close

pencemaran

Green Style

Mengerikan, Seperempat Kematian Global Akibat Polusi

Hampir satu dari empat total kematian global tahunan, berkaitan dengan lingkungan, menurut pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 15 Maret 2016 lalu. Laporan tersebut menyatakan bahwa 12,6 juta kematian setiap tahunnya merupakan konsekuensi dari tinggal atau bekerja di lingkungan yang tidak sehat.

Menurut WHO, faktor risiko lingkungan seperti udara, air, dan polusi tanah, paparan bahan kimia, perubahan iklim, dan radiasi ultraviolet, berkontribusi terhadap lebih dari 100 penyakit dan cedera.

Penyakit non-menular seperti penyakit jantung dan kanker yang berhubungan dengan paparan polusi, bertanggungjawab terhadap 8,2 juta kematian di seluruh dunia setiap tahun, hampir dua pertiga dari total kematian.

Laporan itu juga mengatakan bahwa penyakit seperti infeksi malaria dan diare, yang terkait dengan kualitas air yang buruk, sanitasi dan pengelolaan limbah, terus menurun, meskipun mereka masih menghasilkan satu sepertiga dari total korban.

WHO mengungkapkan bahwa akses terhadap air, sanitasi, imunisasi, kelambu yang bebas insektisida, dan obat-obatan esensial adalah alasan mengapa jenis penyakit ini telah menurun.

Stroke adalah penyebab nomor satu kematian terkait polusi lingkungan, yang telah “membunuh” 2,5 juta orang setiap tahunnya. Penyebab lain yang mengakibatkan kematian adalah penyakit jantung iskemik, insiden kecelakaan lalu lintas yang berakibat kematian, kanker, penyakit pernapasan kronis, penyakit diare, dan infeksi saluran pernapasan.

“Ada kebutuhan mendesak untuk investasi dalam strategi untuk mengurangi risiko lingkungan di perkotaan, rumah, dan tempat kerja kita,” ujar Dr. Maria Neira, Direktur Departemen Kesehatan Masyarakat, Lingkungan, dan Penentu Kesehatan Sosial di WHO.

“Investasi tersebut dapat secara signifikan mengurangi beban di seluruh dunia terhadap peningkatan penyakit jantung dan pernapasan, luka, serta kanker. Selain itu juga menghasilkan penghematan langsung dalam biaya kesehatan,” lanjutnya.

Dunia Timur telah menyaksikan banyak kematian terkait lingkungan, khususnya di Asia dan Afrika. Laporan menunjukkan bahwa terdapat 3,8 juta kematian setiap tahunnya di Asia Tenggara, diikuti oleh 3,5 juta orang di kawasan Pasifi k Barat, dan 2,2 juta orang di Afrika. Kawasan Eropa melaporkan 1,4 juta kematian akibat pencemaran lingkungan setiap tahun, dan 854.000 orang di Mediterania Timur.

Sementara di Amerika, WHO memperkirakan dampak terendah, dengan 847.000 kematian setiap tahunnya. Anak balita dan orangtua usia 50 sampai 75 tahun adalah yang paling terpengaruh.

“Lingkungan yang sehat mendasari populasi yang sehat,” kata Direktur Jenderal WHO, Dr. Margaret Chan.

“Jika negara tidak mengambil tindakan untuk membuat lingkungan dimana orang hidup dan bekerja secara sehat, jutaan orang akan terus menjadi sakit dan mati dalam usia muda,” tambahnya.

WHO mengatakan dalam laporan itu bahwa pada Majelis Kesehatan Dunia pada Mei 2016 ini, mereka akan mengusulkan pemetaan secara menyeluruh guna meningkatkan respon global terhadap sector kesehatan untuk mengurangi efek dari polusiudara. ()

Sumber: Epochtimes/Osc/Yant

read more
Green Style

Bisa Jadi Polusi Udara Penyebab Penyakit Anda

Secara alami tubuh memang terdiri atas beberapa bagian yang berfungsi melindungi paru-paru dari berbagai benda asing, seperti debu atau sejenis kotoran lainnya yang ditularkan melalui udara. Namun, jika debu, kotoran, atau zat-zat racun yang tersebar di udara dalam jumlah yang tidak terkontrol, dapat mengancam jaringan paru-paru sekaligus melemahkan pertahanan tubuh, terutama di kota-kota besar.

Polusi udara bisa memicu berbagai penyakit berbahaya yang menyerang paru-paru. Udara yang kotor juga bisa melemahkan pertahanan tubuh.

“Partikel debu yang dihasilkan dari pencemaran udara memiliki dampak terhadap kesehatan. Pencemaran udara dapat menimbulkan berbagai penyakit saluran pernapasan,” kata Dr Budi Haryanto SKM MSPH MSc, seorang peneliti perubahan iklim dan kesehatan lingkungan Universitas Indonesia, sekaligus tergabung dalam Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sebanyak lima kota besar di Indonesia, di antaranya Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, dan Makassar, dalam hasil pemantauan polusi udara 1.082 kota di 91 negara. Angka polusi tersebut disusun berdasarkan laporan tahunan kadar partikel udara dalam udara yang disebut PM10. Eksposur pencemaran udara tersebut bisa menurunkan tingkat produktivitas dan kesehatan, termasuk kesehatan saluran pernapasan masyarakat yang tinggal di kota-kota besar.

“Salah satu dampak gangguan pernapasan yang muncul adalah rhinitis allergic, sebuah diagnosis yang memiliki asosiasi dengan gejala-gejala yang berhubungan dengan saluran pernapasan,” ujar dr Tina Suksmasari, Medical Manager Bayer Consumer Care.

Selain rhinitis allergic,Tina menambahkan, polusi udara juga dapat menyebabkan flu, asma, bahkan memicu timbulnya sinus yang dapat membuat hidung tersumbat. Selain itu, polusi juga dapat memperburuk penyakit paru-paru seperti asma, bronkitis, dan emfisema.

Adapun sumber polusi yang turut menjadi pemicu gangguan saluran pernapasan, di antaranya asap dari knalpot alat transportasi, pembakaran, bahan bakar, limbah dari proses industri, sampah padat, metode penghancuran limbah dengan incinerator, atau bahkan kombinasi dari beberapa elemen tersebut.

Sumber-sumber polusi tersebut menjadi berbahaya karena adanya zat-zat beracun, seperti karbonmonoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2), ozon (O3), timbal (pb), dan logam lainnya, particulate matter (pm10, pm2.5, tsp), volatile organic compounds (voc), semi-volatile senyawa organik (svocs), herbisida, dan pestisida. Lebih jauh Dr Budi Haryanto menjelaskan, jika zat-zat beracun tersebut diabaikan, dampaknya bagi kesehatan sangat signifikan.

Berbagai penyakit akan menyerang tubuh, seperti infeksi saluran napas bawah akut (pneumonia), alergi, bronkitis kronis, dan penyakit paru obstruktif kronik, kanker paru, asma, otitis media, dan ISPA (peringkat 1 dari 10 penyakit terbanyak di Indonesia), atau bahkan tuberkulosis (TBC). Berdasarkan data statistik, pada 2010 sekitar 57,8% dari populasi Jakarta telah menderita berbagai macam penyakit yang disebabkan polusi udara.

BPS mencatat, jumlah kasus penderita bronchopneumoniasebanyak 1.210.581 jiwa (12,6%), bronchopneumonia153.724 jiwa (1.6%), ARI 2.449.986 jiwa (25,5%), pneumonia 336.273 jiwa (3,5%), (COPD) 153.724 jiwa (1,6%), dan penderita penyakit coronary artery 1.246.130 jiwa (13,0%). Dampak negatif efek polusi tersebut tentunya akan mengancam masyarakat dalam melakukan aktivitas sehari-hari, terutama bagi masyarakat urban, yang memiliki tingkat produktivitas serta dinamika yang tinggi.

Hal ini turut dirasakan oleh penyanyi Teza Sumendra. Sebagai seorang musisi yang mengandalkan suara sebagai mata pencaharian, dia sempat khawatir atas kondisi udara Jakarta yang memang sangat terpapar polusi. “Saya khawatir, polusi udara membuat saya jadi rentan terhadap masalah saluran pernapasan, khususnya gangguan hidung yang dapat mengganggu performa suara saya,” ungkap pelantun I Want You, Love ini.

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi dampak buruk polusi udara, di antaranya dengan mengurangi jumlah kendaraan umum pribadi. Jangan lupa untuk melakukan perawatan rutin jika memiliki kendaraan bermotor. Hal ini dilakukan untuk menjaga kondisi agar tetap baik dan dapat mengurangi konsumsi bahan bakar. Bila memungkinkan, gunakan kendaraan umum untuk mengurangi jumlah kendaraan pribadi yang memadati jalan.

Selain itu, lakukan penghematan energi dan daur ulang untuk membantu pengurangan limbah yang dapat memicu polusi udara. Jangan lupa selalu membawa tas jinjing untuk meminimalkan penggunaan kantong plastik saat berbelanja. Untuk menghindari paparan polusi udara langsung, menggunakan masker pelindung mulut dan hidung.[]

Sumber: koran-sindo.com

read more
Kebijakan Lingkungan

Benarkah Perusahaan Rugi Jika Memasukan Biaya Lingkungan?

Mungkin Anda tak percaya fakta ini setelah banyak melihat perusahaan berusaha keras memoles citra mereka dan menampilkan diri sebagai progresif dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. Ini mereka lakukan walaupun mereka telah mengubah daratan menjadi gurun dan lautan menjadi zona mati. Sayangnya, seperti tokoh terkenal Mark Twain pernah berkata, “Lebih mudah membodohi orang daripada meyakinkan mereka bahwa mereka telah tertipu “.

Dengan sistem sekarang ini, memungkinkan hampir setiap perusahaan untuk mengeksternalisasi biaya baik lingkungan dan sosial. Pada artikel ini, kita bahkan tidak membahas biaya sosial. Perumpamaan biaya eksternalisasi adalah seperti membuat orang lain membayar sebagian atau seluruh biaya Anda. Misalnya, perusahaan BP mengeksternalisasi biaya lingkungan ketika bencana Deepwater Horizon dengan mengambil semua keuntungan tetapi membuat pemerintah membayar upaya perbaikan secara buruk dalam menghentikan krisis lingkungan tersebut.

Trucost atas nama Program The Economics of Ecosystems and Biodiversity (TEEB) yang disponsori oleh Program Lingkungan PBB telah mengeluarkan sebuah laporan. Laporan ini merupakan hasil penelitian bagaimana uang yang diperoleh oleh industri-industri terbesar di planet ini, dan kemudian membandingkan pengeluaran mereka dengan 100 jenis biaya lingkungan. Untuk membuatnya lebih mudah, Trucost memperkecil 100 kategori ini menjadi 6 kategori saja: penggunaan air, penggunaan lahan, emisi gas rumah kaca, polusi limbah, polusi tanah, dan polusi air.

Laporan ini membeberkan fakta bahwa dengan memasukan biaya-biaya eksternal dalam perusahaan, pada dasarnya tak membuat industri itu benar-benar mendapat laba. Industri-industri pencetak laba besar seperti industri minyak, daging, tembakau, pertambangan, elektronik, telah membayar demi masa depan dengan melakukan perdagangan berkelanjutan untuk kepentingan bersama. Faktanya, kadang-kadang biaya lingkungan jauh melebihi pendapatan, yang berarti bahwa industri ini akan merugi jika mereka membayar kerusakan ekologis (eksternalitas) yang ditimbulkan.
tabel teratas

Sebagai contoh, dalam hal penggunaan lahan dan air malah hampir tidak ada perusahaan yang benar-benar membayar setara dengan apa yang mereka ambil dari ekosistem. Misalnya saja perusahaan raksasa Nestle yang menyedot air dalam tanah tanpa batas sehingga menyebabkan kekeringan di California tapi membayar eksternalitas dengan harga yang murah.  Kemudian Nestle menjual produk yang telah diolah dengan air tanah tersebut kembali ke masyarakat yang terkena dampak kekeringan dan mendapat keuntungan sekitar  $ 4 miliar per tahun (berdasarkan data 2012).

Bahkan fakta yang lebih menakutkan dalam semua ini adalah bahwa biaya tidak langsung dari industri “hilir” sebenarnya lebih besar. Berikut adalah 5 sektor teratas dengan biaya sangat besar.
5 sektor trbesar

Industri daging dan batubara mungkin adalah pelanggar terbesar. Jika Anda melihat tabel 2 di atas, Anda dapat melihat bahwa peternakan di Amerika Selatan menimbulkan biaya lingkungan yang lebih tinggi 18 kali dari semua pendapatan yang hasilkan. Fakta yang tak kurang mengejutkan adalah sekitar 91% kerusakan hutan hujan Amazon didorong oleh pengembangan sektor peternakan.

Berapa banyak uang perusahaan harus dikeluarkan,  jika mereka benar-benar  memperbaiki kerusakan lingkungan atau membayar untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan?  Jadi, sangat jelas bahwa sistem saat ini sangat koruptif/lemah.

Apa yang dapat kita lakukan terhadap hal itu? Yah, kita harus meminta perusahaan berhenti berpura-pura “bertanggung jawab terhadap lingkungan” ketika mereka berperilaku lebih buruk daripada anak nakal yang pernah anda temui. Bayangkan jika seseorang datang dan menghancurkan dapur anda untuk membuatkan anda sepotong roti dengan mentega, kemudian meminta uang untuk roti tersebut? Bukankah ini omong kosong dan konyol jika ia mengatakan bahwa ia adalah juru masak yang bertanggung jawab.

Stop omong kosong ini, kita perlu mencari dan mendukung solusi yang sebenarnya. Kita harus bersedia untuk memboikot dan melakukan kampanye melawan produk “murah” yang sebenanya “mahal” karena merusak lingkungan,  serta menekan pemerintah untuk mengubah peraturan. Apakah kita harus mengharapkan perusahaan untuk berubah jika tidak konsumen atau pemerintah yang memaksa mereka?

Sumber: www.exposingtruth.com

read more
Energi

Perubahan Energi Munculkan Bahaya Limbah

Dalam memenuhi kebutuhannya manusia memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia. Semakin banyak jumlah manusia yang ada maka semakin banyak pula sumberdaya alam yang digali, diolah dan dijadikan berbagai produk yang siap digunakan dalam memenuhi kebutuhan manusia, baik kebutuhan pokok atau primer maupun sekunder bahkan tersier.

Dalam proses pengambilan, pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya alam, terdapat sisa yang tidak digunakan lagi. Sisa tersebut dibuang kerena tidak dibutuhkan lagi. Sisa dari proses inilah yang kemudian biasanya kita sebut dengan limbah, dimana kemudian limbah ini yang mencemari lingkungan baik pada perairan, udara dan daratan sehingga lama kelamaan merusak lingkungan.

Kerusakan lingkungan akibat pencemaan telah terjadi dimana-mana yang berdampak pada penurunan kemampuan lingkungan untuk memenuhi semua kebutuhan manusia. Bahkan, pencemaran dan kerusakan lingkungan menimbulkan berbagai dampak buruk bagi manusia seperti munculnya bermacam penyakit dan bencana alam.

Manusia untuk memenuhi kebutuhannya melakukan berbagai kegiatan baik untuk memenuhi sandang, pangan dan papan yang merupakan kebutuhan pokok tetapi juga, kebutuhan sekunder dan tersier seperti kendaraan bermotor, alat-alat pertanian, alat-alat rumah tangga dan lain-lain. Berbagai kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pada akhirnya menghasilkan yang namanya sisa berupa sampah atau limbah yang dibuang ke lingkungan.

Hal ini pada dasarnya terjadi karena setiap aktivitas manusia adalah sebuah proses pengubahan zat atau energy dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Setiap proses tersebut tidak dapat sepenuhnya diubah, melaikan selalu ada sisa atau disebut entropy yang kemudian menjadi sampah atau limbah yang masuk atau dimasukan ke lingkungan.

Salah satu contoh sederhana dari entropy adalah saat kita makan dan terjadi proses perubahan energy saat itu. Tidak semua makanan dapat diubah menjadi energi seluruhnya pasti akan ada sisa dalam bentuk kotoran atau tinja.

Begitulah dengan kegiatan industri, tidak semua bahan mentah diubah menjadi produk industri yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari, melainkan akan ada sisa yang kemudian menjadi sampah atau limbah dan jika tidak diolah dengan baik maka limbah tersebut dapat menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan.

Salah satu sumber pencemaran lingkungan adalah kegiatan rumah tangga dan perorangan mulai dari kegiatan memasak, mencuci, dan buang air. Selain itu , dalam rumah tangga juga terdapat kegiatan konsumsi, baik bahan organik maupun anorganik yang sisanya dibuang ke lingkungan.

Kegiatan-kegiatan tersebut menghasilkan limbah baik berbentuk padat maupun cair baik organik maupun anorganik. Untuk limbah yang organik berasal dari sisa sayuran dan makanan lainnya mundah untuk hancur dan juga bisa dimanfaatkan sebagia bahan kompos tetapi, anorganik sulit hancur meski sudah ditimbun. Kegiatan rumah tangga juga menghasilkan limbah dari kegiatan mencuci berupa sabun dan diterjen serta bahan pemberih lainnya ( misalnya pembersih lantai).

Deterjen yang dibuang ke lingkungan akan menggangu kehidupan yang ada di perairan baik itu sungai , danau, ataupun kolam. Dimana larutan sabun akan menaikan pH atau keasaman air, sehingga dapat menganggu kehidupan organisme air. Kegiatan rumah tangga yang lain adalah berupa buang air besar atau tinja . kotoran manusia ini dapat mencemari air sungai dan air tanah dengan berkembangnya bakteri koli yang dapat menyebabkan penyakit diare.

Semoga setelah membaca bacaan ini diharapkan kita sadar akan pentingnya menjaga lingkungan dan berupaya mencegah kerusakan lingkungan.

read more
Kebijakan Lingkungan

Danau Erie yang Hancur Akibat Pencemaran

Danau Erie merupakan danau terbesar keempat dari lima danau terbaik dan populer di Amerika Utara. Dengan luas permukaannya, danau ini menjadi yang terbesar ke-11 di dunia.

Seperti yang dilansir dari Amusingplanet, selain untuk sumber kehidupan penduduk setempat, danau ini merupakan tujuan favorit wisatawan lokal. Bukan hanya itu, air dari danau ini sering dimanfaatkan manufaktur bagi keperluan mereka. Serta dari danau ini, mengalirlah listrik tenaga air ke Kanada dan Amerika Serikat.

Sayang, keindahan danau ini harus dilunturkan oleh pencemaran lingkungan yang terjadi selama puluhan tahun lalu. Tak hanya itu, isu penangkapan ikan secara berlebihan pun mulai ramai, serta kematian ganggang akibat polusi membuat danau ini berubah menjadi serbahijau karena limbah.

Ganggang hidup biasanya akan mengambang di permukaan air, serta dapat berkembang biak secara cepat. Ketika mati, mereka akan tenggelam ke dasar danau, di mana mereka akan membusuk dan menyerap oksigen yang ada dalam air dan menciptakan zona mati dan semua hewan akhirnya tidak dapat bertahan hidup. Pada 2011, ratusan ikan mati di danau ini akibat pencemaran tersebut.

Akibatnya, muncul pula ganggang beracun yang dapat mematikan semua hewan yang ada di danau. Bahkan, seekor anjing akan mati jika berenang dalam air dengan populasi gangang Microcystis aeruginosa tersebut. Kini, Erie tak lebih dari sebuah danau biasa yang sudah tercemar. Bahkan, danau ini mulai ditinggalkan wisatawan sejak danau mulai tak aman.[]

read more
Ragam

Tabrakan Kapal Sebabkan Minyak Cemari Terusan Houston

Satu kapal dan satu tongkang yang berisi hampir satu juta galon bahan bakar bertabrakkan dan mengakibatkan tumpahan minyak di Terusan Kapal Houston di Negara Bagian Texas, Amerika Serikat (AS), demikian keterangan pihak penjaga pantai setempat.

Peristiwa itu terjadi pada Sabtu sore (22/3/2014) di Terusan Kapal Houston di Teksas Selatan, dan tongkang berisi 924.000 galon bahan bakar bertabrakkan dengan kapal dagang sepanjang 178 meter.

Operator tongkang itu mengaktifkan rencana tanggap darurat yang menyelamatkan semua anak buah kapal (ABK)-nya yang berjumlahj enam orang, dan semuanta berada dalam kondisi stabil, kata pihak berwenang.

Tumpahan minyak telah dilaporkan di perairan tersebut, tapi jumlah minyak yang bocor tidak diketahui pada saat ini.

Pihak berwenang menyatakan, tongkang tersebut sedang dalam pelayaran dari Kota Texas ke Bolivar saat tabrakan terjadi, dan tongkang itu ahirnya tenggelam di terusan.

Lalu lintas laut di terusan yang paling berpengaruh di Houston Ship Channel itu telah dihentikan untuk sementara, dan hingga Sabtu malam belum diketahui sampai kapan akan dibuka lagi.

Pemilik tongkang dilaporkan mengusahakan reakti terpadu dengan pihak penjaga pantai AS dan Texas General Land Office di lokasi kecelakaan.

Peristiwa itu tercatat sebagai tabrakan kedua di Houston Ship Channel dalam waktu sekira satu pekan. Pada 14 Maret 2014 ada satu kapal barang yang membawa gandum bertabrakkan dengan tongkang yang membawa 840.000 galon bahan bakar di terusan tersebut, namun tidak mengakibatkan tumpahan minyak. []

Sumber: antaranews.com

read more
Sains

Daya Dukung Lingkungan Bali Semakin Merosot

Ratusan pesawat berbadan lebar mendarat di Bandara Ngurah Rai, Bali setiap harinya membawa puluhan ribu penumpang untuk berliburan di daerah tujuan wisata Pulau Dewata.

Kondisi itu jelas membawa dampak positif terhadap pembangunan dan ekonomi Bali, sekaligus mengangkat taraf hidup masyarakat setempat, namun pada sisi lain menimbulkan beban lingkungan semakin berat di Bali, akibat tidak terkendalinya pembangunan sarana dan akomodasi wisata.

Hal itu sebagai dampak dari makin pesatnya perkembangan pariwisata di Pulau Dewata tutur Direktur Program Doktor Ilmu Agama Pascasarjana Institut Hindu Dharma Indonesia Neger (IHDN) Denpasar Dr I Ketut Sumadi.

Bali yang menarik perhatian wisatawan menyebabkan padatnya pendatang seiring dengan berbagai ajang pertemuan tingkat nasional dan internasional yang digelar di Pulau Dewata itu.

Masalahnya sekarang, bagaimana dan siapa yang paling berkontribusi meneruskan cita-cita dan spirit perilaku bersahabat dengan alam seperti yang diwariskan para leluhur orang Bali.

Dulu, perilaku leluhur orang Bali dalam konteks kearifan lokal tanpa kehilangan jati diri selalu mempertimbangkan dan aturan yang bersifat religius dalam tindak-tanduknya sehari-hari, baik terhadap lingkungan alam, sesama, maupun sikap mereka meyakini adanya kekuatan Tuhan.

Bali mengembangkan pariwisata budaya melalui Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 1991 tentang Pariwisata Budaya dan Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

Dalam peraturan dan Undang-Undang tersebut dengan jelas mengisyaratkan bahwa pariwisata budaya adalah jenis kepariwisataan yang dalam perkembangan dan pengembangannya memanfaatkan kebudayaan daerah sebagai bagian dari kebudayaan nasional.

Potensi dasar yang dominan itu di dalamnya tersirat suatu cita-cita akan adanya hubungan timbal balik antara pariwisata dan kebudayaan sehingga keduanya meningkat secara serasi, selaras, dan seimbang.

Demikian juga Guru Besar Universitas Udayana Prof Dr I Wayan Windia menyoroti kehancuran organisasi pengairan tradisional bidang pertanian (subak) di Bali akan berpengaruh terhadap seluruh aspek kehidupan masyarakat Pulau Dewata.

Kehancuran subak akibat alih fungsi lahan maupun tersumbatnya air irigasi untuk kepentingan di luar sektor pertanian sejak lama telah menjadi wacana, namun tidak pernah mendapat penanganan secara tuntas.

Jika subak hancur, maka kebudayaan yang diwarisi masyarakat Bali secara turun temurun yang kini menjadi salah satu daya tarik wisata juga akan ikut hancur, sekaligus semua sektor ekonomi akan hancur karena satu sama lain saling terkait.

Semua sektor ekonomi dilandasi oleh kebudayaan setempat, khususnya sektor pariwisata, namun kenyataannya justru sektor pariwisatalah yang menghancurkan sawah, pertanian dan subak.

Sektor pariwisata telah menjadi kanibalis bagi sektor pertanian, sebagai akibat sektor pariwisata dikembangkan di luar batas-batas kemampuan Pulau Bali untuk menampungnya.

Lebihi batas ideal
Windia mengingatkan pejabat yang mengambil kebijakan untuk lebih memperhatikan hal itu, karena pada tahun 1985 telah disepakti, berdasarkan penelitian Sceto bahwa Bali hanya siap menampung 24.000 kamar hotel bertaraf internasional.

Namun kenyataannya sekarang, jumlah kamar hotel internasional di Bali telah mencapai 80.000 kamar, tiga kali lipat dari ketentuan batas ideal.

Kenapa pemerintah belum juga melakukan moratorium pembangunan hotel. Tentu saja karena alasan ekonomi, pajak asli daerah (PAD), dan besaran APBD.

Kedua komponen itu sangat sering menjadi kebanggaan para pejabat, namun tidak dirasakan yang akhirnya menyebabkan runtuhnya kebudayaan Bali, padahal Kebudayaan Bali itu justru merupakan landasan bagi semua sektor kehidupan.

Deputi Direktur Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, Suarpika Bimantoro dalam laporan kajian ekonomi regional Bali menjelaskan, penerimaan visa kunjungan (Visa on Arrival/VoA) dari wisatawan mancanegara yang ke Bali selama 2013 hingga September mencapai 36,6 juta dolar AS atau rata-rata 4,1 juta dolar per bulan.

Penerimaan sektor pariwisata itu selama triwulan III-2013 menghasilkan yang tertinggi yakni 18,7 juta dolar AS. Penghasilan yang dipungut dari turis asing yang baru menginjakkan kakinya di pintu masuk Bali itu naik 15,14 persen dari periode sama sebelumnya hanya 14,97 juta dolar.

Penerimaan visa kunjungan dari orang asing yang berpelesiran ke Pulau Dewata itu cukup bagus jika dibandingkan kondisi ekonomi internasional yang ada.

Penerimaan dari sektor pariwisata sebanyak 18,7 juta dolar itu pada periode triwulan III-2013 dibayarkan oleh sekitar dua juta orang yang wajib membayar VoA saat menginjakkan kakinya di Bali, sebab tidak semua wisatawan mancanegara yang datang ke daerah ini membayar VOA.

Sedangkan pada triwulan II-2013 penerimaan hanya 14,97 juta dolar yang diterima dari 720.114 orang, ini artinya penerimaan VOA maupun jumlah pelancong yang datang ke Bali bertambah banyak, sejalan dengan pertumbuhan pariwisata dunia.

Besarnya penerimaan dari turis asing yang melakukan perjalanan wisata ke Bali, tentu mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat yang selama ini masih mengandalkan dari sektor pariwisata, industri kecil dan pertanian.

Netralisir pencemaran
Dr Ketut Sumadi menjelaskan umat Hindu dalam menetralisir pencemaran (keletehan) dari ratusan pesawat udara yang melintasi Bali setiap harinya secara rutin menggelar ritual “bhuta yadnya” (caru).

Pesawat terbang yang melintas di udara Pulau Dewata melewati pura dan tempat-tempat suci lainnya dalam keyakinan orang Bali dirasakan menimbulkan keletehan (pencemaran) terhadap tempat suci.

Untuk menetralisir dampak pencemaran itulah, orang Bali rutin menggelar ritual “bhuta yadnya” sebagai tahap awal dalam setiap prosesi ritual piodalan (perayaan hari suci keagamaan) di lingkungan rumah tangga, pura (tempat suci) setiap enam bulan sekali dan di tempat-tempat tertentu secara berkala.

Menurut Sumadi semua ritual itu memerlukan biaya yang besar dan sekarang menjadi beban berat hidup orang Bali di tengah berkembangnya pariwisata dan meningkatnya volume lalu-lintas penerbangan di atas Pulau Bali.

Pemerintah, khususnya pengelola Bandara Ngurah Rai semestinya tidak ragu-ragu meningkatkan kontribusinya kepada penduduk lokal Bali yang untuk melaksanakan aktivitas religius demi menjaga keamanan dan kenyamanan semua orang yang tinggal di Pulau Dewata.

Pendapatan dari bandara itu hendaknya sebagian bisa disisihkan yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan menjaga kearifan lokal Bali, termasuk mendukung kegiatan-kegiatan ritual.

Meskipun hingga kini tidak ada kontribusi dari Bandara Ngurah Rai maupun pihak hotel dan pengelola fasilitas pariwisata lainnya kepada penduduk lokal Bali, berkat berkembangnya pariwisata, aktivitas religius di Bali tampak semakin meriah.

Warga desa adat semakin sadar dan bergairah mengikuti setiap prosesi ritual, meski untuk itu banyak diantara mereka yang rela menjual tanah warisan leluhurnya.

Sikap kebersamaan dan penuh kegembiraan itulah merupakan sikap dewasa kaum beragama dalam iman dan amalnya, yang akhirnya berkembang menjadi masyarakat religius.

Kemeriahan dan kegairahan tersebut memang bukan merupakan hal yang bersifat hura-hura, namun sebagai wujud rasa bhakti (sujud dengan hati suci) krama desa kepada Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa.

Masyarakat setempat mempunyai keyakinan bahwa jika bhakti melaksanakan yadnya, maka Tuhan berkenan melimpahkan keselamatan dan kesejahteraan kepada masyarakat melalui industri pariwisata.

Dari persepsi “bhakti dan sweca” itulah tumbuh kesadaran krama desa adat dan pelaku industri pariwisata, khususnya di Kuta, untuk terus menjaga hubungan harmonis antara kegiatan religius dengan aktivitas kerja sehari-hari yang secara langsung atau tidak langsung saling memberi kontribusi.

Sikap religius itu juga terlihat dari perlakuan krama desa adat di Bali yang sangat menyayangi para wisatawan, terutama wisatawan asing yang sedang berwisata di Pulau Dewata.

Wisatawan diberi kebebasan untuk berinteraksi dan menyaksikan praktik-praktik kearifan lokal yang dilaksanakan oleh Desa Adat di Bali, tutur Ketut Sumadi.

Sumber: antaranews.com

read more
Ragam

Microbeads untuk Perawatan Kulit Berbahaya Bagi Lingkungan

Sampai baru-baru ini banyak orang tidak mengetahui apa itu microbeads. Apalagi mengetahui gunanya sebagai exfoliator alias scrub kulit. Microbeads terbuat dari butiran kecil plastik, ukurannya 5 mm atau lebih kecil lagi diameternya, diproduksi secara massal dalam produk perawatan kulit untuk mengupas sel-sel kulit mati tubuh.

Microbeads juga tergolong murah dan mereka bekerja dengan baik. Studi terbaru namun menemukan microbeads sebagai pencemar lingkungan.

Pekan lalu, New York mengajukan peraturan yang diberi nama Microbead-Free Water Act. Jika lulus, aturan ini akan melarang penggunaan microbeads. Lalu, adakah alternatif yang aman selain microbeads? Dokter kulit asal New York, dr Bobby Buka dan dr Debra Jaliman, memaparkannya.

Microbeads memiliki kemampuan untuk membersihkan wajah. Butiran kecil ini membantu membuang lapisan teratas kulit, menghilangkah kotoran dan minyak. Buka dan Jaliman mengatakan, microbeads membantu menghapus riasan. Sekaligus membuang racun yang menempel di kulit.

Banyak orang yang juga sesungguhnya tak sadar kalau microbeads terdapat dalam produk perawatan kulit mereka. Karena tergolong murah untuk diproduksi, perusahaan menyukai penggunaan microbeads.

Meski microbeads mencemari lingkungan, ia aman bagi kulit. Terbuat dari plastik microbeads tidak memiliki reaksi kimia ke kulit. Tidak ada alasan kesehatan yang perlu dikhawatirkan dari penggunaan microbeads.

Larangan penggunaan microbeads tapi tak perlu diresahkan. Kaum Hawa bisa tetap terawat kulitnya dengan alternatif alami. Beras, biji apricot, kulit kacang walnut, bambu, baru sebagian alternatif untuk membersihkan tubuh dan wajah. Sekaligus melakukan proses scrub terhadapnya.

‘’Malah, karena microbeads bundar di ujungnya, alternatif alami yang lebih bertekstur justru berfungsi lebih baik,’’ papar Jaliman.

Mengacu pada aturan tersebut sejumlah label perawatan kulit, seperti  Johnson & Johnson, Unilever, The Body Shop, L’Oreal, Colgate-Palmolive, dan beberapa perusahaan besar lainnya dikabarkan akan mulai menghilangkan penggunaan microbeads bertahap hingga 2015. Publik pun diharapkan akan memiliki lebih banyak pilihan.

Sumber: republika.co.id

read more
1 2 3
Page 1 of 3