close

merapi

Ragam

UGM Bekerjasama dengan Taiwan Garap Lahan Merapi

Fakultas Pertanian UGM bekerjasama dengan Taiwan siap menggarap pertanian lahan pasir di sekitar lereng Gunung Merapi. Program pemberdayaan masyarakat berbasis pertanian ini ditujukan khusus pada petani yang terkena dampak bencana Merapi pada 2010 lalu. Hal itu dilakukan sekaligus untuk menghidupkan kembali sektor pertanian yang terganggu akibat lahan pertanian tertutup oleh debu dan pasir Merapi.

“Kita akan mulai dengan mempercepat pemulihan ekonomi korban bencana Merapi. Produknya pemberdayaan masyarakat berbasis pertanian,” kata Dekan Fakultas Pertanian, Dr. Jamhari, S.P., M.P., usai menerima kunjungan dari perwakilan kantor ekonomi dan perdagangan Taiwan untuk Indonesia, Chang Liang Jen, di ruang multimedia Fakultas Pertanian UGM, Selasa (4/3/2014).

Dipilihnya kawasan Merapi sebagai pusat pemberdayaan petani diakui Jamhari karena melihat kondisi ekonomi masyarakat petani di sekitar lereng merapi yang saat ini belum kembali membaik padahal erupsi sudah terjadi tiga tahun lalu. Menurut Jamhari, penyebabnya lahan pertanian yang tertutup pasir menjadikan masyarakat enggan membudidayakan pertaniannya kembali.

Untuk itu, Fakultas Pertanian UGM akan mengembangkan program budidaya pertanian lahan pasir dengan menaman tanaman hortikultura. “Kita sudah membentuk tim untuk mengembangkan komoditas hortikultura di daerah Merapi, termasuk pengembangan ternak sapi,” tegasnya.

Fakultas Pertanian UGM, kata Jamhari, sebelumnya sudah memiliki pengalaman dalam pengembangan pertanian lahan pasir, karena mengembangkan pertanian lahan pasir di daerah pesisir pantai selatan Jawa sejak awal tahun 80-an. “Dengan pengalaman ini, kita ingin mendorong di daerah Merapi berkembang ekonomi pertaniannya. Tidak hanya di Sleman, kita juga menerapkannya di Klaten dan Magelang,” katanya.

Chang Liang Jen mengatakan Taiwan akan mendukung program kerjasama di bidang pertanian tersebut dengan menggandeng dua universitas di Taiwan untuk terlibat. Dua universitas tersebut adalah National Taiwan University dan National Pingtung University. “Keduanya sangat maju untuk bidang pertanian,” paparnya.

Rektor UGM, Pratikno, menyambut baik kerjasama pemberdayaan masyarakat petani di wilayah pedesaan. Diakui Rektor, saat ini Indonesia membutuhkan jumlah stok pangan yang tidak sedikit terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan terutama beras. Kendati area lahan pertanian yang semakin sempit akibat alih fungsi lahan, salah satu strategi yang sudah dirintis oleh UGM dengan beberapa pemerintah daerah seperti di Ngawi dan Bojonegoro adalah pengembangan area lahan hutan jati untuk ditanam padi gogo. “Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan dan tercapainya ketercukupan pangan,” katanya.

Sumber: PSLH UGM

read more
Sains

Abu Vulkanik Bisa Dibuat Batu Bata Ringan

Abu vulkanik erupsi gunung api yang berbahaya bagi kesehatan manusia, dapat dimanfaatkan sebagai pupuk, abu vulkanik juga bisa jadi bata ringan.

Ismail Hermana, salah satu penggagas batu bata ringan berbahan abu menuturkan, saat erupsi 2010, gunung Merapi mengeluarkan banyak material vulkanik. Mulai dari batu, abu maupun pasir. Material berupa batu dan pasir sudah banyak dimanfaatkan. Namun untuk abu yang berbentuk pasir halus, masih dianggap kurang berguna.

“Pak Gozali teman saya merasa penasaran, lalu melakukan penelitian selama satu tahun. Melihat kegunaan abu vulkanik gunung Merapi,” jelas Ismail Hermawan, salah satu pemilik usaha batu bata dari abu vulkanik saat ditemui di rumahnya di Gondang Pusung, Wukirsari, Cangkringan, Sleman, Senin (24/2/2014) petang.

Hermawan menuturkan, setelah lama melakukan penelitian, hasilnya abu vulkanik gunung api bisa digunakan untuk membuat bata ringan. Hanya, formulanya harus tepat agar bisa menghasilkan batu bata ringan yang kuat dan ringan.

“Di 2012 pak Gozali menemukan formulanya. Baru April 2013 saya dan pak Gozali membuat usaha ini,” katanya.

Selain abu vulkanik gunung api, bahan yang digunakan untuk membuat bata ringan antara lain pasir, gamping, semen, air dan busa foam (cairan pengembang).

Proses pembuatannya adalah pasir, abu vulkanik gunung api dan semen dicampur. Setelah menyatu, lalu tambahkan busa foam dan gamping, kemudian aduk kembali. Setelah bercampur, adonan itu kemudian dicetak.

Dalam sehari, produksi bata ringan berbahan abu vulkanik gunung api bisa mencapai 4-5 kubik. Satu kubik dijual seharga Rp 700.000.

Selama ini, bata ringan yang diberi label Merapicon ini dipasarkan di Jawa Tengah hingga Bogor. “Abu gunung Kelud juga bisa, asal halus. Selama ini kita masih memanfaatkan pasir halus gunung api,” katanya.

Sumber: NGI/Kompas.com

read more
Ragam

Jaga Keseimbangan Agar Terhindar dari Bencana

Tokoh agama asal India, Brahmarsi A, Sounderarajan Swamy, sarankan masyarakat Indonesia agar dapat terus menjaga keseimbangan kehidupan dengan alam. Semua dilakukan agar bangsa Indonesia dapat terhindar dari musibah bencana.

“Ketidakseimbangan alam juga karena kesalahan manusia dalam mengelola kehidupan yang berhubungan dengan alam,” kata Sounderarajan, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (18/2/2014).

Diungkapkan, berdasarkan pengamatan meditasi yang telah dilakukan, diketahui masyarakat Indonesia kurang menjalani kehidupan yang seimbang dengan alam. Akibatnya, seolah musibah bencana alam terus berdatangan silih berganti tiada henti.

Guru besar Hindu India itu mencontohkan, peristiwa bencana seperti banjir di Jakarta atau Manado. Serta beberapa kota lainnya di Indonesia disebabkan pemerintah yang tidak mampu mengelola tata ruang kota dan kegiatan tebang pohon tanpa izin.

Dijelaskan, Indonesia saat ini membutuhkan seorang pemimpin yang peduli terhadap pelestarian alam lingkungan. Menurutnya, kegiatan meditasi yang dilakukan tidak hanya terpaku dilakukan penganut Hindu. Namun kerap diikuti umat agama lainnya untuk meningkatkan konsentrasi dan kesadaran spiritual yang dikombinasikan dengan gerakan yoga.

Tidak hanya masyarakat di Indonesia, Souderarajan yang datang ke Indonesia dalam rangka menjalani kegiatan keagamaan, juga mengingatkan umat manusia dan pemimpin di dunia agar tetap menjaga keseimbangan dan mengelola alam.

Sumber: beritasatu

read more