close

luwak

Flora Fauna

14 Kanguru Mati, Hashim Mau Jadikan Ragunan Bonbin Kelas Dunia?

Sebanyak 14 Kanguru ditemukan tewas di Taman Margasatwa Ragunan (TMR), Jakarta Selatan pada hari Rabu (27/11) kemarin. Kanguru berjenis Wallaby abu-abu dari Papua tersebut mati mengenaskan karena digigit oleh anjing liar yang berhasil menyelinap masuk ke kandang mereka.

Diketahui hanya empat ekor kanguru saja yang berhasil selamat dari serangan anjing liar tersebut. Empat ekor itu terdiri dari satu betina dan tiga jantan dalam kondisi mengenaskan, tubuh binatang Australia tersebut sudah terlihat sangat ringkih. Alhasil, hanya 4 kanguru saja yang selamat dari total 18 koleksi yang dimiliki oleh Ragunan.

“Hasil pemeriksaan post mortem para dokter hewan di sini (Taman Margasatwa Ragunan) kematian kanguru disebabkan adanya sejumlah luka gigitan di sekitar leher, kaki dan perut sehingga terjadi pendarahan serius hingga kematian,” kata Kepala Badan Layanan Umum Daerah Taman Margasatwa Ragunan, Bambang Triyono, Kamis (28/11).

Bambang menjelaskan, para anjing pembunuh tersebut diduga milik warga sekitar. “Diduga anjing itu lepas dan menerobos masuk ke kawasan TMR,” ujarnya.

Mendapati belasan kanguru tersebut mati, tambah Bambang, petugas langsung menyisir ke seluruh kawasan dan berhasil menangkap 3 ekor anjing. “Ketiga anjing itu sekarang berada di Balai Kesehatan Hewan dan Ikan (BKHI) untuk dilakukan observasi selama 14 hari,” paparnya.

Mencermati kasus tersebut, apa bisa jika Ragunan dijadikan kebun binatang yang berkualitas? Sebab, belum lama ini Ketua Dewan Pengawas Taman Margasatwa Ragunan, Hashim Djojohadikusumo berangan-angan tinggi ingin merombak Ragunan menjadi bonbin yang bertaraf dunia. Dia pun berjanji akan membenahi Ragunan hingga lebih baik dari kebun binatang di luar negeri, bahkan mengalahkan kebun binatang Singapura.

Hashim diketahui juga telah melakukan pertemuan dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo beberapa waktu yang lalu. Dalam pertemuan tersebut, keduanya membahas nasib Ragunan ke depannya. Hashim dan Jokowi pun akhirnya sepakat memiliki mimpi menjadikan Ragunan sebagai kebun binatang bertaraf internasional. Jokowi berjanji akan menindaklanjuti permintaan Hashim untuk memperbarui Ragunan, sebab dia juga mengakui karena Ragunan masih banyak kekurangan.

“Kita mau adakan temu publik, dengan masyarakat, LSM, kita diskusi. Masyarakat DKI ini maunya apa dengan Ragunan? Kita mau bikin yang berkelas Internasional seperti di Singapura, San Diego, atau seperti di Washington? Terus kita akan buka masukan dari masyarakat,” kata Hashim di Balai Kota, Jakarta Pusat, Kamis (22/8).

Menanggapi hal itu, Jokowi berjanji akan memperhatikan seluruh hewan yang ada di dalam Ragunan. Menurutnya, seluruh hewan tersebut harus sejahtera dan gemuk. “Itu yang akan kita perbaiki semuanya harus gemuk-gemuk. Jangan sampai kayak gubernurnya,” kata Jokowi.

Tak hanya berjanji untuk membuat hewan-hewannya menjadi gemuk, Hashim juga berjanji akan menaikkan tarif tiket masuk guna meningkatkan fasilitas Ragunan. Selain itu pihak manajemen bonbin juga akan meningkatkan kesejahteraan karyawan yang selama ini dirasa masih kurang.

“Lalu fasilitas-fasilitas kesejahteraan pegawai juga harus ditingkatkan. Harga tiket 4 ribu sejak 2003, sudah hampir 10 tahun. Kita sudah tahu kenaikan inflasi berapa, kenaikan BBM sudah berapa kali, tapi harga tiket tetap sama,” ujarnya lagi.

Kini dengan adanya kejadian belasan kanguru yang mati tersebut, bisakah Hashim tetap mewujudkan impiannya menjadikan Ragunan menjadi bonbin bertaraf dunia?

sumber : merdeka.com

read more
Flora Fauna

Binatang Buas Jadi Peliharaan Orang Kaya Arab

Anak-anak muda Arab kini punya cara baru untuk menunjukkan betapa kayanya mereka. Melalui foto di media sosial Instagram mereka kini sering memotret harta kekayaan mereka untuk pamer. Misalnya mereka berfoto dengan hewan buas singa, cheetah yang mereka pelihara di samping mobil mewah Mercedes, Lamborghini, motor mahal atau perahu motor.

Surat kabar the Daily Mail melaporkan, Senin (18/11), memelihara singa kini menjadi simbol status kekayaan baru di negara-negara Arab. Seperti diperlihatkan seorang pemuda Arab bernama Humaid Al-Buqaish yang sering mengunggah foto dirinya bersama singa dan koleksi mobil mewahnya di Instagram. Dia memiliki 250 ribu pengikut di akun media sosial tempat berbagi foto itu.

Di kawasan negara-negara Arab singa-singa itu bisa dijual hingga Rp 560 juta per ekor.

“Jika seseorang ingin membeli binatang buas maka dia sesumbar punya cukup uang buat membelinya,” kata Jasim Ali, pengelola Taman Kebun Binatang Ras Al Khaimah di Uni Emirat Arab.

“Orang-orang itu suka pamer mereka punya hewan buas yang sudah dijinakkan. Mereka pamer keberanian, tapi itu bukan keberanian. Itu penyiksaan terhadap binatang.”

Pada 2010 dilaporkan ada 200 hewan ilegal yang disita di Uni Emirat Arab. Di antara hewan-hewan itu ada singa, harimau, macan kumbang, cheetah, dan hyena.

Sumber: merdeka.com

read more
Hutan

Mengapa Kita Perlu Menyelamatkan Hutan ?

Laporan Greenpeace yang berjudul “Izin Untuk Memusnahkan” menunjukan bagaimana produsen pembuat biskuit Oreo, Gilette dan Clearasil, mengambil minyak sawit melalui Wilmar Internasional dan secara efektif membuat konsumen tanpa disadari menjadi kaki tangan penghancuran hutan Indonesia.

Inilah 14 alasan mengapa kita harus menyampaikan pada perusahaan-perusahaan tersebut untuk menerapkan kebijakan nol deforestasi dan memastikan bahan-bahan yang mereka gunakan berasal dari sumber yang benar-benar bertanggung jawab (dari urutan terbawah) :

14.  Dari semua spesies yang hidup didarat, sekitar dua pertiganya menyebut hutan sebagai rumah mereka.

13. Harimau adalah spesies indikator, tanda yang penting dari kesehatan hutan. Ketika harimau tidak bisa lagi tinggal didalam hutan, kelangsungan hidup hutan dan spesies lainnya yang bergantung padanya juga berada dalam resiko.

12. Sedikitnya 400 harimau Sumatera diperkirakan tersisa di alam bebas hutan hujan Sumatera, dan menghilang pada tingkat yang cukup mengejutkan – seperempat juta hektar setiap tahun. Ekspansi perkebunan kelapa sawit untuk pembuatan shampoo, pasta gigi, coklat, sampul majalah dan kertas toilet, bertanggung jawab untuk hampir dua pertiga dari kerusakan hutan dan habitat harimau dari tahun 2009 hingga 2011.

11. Saat ini, harimau Sumatera digolongkan sebagai satwa yang ‘terancam punah’ dalam daftar spesies yang terancam dari IUCN. Kategori selanjutnya adalah ‘punah di alam’

10. Deforestasi meningkatkan konflik antara harimau dan manusia dan membuat harimau menjadi lebih rentan terhadap perburuan. Antara tahun 1998 dsampai 2011, 638 konflik manusia dan harimau tercatat terjadi di Sumatera, dimana harimau membunuh 72 orang dan melukai 63 lainnya. Konflik ini memyebabkan terbunuhnya 59 harimau.

9. Tidak hanya bagi harimau. Hutan Indonesia juga adalah rumah bagi banyak satwa langka termasuk Gajah Pigmi, gajah terkecil di Asia, dan salah satu jenis gajah yang paling sulit dipahami di dunia.

8. Kanguru pohon sangat tangkas dan gesit di pepohonan, mampu melompat sejauh 30 kaki dari satu pohon ke pohon lainnya.  Mahluk langka ini tinggal di hutan hujan Indonesia, Papua Nugini dan Australia. Mereka kehilangan hutan tempat tinggal dengan sangat cepat.

7. “Orang Hutan” adalah terjemahan bahasa Melayu dari orangutan, sebuah nama yang luar biasa, karena mereka berbagi sekitar 97% DNA dengan manusia.  Dengan rentang lengan yang sangat besar (seekor orangutan jantan dapat  merentangkan lengannya hingga 7 kaki dari ujung ke ujung), primata yang hebat ini menghabiskan hampir seluruh hidup mereka di antara pepohonan, yang menjadikan mereka sangat rentan terhadap akibat deforestasi. Orangutan Sumatera maupun Kalimantan dapat punah di alam liar sebagai populasi biologis dalam waktu sepuluh hingga dua puluh tahun kedepan.

6. Banyak hutan di Indonesia terletak di lahan gambut, yang merupakan daerah rawa basah dengan kandungan karbon terkaya di dunia. Riau diperkirakan menyimpan 40% karbon lahan gambut Indonesia  setara dengan nilai emisi gas rumah kaca global dalam setahun.  Lahan gambut sering kali dikeringkan untuk menyiapkan kondisi yang baik bagi perkebunan kelapa sawit, yang menyebabkan emisi karbon yang signifikan serta kontribusi bagi perubahan iklim.

5. Satu dekade lalu, sebuah survey ilmiah  menemukan bahwa Taman Nasional Teso Nilo di Indonesia adalah lokasi dengan keanekaragaman hayati tumbuhan paling kaya di dunia. Laporan kami menunjukan bagaimana, sejak tahun 2011, penghancuran besar-besaran di Teso Nilo – sebagian besar untuk kelapa sawit – telah menghancurkan hampir setengah dari luas hutan yang masih tersisa.  Bulan Juni tahun 2013, hanya 39.000 hektar hutan alami yang masih tersisa.

4. Greenpeace mengakui kelapa sawit, jika diproduksi secara  berkelanjutan memiliki banyak kegunaan dan manfaat. Kegiatan pertanian ini, yang termasuk nol pembakaran, tanpa penggunaan herbisida, dan pengelolaan air yang lebih baik untuk menjaga sistem pengairan lahan gambut, termasuk pendekatan inovatif produksi kelapa sawit  telah membawa keuntungan sosial ekonomi serta membantu melindungi hutan yang tersisa.

3.  Wilmar dan merek-merek produk rumah tangga yang membeli minyak sawit harus mengetahui besarnya konsekuensi dari produksi minyak sawit yang tidak bertangung jawab. Mereka harus memastikan rantai pasokan minyak sawit mereka memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan di Indonesia, dan bukan malahan menghancurkan masa depan masyarakat, satwa dan iklim global yang menjadi ketergantungan kita semua.

2. Kita tidak ingin terlibat dan ikut bersalah atas kepunahan harimau dan deforestasi saat kita bercukur atau makan coklat.

1. Hutan, seperti halnya Arktik, milik kita semua, bagian yang integral dari warisan bangsa. Kami percaya tak seorangpun berhak menghancurkan warisan berharga ini, dan pastinya bukan untuk keuntungan komersil jangka pendek. Hutan adalah kekayaan yang harus dikelola secara berkesinambungan untuk kepentingan seluruh masyarakat Indonesia.

Sumber: greenpeace.org

read more
Flora Fauna

Sebagian Warga Sulawesi Utara Doyan Makan Hewan Langka

Bagi sebagian masyarakat Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), kebiasaan menyantap makanan yang untuk ukuran orang normal sering dianggap kurang lazim sepertinya telah menjadi hal lumrah. Sebut saja makanan berbahan daging tikus, kelelawar, anjing hingga ular dan tikus. Meski mayoritas masyarakat menganggapnya ekstrem, hidangan semacam ini memang belum banyak dipermasalahkan.

Namun bagaimana jika satwa liar yang masuk kategori hewan langka juga ikut dijadikan hidangan di meja makan? Seperti anoa dan ketam kenari, yang ternyata di sejumlah wilayah di Sulut diakui masih kerap dikonsumsi.

Pertanyaan yang menyuarakan keprihatinan ini diajukan mahasiswi jurusan Fakultas Kesehatan, Vera Junifer Tumbuan, 18 th, saat sesi tanya jawab dalam kuliah umum bersama Menteri Kehutanan (Menhut) Republik Indonesia, Zulkifli Hasan, di Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), Manado, Sulawesi Utara, Jumat (9/11/2013).

“Sebagian besar masyarakat di Sulawesi Utara terkenal memiliki kebiasaan mengkonsumsi satwa (langka) liar seperti anoa, ketam kenari, kera dan sebagainya. Bagaimana ketegasan, sanksi konkret yang bisa ditegakan di Indonesia agar kelestarian satwa bisa dipertahankan?” tanya Vera kepada Menteri Zulkifli.

Menjawab pertanyaan itu, Menteri Zulkifli menegaskan perlindungan satwa langka seperti anoa sudah diatur dalam undang-undang. Hukuman bagi pelanggar juga sudah jelas, yaitu ditangkap dan terancam sanksi maksimal lima tahun penjara.

Namun, lanjutnya, proses hukum biasanya diberlakukan setelah pihaknya melakukan peringatan terlebih dahulu. Peringatan bisa berbentuk imbauan hingga sosialisasi mengenai larangan mengkonsumsi satwa dilindungi.

Ia juga mengingatkan, selain ada hak-hak asasi manusia, saat ini dikenal juga istilah animal right (hak-hak hewan) dan animal walfare (kesejahteraan satwa).  Jadi, layaknya manusia, hewan juga tidak boleh diperlakukan sewenang wenang, apalagi hewan yang dilindungi.

“Maka tidak boleh (diperlakukan sewenang-wenang) lagi. Apalagi dimakan,” kata dia.

Penjabat Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Sony Partono, saat ditemui usai acara mengatakan perlindungan tentang hewan satwa langka sudah diatur dalam UU No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem.

Hukuman bagi yang melanggar pun diatur di sana. Yaitu, pelanggar bisa dipidanakan dengan sanksi penjara paling lama lima tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Aturan soal itu tertuang dalam pasal 40 ayat 2 di UU No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem

Kuliah umum bertema “Pemuda: Pelopor Pembangunan Hijau (Green Development)” digelar di Ruang Sidang Gedung  Rektorat Universitas Sam Ratulangi Jumat pagi. Selain Menhut Zulkifli, dua narasumber lain yang hadir, Rektor Unsrat, Prof Donald Rumakoy dan Bara K Hasibuan Walewangko dari Rumah Gagasan PAN.

Sumber: republika.co.id

read more
Flora Fauna

Cerita Orangutan yang Jadi Santapan Keluarga

Nama Ignasius Mandor tiba-tiba melejit lantaran peristiwa kematian orangutan di sekitar kampung Batu Layang, Kecamatan Pontianak Utara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar).  Ia memasak orangutan yang mati itu dan menyantapnya bersama keluarga.

“Saya tahu ini satwa dilindungi. Tapi sudah mati. Daripada membusuk mending kita makan saja,” katanya, Rabu (6/11/13). Dia memerlihatkan bagian-bagian organ tubuh orangutan seperti tangan, lidah, dan tulang kaki yang masih tersisa di dapur rumah.

Pria 50 tahun ini sangat terbuka. Dia menjelaskan ikhwal penemuan orangutan yang tewas tertembak pemburu pada Minggu (3/11/13). “Pak Hanafi, tetangga saya yang menemukan ini di kebun sawit warga, sekitar satu kilometer dari kampung. Tengkorak kepala orangutan masih ada di sana.”

Mandor pun sukarela mengantar ke kediaman Hanafi yang hanya berjarak sekitar 50 meter. Di sana masih ada sejumlah organ tubuh orangutan yang sedang disalai (diasapi), termasuk tengkorak.

Menurut Hanafi, orangutan itu ditemukan di dalam semak. “Pemburu itu masih kawan juga. Namanya Pak Lau Man. Dia pemburu babi hutan. Di sekitar kampung ini memang masih ada rusa. Mungkin disangka rusa karena warna bulu yang kemerahan, akhirnya dia tembak dan mati. Kalau dia tahu orangutan, tak mungkin dia tembak.”

Sadar yang ditembak orangutan, pemburu tidak membawa pulang. Dia hanya mengabarkan kepada teman-temannya di Jalan Panca Bhakti soal buruan itu. “Saya ke sana dan membawa orangutan itu balik dan kami masak. Dagingnya kita bagi ke warga yang mau makan.”

Kini, seluruh alat bukti itu sudah disita oleh Penyidik Satuan Polisi Hutan Reaksi Cepat (Sporc), Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalbar. Tim penyidik juga mendatangi para pihak terkait untuk menggali informasi lebih dalam soal kematian orangutan yang berakhir tragis di meja makan.

Berdasarkan pantauan di atas Bukit Rel, sekitar 200 meter dari permukiman warga, diduga orangutan terdesak karena hutan yang menjadi habitat mulai tergerus perkebunan sawit. Di sekitar kampung, ada dua perusahaan perkebunan sawit beroperasi, yakni PT Mas (Jarum Group) dan PT BPK (Wilmar Group). Bahkan, jarak PT Mas hanya berkisar empat kilometer dari permukiman.

Kehadiran perusahaan ini memancing warga membuka lahan di sekitar kampung guna ditanami sawit. Ini terjadi sejak tahun 2000. Hasilnya, buah tandan segar milik warga dijual ke pengumpul dengan harga Rp700 per kilogram. Pengumpul menjual kembali buah sawit itu ke PT BPK seharga Rp900 per kilogram.

Berbahaya bagi Kesehatan
Mayoritas warga yang menkonsumsi daging orangutan di Jalan Panca Bhakti mengakui daging satwa itu enak. Namun, sejumlah kajian ilmiah menyebut, mengkonsumsi daging orangutan bisa berbahaya bagi kesehatan.

Dwi Suprapti dari WWF-Indonesia Program Kalbar mengatakan, secara umum genetika orangutan dan manusia 97 persen hampir sama. “Artinya, peluang berpindahnya penyakit yang diderita oleh orangutan kepada manusia (zoonosi) cukup tinggi. Jadi, mengkonsumsi daging orangutan dapat membahayakan kesehatan manusia.”[]

Sumber: mongabay.co.id

read more
1 2
Page 2 of 2