close

mahasiswa

Tajuk Lingkungan

Aktivis Minta Mahasiswa Nagan Perkuat Pelestarian Rawa Tripa

Banda Aceh – Hutan gambut Rawa Tripa menghadapi ancaman kerusakan dari berbagai pihak secara massive pasca tsunami. Semua pihak yang peduli terhadap perlindungan dan pengelolaan hutan Rawa Tripa harus ikut membantu pelestarian hutan tersebut. Mahasiswa Nagan Raya terutama yang berdiam disekitar kawasan Rawa Tripa merupakan tulang punggung utama untuk menjaga hutan yang juga merupakan tempat tinggal orangutan tersebut.

Kesimpulan ini merupakan hasil pertemuan Focus Group Discussion (FGD) antara aktivis lingkungan yang tergabung dalam Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) bersama Komunitas Mahasiswa Tripa (KOMTRI) dan Ikatan Pelajar Mahasiswa Darul Makmur (Ipelmasdam), Kamis (20/09/2018) di Kafe 3 in 1 Banda Aceh.

FGD tersebut dihadiri oleh T. Muhammad Zulfikar (YEL), Indrianto (Koordinator Proyek Tripa YEL) dan Halim Bangun (pengacara lingkungan) serta 10 orang dari perwakilan mahasiswa.

T. Muhammad Zulfikar dalam FGD tersebut mensosialisasikan tentang keadaan hutan Rawa Tripa saat ini, termasuk fungsi dan manfaat hutan bagi makhluk hidup. Gambut di Rawa Tripa memiliki ketebalan diatas 3 meter dibeberapa tempat sehingga harus dilindungi agar tidak mengalami kekeringan dan beralih fungsi lahan. Ancaman terhadap Rawa Tripa paling besar datang dari sektor perkebunan sawit dan kegiatan pertambangan. Saat ini Rawa Tripa sedang dalam proses penetapan sebagai kawasan lindung gambut di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Hal-hal merupakan beberapa point penting dalam pemaparan T. Muhammad Zulfikar.

Sementara Indrianto juga kembali memaparkan secara rinci kondisi hutan gambut Rawa Tripa secara teknis. Pengukuran-pengukuran yang telah dilakukan oleh sejumlah ilmuan seperti kedalaman lapisan gambut, jumlah orangutan yang tinggal di Rawa Tripa, kondisi iklim mikro Rawa Tripa menjadi perhatian presentasi Indrianto. Selanjutnya Indrianto mengajak mahasiswa bersama-sama untuk mengadvokasi lingkungan.

“Rawa Tripa butuh energi baru dari mahasiswa,”ujarnya.

Menurutnya sudah selayaknya mahasiswa Nagan Raya, sebagai masyarakat yang berada di sekitar hutan Rawa Tripa ikut memperkuat advokasi lingkungan. Apapun yang terjadi dengan hutan gambut tersebut, masyarakat sekitar lah yang paling merasakan dampaknya untuk waktu yang lebih lama dibandingkan dengan masyarakat luar Rawa Tripa. Selain itu, kelompok masyarakat tertentu sekitar Rawa Tripa juga merupakan pelaku perusakan sehingga perlu diberikan pemahaman bersama.

“Kami dari LSM ini, tentu tidak selamanya mempunyai program di Rawa Tripa. Jadi masyarakat lah yang paling utama berhak menjaganya,”kata T. Muhammad Zulfikar.

Ketua KOMTRI, Ibnu Kasir, mengatakan siap melakukan advokasi Rawa Tripa dan berharap dapat diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan advokasi hutan Rawa Tripa.

 

 

read more
Sains

Tim Peneliti Mahasiswa Teknik Kimia Unsyiah Ciptakan “Pekanan Mangan”

Limbah cair tahu mempunyai dampak yang sangat merugikan bagi ekosistem lingkungan. Terlebih apabila limbah cair tersebut dibuang langsung ke badan air tanpa melewati pengolahan terlebih dahulu. Masyarakat yang mencari nafkah dari membuat tahu dalam skala kecil umumnya tidak mengetahui dampak yang diakibatkan dari buangan limbah cair tahu tersebut. Limbah cair tahu mengandung gas antara lain nitrogen, oksigen, ammonia, karbondioksida, dan metana yang berasal dari dekomposisi bahan organik yang terdapat dalam limbah cair tahu.

Limbah cair tahu yang merusak lingkungan | Foto: Ist
Limbah cair tahu yang merusak lingkungan | Foto: Ist

Apabila limbah cair tahu ini dialirkan ke badan sungai akan dapat menyebabkan turunnya kualitas perairan sungai dan gangguan terhadap kehidupan makhluk hidup di perairan seperti ikan, tumbuhan dan sebagainya. Fenomena inilah yang mendasari tim Pekan Kreatifitas Mahasiswa (PKM) Jurusan Teknik Kimia Unsyiah yang dimotori oleh Ika Zuwanna (angkatan 2013) dan dibantu oleh Fitriani (angkatan 2013) serta Muhammad Ridho (angkatan 2014), dengan bimbingan dosen Dr. Hesti Meilina, meneliti bagaimana merubah limbah cair tahu menjadi bermanfaat dibanding dibuang begitu saja hingga menjadi ancaman bagi kehidupan biota air dan juga ancaman bagi kehidupan masyarakat yang ada disepanjang aliran sungai.

Tim Peneliti mahasiswa Teknik Kimia Unsyiah | Foto: Ist
Tim Peneliti mahasiswa Teknik Kimia Unsyiah | Foto: Ist

Themes

Ika menjelaskan, bahwa limbah cair tahu merupakan hasil dari proses pencucian, perebusan dan pencetakan tahu. Limbah cair tahu yang belum dibuang ke sungai disebut juga air dadih (whey) yang memiliki kandungan nutrisi kaya akan karbohidrat, protein, dan lemak yang baik bagi kesehatan tubuh manusia. Salah satu penelitian tentang pemanfaatan whey, adalah pemanfaatan hasil olahan keju yang juga menghasilkan air ikutan olahan susu menjadi keju (whey) yang memiliki kandungan yang hampir sama dengan  limbah cair tahu (whey). Peneliti tersebut memanfaatkan whey dari olahan susu menjadi produk yang berfungsi sebagai pengemas makanan ramah lingkungan yang disebut edible film.

Edible film sendiri adalah lapisan tipis yang diaplikasikan sebagai penutup makanan setelah sebelumnya dicetak terlebih dalam bentuk lembaran. Edible film juga merupakan salah satu jenis plastik yang mudah diuraikan oleh mikroorganisme dan dapat memperpanjang umur simpan makanan (memperlama masa kadaluarsa).

Mahasiswa sedang membuat edible film di lab Teknik Kimia Unsyiah | Foto: Ist
Mahasiswa sedang membuat edible film di lab Teknik Kimia Unsyiah | Foto: Ist

Dalam proses pembuatan edible film selain whey yang dijadikan bahan baku, juga dibutuhkan beberapa bahan pendukung lainnya, seperti hidrokoloid sebagai agen pengental dan plasticizier sebagai penambah sifat elastisitas pada edible film. Proses pencampuran bahan dilakukan dengan menggunakan erlenmeyer yang dilengkapi dengan sebuah motor pengaduk dengan temperature 85oC. Setelah proses pencampuran, dilakukan proses pencetakan edible film menggunakan petri dish dan selanjutnya dikeringkan menggunakan oven drying. Karakteristik edible film yang dihasilkan diharapkan dapat memenuhi standar edible film sebagai pengemas makanan.

Untuk mengetahui karakteristik edible film, dilakukan beberapa uji seperti: uji ketebalan, kuat tarik, aplikasi pada makanan, dan uji degradasi. Setelah melalui proses pengujian dan mendapatkan hasil yang diharapkan maka edible film dapat dijadikan sebagai pengemas makanan yang ramah lingkungan dibandingkan dengan pengemas makanan konvensional yang sering kita gunakan sehari-hari yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme.

Edible film yang dalam 10 tahun terakhir ini menjadi perhatian serius dari para ahli pangan ternyata dapat memotivasi Tim PKM Jurusan Teknik Kimia Unsyiah untuk berinovasi memanfaatkan whey menjadi pengemas makanan ramah lingkungan (Pekanan Mangan). Inovasi ini didukung penuh oleh Unsyiah yang memfasilitasi Tim PKM dalam proses pengurusan proposal PKM-Penelitian untuk mendapatkan support dana dari Kemenristekdikti. Tim PKM ini berhasil mendapatkan hibah PKM-Penelitian, mengalahkan ribuan proposal yang diajukan ke Kemenristekdikti dari seluruh universitas yang ada di Indonesia. Bentuk dukungan lainnya yang diberikan oleh universitas adalah adanya bimbingan dan masukan dari peraih medali emas PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) Tahun 2010 di Bali. (rel)

read more
Green Style

Himasep Unsyiah Tanam 1200 Bibit Mangrove

Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (Himasep) Universitas Syiah Kuala mengadakan kegiatan Bakti Sosial Di Gampong Lamtengoh Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar, 12 Mei 2015.

Adapun rangkaian dalam kegiatan Bakti Sosial ini adalah melakukan penanaman 1200 bibit pohon Mangrove kemudian dilanjutkan dengan melakukan gotong royong membersihkan jalan lintas perkampungan serta melakukan silahturahmi dan transfer wawasan serta keilmuan dengan masyarakat setempat.

Ketua Umum Himasep, Wan Mutiara Fahmi, dalam siaran persnya Selasa (12/5/2015) menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menambah wawasan dan cakrawala berfikir mahasiswa dan masyarakat untuk memahami dan memaknai secara sistematis pentingnya nilai-nilai kesatuan dan persaudaraan. Hal ini untuk mewujudkan mahasiswa yang mampu melakukan perubahan serta pemantapan program pembinaan dan bimbingan bagi masyarakat sesuai dengan ilmu keprofesian yang telah kami miliki tambahnya.

Kegiatan bakti sosial ini merupakan rangkaian kegiatan AGRIBISNIS FAIR Ke-IX. Adapun kegiatan sebelumnya adalah Pelatihan Program SPSS pada tanggal 10 April 2015, Lomba Daur Ulang dan Musikalisasi Puisi pada tanggal 19 April 2015, Himasep Futsal Cup 2015 pada tanggal  09-10 Mei 2015 yang pelaksanaannya di lingkungan Fakultas Pertanian Unsyiah.

Kemudian rangkaian kegiatan ini akan ditutup pada malam puncak Agribisnis Fair Ke-IX tanggal 16 Mei 2015 di Gedung ACC Sultan II Selim Jalan STA. Mahmudsyah, Banda Aceh, ujar Rizki Alfadillah Nasution, mahasiswa semester 6 di Jurusan Agribisnis.

Himasep adalah bagian dari integrasi umat, oleh sebab itu aset umat ini harus mendapat pembinaan yang sebaik-baiknya, agar mampu berperan aktif dalam pengembangan umat, baik di lingkungan kampus maupun masyarakat, sesuai dengan Tri Dharma perguruan tinggi. Mahasiswa adalah bagian integral dari potensi masyarakat untuk mendapatkan pembinaan dan bimbingan dengan teratur dan kontinyu. Partisipasi mahasiswa dan pemuda dalam pembangunan Aceh menjadi skala perioritas terutama masyarakat pedesaan yang tergolong masih sangat tetinggal.[rel]

read more