Walhasil, dalam hitungan menit banjir pun merendam pemukiman warga.

“Kami tak mengira bahwa banjir datang secepat ini,” ujar Wahid (39) warga setempat.

Tidak ada korban jiwa akibat musibah banjir tersebut, warga pun tidak mengungsi. Namun hingga berita ini diturunkan, debit air terus bertambah dan arus semakin deras.[]

read more