close

lomba

Ragam

GreenJournalist Raih Penghargaan Jurnalistik TFCA

Anggota Green Journalist Aceh (GreenJou), M. Nizar Abdurrani meraih penghargaan Jurnalistik Konservasi Hutan Sumatera yang diselenggarakan oleh The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) bekerjasama dengan Yayasan Kehati dan Tropical Forest Conservation Action (TFCA) Sumatera. Sebanyak 51 karya jurnalistik dari para jurnalis se-Sumatera masuk ke meja panitia untuk mengikuti kompetisi ini dan M. Nizar Abdurrani meraih juara IV untuk region Sumatera Bagian Utara.

Anugerah Jurnalistik Konservasi Hutan Sumatera dibagi menjadi dua region: Sumatera Bagian Utara, dan Sumatera Bagian Selatan.

Para jurnalis diminta menulis kondisi terkini di salah satu dari 13 kawasan konservasi di Sumatera yaitu: Hutan Warisan Seulawah; Taman Nasional Leuser &  Ekosistem Leuser; Taman Nasional Batang Gadis; Ekosistem Angkola; Batang Toru; Daerah Aliran Sungai Toba Barat; TN Bukit Tigapuluh; Semenanjung Kampar; Ekosistem Tesso Nilo; TN Kerinci Seblat; Kepulauan Siberut & Mentawai; TN Bukit Barisan Selatan dan Taman Nasional Way Kambas

Anggota GreenJou menuliskan tentang program TFCA yang dilaksanakan oleh LSM Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) di daerah hutan gambut Rawa Tripa. Hutan ini terletak di kabupaten Nagan Raya dan Aceh Barat Daya. Artikel yang ditulis oleh M. Nizar Abdurrani mengupas program pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar Rawa Tripa agar mereka punya mata pencarian alternatif selain merambah hutan gambut.

Karyanya berjudulbertajuk,”Masyarakat Berdaya Rawa Tripa pun Lestari.” Tulisan ini dimuat dalam website berita lingkungan www.greenjournalist.net, edisi tanggal 3/1/2014.

Berikut adalah daftar lengkap pemenang Anugerah Jurnalistik Konservasi Hutan Sumatera yang diumumkan pada 20 Maret 2014 oleh The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ).

daftar-pemenang

read more
Perubahan Iklim

LPDS Pilih 10 Jurnalis Liput Perubahan Iklim

Lembaga Pers Dr Soetomo (LPDS) bekerja sama dengan Kedutaan Besar Kerajaan Norwegia memilih 10 pewarta, salah satunya Zaki Setiawan dari www.batamekbiz.com untuk meliput perubahan iklim pada 10 provinsi di luar Pulau Jawa.

“Saya mengirimkan tulisan mengenai dampak penebangan hutan bakau di Kota Batam. Tulisan tersebut terinspirasi oleh seminar yang dilakukan oleh LKBN Antara Kepri di Pulau Puteri Batam pada akhir 2012 lalu. Saya tidak menyangka dengan tulisan tersebut saya terpilih melalui pengumuman Kamis pagi,” kata Zaki Setiawan di Batam, Kamis.

Ia mengatakan, sebanyak 10 pemenang travel fellowship yang mewakili provinsi/kota asal berbeda, selanjutnya akan berangkat dan harus tiba di Jakarta pada 18 Maret 2014 mendatang untuk selanjutnya dikirim ke 10 daerah dimaksud.

“Berdasarkan undian, peserta akan dikirim menyebar ke daerah ketiga (liputan daerah ketiga/LDK) yang bukan provinsi asal mereka, untuk meliput isu lokal perubahan iklim,” katanya.

Zaki mengatakan, periode pengiriman tulisan untuk kegiatan tersebut sudah dilaksanakanpada 25 November 2013 hingga 28 Februari 2014.

“Pihak LPDS menyatakan pemilihan peserta LDK berdasarkan pertimbangan baik dari kiriman karya ke lomba maupun dari naskah yang disusun dalam lokakarya meliput perubahan iklim (MPI),” ujarnya.

Ia mengatakan, inti dari tulisan yang dikirim adalah penebangan tanaman bakau di sepanjang bibir pantai di Kepri menjadi pemicu terjadinya abrasi sehingga jika tidak ada penanaman kembali bakau pengganti, diprediksi dalam lima tahun ke depan, 10-15 persen luas daratan Kepri akan hilang akibat abrasi.

Narasumber kegiatan tersebut, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Kepri, Edi Wan menjelaskan, abrasi terjadi akibat ketidakseimbangan ekosistem laut yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya di laut, seperti karang, bakau, dan pasir yang merupakan faktor dominan bagi ketahanan daratan atau pulau.

Ketiga ekosistem ini saling mendukung, jika salah satunya rusak, maka akan mengancam kerusakan ekosistem lainnya.

“Keberlangsungan kehidupan karang diantaranya ditentukan oleh hewan karang. Hewan ini sangat sensitif dengan pencemaran atau limbah. Hewan yang biasa menempel pada karang ini akan pergi jika merasa tidak nyaman yang akhirnya akan mengakibatkan karang menjadi rapuh,” ucapnya.

Begitupun dengan tanaman bakau di bibir pantai, ketiadaannya akan menyebabkan limbah tidak bisa terurai. Limbah merupakan ancaman berbahaya bagi kesuburan ekosistem laut, yang ditandai dengan sedikit-banyaknya jumlah ikan. []

Sumber: antaranews.com

read more
Perubahan Iklim

LPDS Gelar Lomba Jurnalistik tentang Perubahan Iklim

Lembaga Pers Dr. Soetomo, sekolah wartawan di Jakarta, mengadakan lomba jurnalistik Meliput Perubahan Iklim (MPI). Hadiah lomba berupa liputan ke daerah ketiga (travel fellowship) dan kunjungan kawasan (field trip) di sebuah daerah berhutan di dalam negeri pada awal 2014.

Warief Djajanto Basorie, pengajar jurnalistik di Lembaga Pers Dr Soetomo (LPDS) menjelaskan untuk bisa mengikuti lomba ini dikenakan persyaratan sebagai berikut :
1. Lomba MPI terbuka bagi wartawan Indonesia di seluruh tanah air.
2. Peserta lomba mengirim karya asli hasil liputan isu lokal perubahan iklim yang diterbitkan atau disiarkan setelah 31 Januari 2013. Wartawan cetak dan online dapat mengirim karyanya lewat email ke LPDS. Wartawan radio dan televisi dapat mengirim transkrip karya jurnalistiknya dengan email.
3. Lomba ditutup 28 Februari 2014. Hasil lomba diumumkan 15 Hasil lomba diumumkan 15 Maret 2014.

Hadiahnya :
1.Liputan ke Daerah Ketiga (travel fellowship). Sebanyak 20 wartawan dapat memenangkan hadiah Liputan ke Daerah Ketiga (LDK) atau travel fellowship ini. LPDS mengadakan dua gelombang LDK dengan 10 peserta dalam setiap gelombang. Sepuluh peserta per gelombang tersebut masing-masing mewakili 10 provinsi/kota asal berbeda. LDK berlangsung 10 hari. Peserta LDK dari 10 provinsi berkumpul di Jakarta. Berdasarkan undian, peserta lalu menyebar ke daerah ketiga (bukan provinsi asal mereka) untuk meliput isu lokal perubahan iklim. Jadi, peserta asal provinsi A berjalan ke provinsi D untuk meliput masalah perubahan iklim setempat. Para peserta kemudian kembali ke Jakarta untuk menulis hasil liputan mereka. Peserta memaparkan hasil liputannya. Karya mereka kemudian dibedah peserta lain dan tim mentor LPDS.

2.Kunjungan Kawasan (field trip). Bagi 10 pemenang lomba MPI, LPDS mengadakan satu kunjungan kawasan atau field trip di salah satu provinsi bermasalah dampak perubahan iklim. Kunjungan kawasan ini berlangsung empat hari. Setiap pemenang mewakili satu dari 10 provinsi/kota asal peserta lomba. Sepuluh pemenang lomba berkumpul di ibukota provinsi kunjungan kawasan diadakan. Setelah memperoleh arahan, 10 peserta tersebut menuju satu kawasan di tempat mereka tinggal selama satu malam dua hari. Peserta kemudian kembali ke kota titik berangkat untuk menulis hasil liputannya. Esok harinya mereka memaparkan karyanya untuk dibahas sesama peserta dan tim mentor.

Karya liputan peserta lomba dapat peluang memenangkan hadiah bila memenuhi tolok ukur berikut:
1. Topik liputan menyangkut isu lokal perubahan iklim.
2. Karya asli dibuat peserta dan telah dimuat atau disiarkan setelah 31 Januari 2013. Karya asli berarti hasil kerja sungguh-sungguh peserta dan bukan karya orang lain.
3. Karya merupakan hasil pengadaan bahan berita (reporting) dan bukan pernyataan sikap peserta.
4. Karya berupa feature interpretatif 600 – 800 kata. Feature interpretatif ialah feature yang menjelaskan hal ihwal yang diliput.
5. Karya menjelaskan isu, dampak, dan solusi.
6. Karya tulis memakai lead efektif.
7. Karya berdaya gereget dan berdampak.
8. Peserta lomba dapat mengirim lebih dari satu karya untuk memperbesar peluang menang hadiah. Liputan berkelanjutan menunjukkan konsistensi dalam meliput isu perubahan iklim.
9. Nama peliput (byline) tercantum dalam karya.

“Karya jurnalistik dapat dikirim dengan email ke server LPDS atau Google Mail (Gmail): jurnalistik@lpds.or.id ataulpdsjurnalistik@gmail.com. Harap tulis di surat pengantar: Lomba MPI, nama dan posisi peserta, nama dan alamat media,” tutur Warief.

Sumber: lensaindonesia.com

read more
Ragam

Cari Solusi Masalah Lingkungan Sekolah Lewat Toyota Eco Youth

Masalah memang ada di mana-mana, termasuk yang ada di sekitar lingkungan sekolah.

“Sekolah kami berada di dalam kampung. Di bagian belakang sekolah dekat dengan jalan tol. Akibatnya, suara bising sekali dari truk yang lewat atau pecah ban truk,” kata Mamik Suparmi, pengajar dari SMA Negeri 18 Surabaya. Ia lalu bertanya apakah masalah tersebut dapat diajukan oleh para siswa untuk mengikuti kompetisi Toyota Eco Youth.

“Itu masalah yang menarik Bu. Kami tunggu bagaimana inovasi atau solusi yang ditawakan oleh pihak sekolah, terutama para siswa dan masyarakat sekitar untuk mengatasinya,” Dhanie Satrio, Editor-in-Chief Majalah HAI menjawab dengan lugas.

Menurut Mamik, masalah yang terjadi itu sudah pernah disampaikan kepada pihak terkait, seperti Pemerintah Kota Surabaya—namun belum mendapatkan tanggapan yang serius. Ia ingin melalui kompetisi ide yang ditawarkan bisa mendapatkan perhatian dari pihak terkait.

Toyota Eco Youth ingin mendorong para pelajar mampu melahirkan gagasan atau ide yang mampu mengatasi permasalahan yang ada di sekitar lingkungan sekolah—setidaknya dalam radius lima sampai sepuluh kilometer. Tentu, dalam jangka panjang, kompetisi ini diharapkan mampu menghadirkan generasi muda yang tanggap dan bertanggung jawab terhadap permasalahan lingkungan serta sosial yang terjadi di sekitar kita.

Setelah melakukan sosialisasi di sejumlah kota besar, pihak panitia kompetisi menyatakan bahwa proposal ide yang telah terkumpul lebih dari 400 gagasan. Selain menuliskan gambaran dan rencana gagasan setelah sosialisasi dilakukan, para pelajar juga terus mengumpulkan usulan solusi itu melalui situs web www.ecoyouthtoyota.com

Saat mengikuti sosialisasi, para pelajar didampingi oleh guru pemimbing dari sekolah masing-masing. Dengan demikian, pemetaan masalah yang terjadi di lingkungan sekitar sekolah hingga proses melahirkan solusi atas problem tersebut tetap berada dalam pengawasan guru sebagai pengayom siswa.

Dengan menggandeng National Geographic Indonesia dan HAI (majalah remaja pria Indonesia), Toyota Indonesia kembali menggelar Toyota Eco Youth yang kedelapan. Kompetisi yang digelar secara simultan ini, secara resmi dibuka bagi para pelajar sekolah menengah atas dan kejuruan di Indonesia. Puncak kompetisi akan berujung dengan malam penganugerahan bagi para pemenang pada April 2014.

Toyota Eco Youth memang ditujukan untuk membangun cara pandang generasi muda Indonesia (khususnya para pelajar sekolah menengah atas dan kejuruan atau sederajat) dan memberikan kontribusi langsung terhadap peningkatan kualitas lingkungan sekolah serta komunitas sekitarnya. Toyota telah mengadakan kompetisi ini sejak 2005 yang telah melibatkan 85 sekolah menengah atas dan kejuruan di seluruh Indonesia.

Dalam pelaksanaannya, Toyota Eco Youth telah menyebarluaskan kampanye atau penyadaran dari peningkatan lingkungan dasar melalui sekolah menengah atas dan kejuruan atau sederajat. Pada akhirnya, para peserta Toyota Eco Youth mampu meningkatkan kualitas lingkungan sekolah melalui inisiatif serta langkah hijau.

Pada 2013, kompetisi Toyota Eco Youth dengan konsep yang baru. Melalui  konsep yang disebut Green GEOneration, para peserta diharapkan mampu mengembangkan kepedulian dan inovasi ramah lingkungan yang bermanfaat bagi sekolah serta memberikan jalan keluar terhadap masalah yang dihadapi oleh komunitas yang ada di sekitarnya.

Sekolah menengah atas dan kejuruan atau sederajat diminta untuk mengenali permasalahan lingkungan yang ada di sekitar sekolah. Dari situ tim sekolah mendata dan menuliskan ide yang dapat memberikan jalan keluar atas permasalahan yang ada. Ide yang diusulkan tidak harus rumit, tetapi bisa berupa inovasi yang sederhana. Kuncinya, ide yang diusulkan tepat sasaran dan dapat diimplementasikan dengan baik dan berkelanjutan.

Proposal yang diterima oleh panitia 8th Toyota Eco Youth – Green GEOneration 2013 akan diseleksi dan dipilih sebanyak 20 ide/inovasi yang dinilai layak untuk diimplementasikan. Proposal ide yang terpilih itu akan mendapatkan bantuan, berupa uang tunai untuk diwujudkan dalam tiga bulan. Pada akhirnya, hasil implementasi ide/inovasi itu akan berkompetisi untuk meraih hadiah utama dari Toyota dengan total hadiah uang tunai ratusan juta rupiah.

Dalam penyusunan proposal, 8th Toyota Eco Youth – Green GEOneration 2013 membagi dua kategori: produk dan proses. Untuk proposal ide/inovasi yang bersifat produk adalah objek fisik yang dapat meningkatkan dan memiliki dampak terhadap perbaikan kualitas lingkungan sekolah dan komunitas sekitarnya. Sementara itu, kategori proses adalah aktivitas atau program yang mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas lingkungan sekolah dan komunitas sekitarnya.

Sumber: NatGeo Indonesia

read more