close

plastik

Green Style

Selamatkan Lingkungan, Kurangi Kantong Plastik

Larangan penggunaan kantong plastik atau biasa dipopulerkan dengan “Plastik tak Asik”, menjadi salah satu aksi nyata kampanye “Earth Hour” 2014 yang diselenggarakan komunitas pecinta lingkungan Kota Makassar.

Komunitas pecinta lingkungan yang tergabung dalam Earth Hour Makassar kali ini dikaitkan dengan permasalahan sampah. Komunitas ini pun mengadakan aksi pengumpulan sampah sambil kampanye diet kantong plastik.

Koordinator kota Earth Hour Makassar, Muh Nur Assyddyq mengatakan, diet kantong plastik sebagai aksi nyata dari gaya hidup ramah lingkungan. Kampanye ini sebagai bagian dari hari peduli sampah nasional.

“Banjir yang selama ini terjadi dibeberapa kota besar disebabkan dampak dari pengelolaan sampah yang buruk. Aksi ini merupakan momentum yang tepat untuk peduli lingkungan,” ujar Assddyq, saat aksi peduli sampah di Anjungan pantai Loasari Makassar, Minggu,(2/2/2014).

Ia mengatakan, kampanye peduli sampah tersebut serentak dilakukan di seluruh Indonesia. Misi utamanya mengajak masyarakat melakukan perubahan yang mudah dan murah dengan mengurangi sampah plastik.

“Tahun ini, kampanye “Earth Hour” mengusung tema “Ini Aksiku! Mana Aksimu?” sebagai bentuk tantangan kepada publik terutama bagi yang belum mengenal kampanye tersebut agar termotivasi untuk ikut berpartisipasi juga,” tuturnya.

Koordinator Media Earth Hour Makassar, Vienza Beby menambahkan aksi peduli sampah ini diawali dengan pengumpulan sampah untuk mengetahui besaran potensi sampah plastik di lokasi Car Free Day (CFD) Loasari.

“Kami akan melakukan pemisahan sampah yang terdiri dari sampah daur ulang, kertas kering, dan sampah unrecycle. Hasilnya kami melakukan riset sampah untuk bisa mengetahui potensi samapah setiap hari,” ujar Vienza.

Vienza mengatakan, Komunitas EH ini telah melakukan beberapa aksi untuk mengajak publik Makassar agar peduli lingkungan.”Kami telah melakukan Piknik Hijau, dan Pete-pete Day dan berbagai aksi lainnya demi lingkungan,” tutupnya.

Sumber: fajar.co

read more
Sains

Kantong Ramah Lingkungan dari Singkong

Telah kita ketahui bahwa di balik kegunaan, kantong plastik merupakan ancaman bagi kelestarian alam apabila tidak dikelola dengan baik. Namun saat ini tersedia kantong yang ramah lingkungan. Seperti yang dilakukan PT Inter Aneka Lestari Kimia dengan membuat kantong ramah lingkungan berbahan dasar tepung singkong bernama Envi Plast.

“Envi Plast terbuat dari bahan organik yaitu singkong. Kantong ini merupakan produk ramah lingkungan dan merupakan terobosan terbaru di tengah maraknya isu pemanasan global dan kampanye ‘go green’, untuk itu produk ini akan terus dipasarkan, dan produk ini pertama kalinya ada dunia” jelas Direktur Utama PT Intan Aneka Lestari Herman Moeliana, di Jakarta beberapa waktu lalu.

Keunikan kantong ini, mudah larut dalam suhu air panas 80 derajat Celsius, saat terkena bahan panas seperti setrikaan akan mengeras kemudian rapuh sama seperti kertas dan ketika terbakar tidak meleleh, tetapi rapuh menjadi bubuk.

Envi Plast tidak menyebut kantong ini sebagai plastik. Tetapi, lebih kepada kantong ramah lingkungan dan tidak merusak alam. “Ini memang terlihat seperti plastik tapi ini bukan plastik,” tuturnya.

Kantong ini bisa tersebar di kalangan masyarakat luas. Agar mereka peduli dengan kondisi bumi yang kian hari kian buruk. “Saya berharap pemerintah dan masyarakat mau menggunakan jenis kantong ramah lingkungan. Ini untuk kemaslahatan bumi,” tuturnya.

Ia mengatakan harga kantong ini dua kali lipat dibandingkan plastik berbahan nafta dari minyak bumi. Harga tersebut sesuai dengan biaya yang dikeluarkan untuk membuat mesin dan bahan baku pembuatan kantongnya.

Oleh sebab itu, kantong ini didistribusikan ke beberapa company produk untuk disebarluaskan ke konsumen. Menariknya, dengan harga tersebut, perusahaan tidak meraup untung.  Ia memprediksi perusahaannya tidak mendapatkan keuntungan sampai tiga tahun ke depan.

“Kami ini malah nombok. Menjualkan produk ini, saya belum akan meraup keuntungan selama tiga tahun ke depan. Oleh karena itu, kami membutuhkan media untuk mengampanyekan produk ramah lingkungan ini,” jelasnya.

Telah kita ketahui, DKI Jakarta menghasilkan 6.800 ton per hari sekira 15% merupakan sampah jenis plastik yang tidak bisa terurai selama puluhan, bahkan ratusan tahun lamanya.

Produk ini pertama kali di manfaatkan pada SEA Games 2011 di Palembang, meskipun tergolong produk baru, envi plast sudah memperoleh dua penghargaan yaitu sebagai produk rintisan technology pada tahun 2012, dan dari LIPI untuk invation award pada tahun 2013 Dukung kampanye pengelolaan sampah Envi plast juga sebagai jalan keluar untuk mendukung kampanye pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pemerintahan DKI. Jakarta melalui Perda no. 3/2013 bagi pengelola pusat perbelanjaan yang tidak menggunakan kantong belanja ramah lingkungan akan di denda sebesar Rp.5juta-Rp.25juta.

“DKI jakarta sejak tahun 2013 telah mengeluarkan perda bagi pusat perbelanjaan yang tidak menggunakan kantong belanja ramah lingkungan akan didenda. Untuk itu envi plast merupakan solusi sebagai kantong ramah lingkungan,” ujar Herman.

Menurutnya, kantong tersebut tidak jauh berbeda dengan kantong biasa yang banyak dijual, hanya saja kantong tersebut memiliki kadar oxy adiktif lebih tinggi dari kantong biasa, maksudnya kantong tersebut memiliki zat untuk menguraikan plastik lebih cepat, meskipun demikian jika kantong tersebut tidak terkena sinar matahari tetap saja kantong tersebut butuh waktu lama untuk diuraikan.[]

Sumber: neraca.co.id

read more
Sains

Membuat Plastik dari Kulit Pisang

Mahasiswa Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia berhasil membuat plastik ramah lingkungan dari kulit pisang. Adalah Muhammad Yusuf Maulana, yang menjadi inovator dalam menambah nilai dari zat dalam kulit pisang sebagai bahan pembuat plastik ramah lingkungan.

Maulan telah menunjukkan ketertarikannya pada kulit pisang sejak duduk di bangku SMA. Dalam sebuah karya tulis, ia pernah menelit kulit pisang yang berkaitan dengan daya listrik. Karya tulis itu kemudian menghantarkannya menjadi juara dua di kota kelahirannya, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Berbekal pengetahuan tersebut, Yusuf kemudian meneliti lebih lanjut kandungan lain yang terdapat dalam kulit pisang. Dia lalu mengetahui zat amilopektin yang terdapat dalam kulit pisang. Hal tersebut dikaitkannya dengan permasalahan lingkungan, salah satunya adalah masalah plastik.

Ide ini terinspirasi dari pembuatan plastik dari singkong yang dilakukan oleh salah satu ilmuwan di Tangerang, Banten. Singkong masih satu keluarga dengan pisang. Plastik dari singkong tersebut saat ini telah dikomersialisasikan.

Menurut Yusuf, produk plastik yang dihasilkan dari kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk plastik botol air mineral. Lantaran bentuk akhirnya berupa gel, maka kulit pisang dapat juga dimanfaatkan menjadi styrofoam ramah lingkungan. Saat ini, Yusuf dan tim masih terus melakukan uji coba untuk mendapatkan formula terbaik untuk dapat menghasilkan sebuah plastik.

Adapun cara untuk mendapatkan sebuah plastik, adalah dengan mengeringkan kulit pisang terlebih dahulu. Setelah kulit pisang menjadi kering dan busuk, kulit pisang kemudian dipotong-potong kecil. Potongan kecil tersebut kemudian diolah dengan sedikit campuran kimia dan didiamkan selama satu hari.

Setelah satu hari zat amilopektin dari kulit pisang akan keluar. Dari setiap kali pengolahan, kata Yusuf, akan dihasilkan lebih kurang 20 persen zat amilopektin. Yusuf dan tim terus berusaha menggodok penelitiannya hingga mencapai purwarupa (prototype). “Saat ini belum prototype, prosesnya masih panjang. Sejauh ini kami baru tahap ekstraksi,” ungkapnya.

Perkembangan penelitian kulit pisang tersebut, menghantarkan Yusuf dan tim mendapat berbagai penghargaan. Emisi beracun di dalam proses produksi kantong plastik berkontribusi terhadap pemanasan global, hujan asam, dank abut asap. Sampah plastik juga berkontribusi terhadap pencemaran lingkungan lantaran sulit terurai.

Sumber: perubahaniklim.co

read more
Green Style

Upaya Mengurangi Jutaan Kantong Plastik

Sekitar 150 juta kantong plastik diperkirakan dapat dikurangi tahun lalu melalui kampanye diet kantong plastik, menurut Greeneration Indonesia. Organisasi yang didirikan Muhammad Bijaksana Junerosano ini- membentuk gerakan empat tahun lalu dengan melakukan kampanye di sejumlah kota besar di Indonesia.

Upaya mengurangi sampah plastik ini juga dilakukan dengan mendirikan unit usaha yang disebut bagGoes, tas belanja untuk mengganti kantong plastik.

Yadi Irawan, manajer tas BagGoes, mengatakan dalam empat tahun terakhir produksi tas ini terus meningkat.

Dan tahun lalu, kata Yadi, melalui sekitar 40 mitra usaha rumahan, sekitar 150 ribu unit tas yang terjual.

“Tas ini dapat digunakan minimal 1.000 kali, dan tahun 2013 produksi tas ini mencapai 150.000. Jadi tinggal dikalikan dan mengurangi sekitar 150 juta plastik atau kresek,” kata Yadi saat mengunjungi salah satu mitra binaan di Baleendah, Bandung selatan.

Jumlah sampah plastik di Indonesia mencapai sekitar 26.000 ton per hari, menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup.

Namun Yadi mengakui jangkauan yang mereka capai baru pada masyarakat kelas menengah ke atas melalui penjualan di ritel serta berbagai pesanan perusahaan dan instansi.

“Penggunaan kresek paling banyak di pasar-pasar dan selama tidak ada tekanan dan peraturan terhadap perusahaan-perusahaan yang memproduksi, upaya mengurangi penggunaan tas kresek akan sulit,” tambahnya.

Tahun ini, produksi tas yang dapat digunakan berulang kali ini direncanakan lebih dari 200.000, kata Yadi, termasuk melalui ritel dan pesanan berbagai perusahaan dan instansi.

Organiasi yang mempromosikan gaya hidup ramah lingkungan ini dibentuk Junerosano tahun 2005 atas keprihatinan masalah sampah serta dampaknya di Indonesia.

Greeneration menjadi wirausaha sosial tiga tahun setelah pembentukannya.

“Unit usaha tas bagGoes memiliki pengaruh sosial tinggi dengan mitra binaan 46 saat ini,” kata Junerosano yang biasa dipanggil Sano.

“Sejauh ini, kami rasa tingkat kesadaran dalam mengatasi masalah sampah plastik meningkat. Buktinya semakin banyak yang mendukung kampanye diet kantong plastik,” kata Junerosano.

“Dan buktinya lagi,, gerakan ini menjadi gerakan bersama lintas organisasi yang tergabung di Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik,” tambahnya.

Namun dalam penerapannya, Sano mengatakan banyak pihak yang harus dilibatkan termasuk pemerintah daerah dan berbagai instansi serta perusahaan-perusahaan.

Sumber: tempo.co

read more
Green Style

Mengapa Harus Minum dari Botol Baru?

Lebih dari 780 juta orang tidak memiliki akses terhadap air minum yang sehat, dua setengah kali jumlah penduduk Amerika Serikat. Lebih dari setengah penduduk Amerika minum air kemasan, namun hampir setiap rumah tangga AS memiliki akses ke air minum yang sehat.

Amerika Serikat adalah konsumen terbesar air kemasan. Ibu-ibu di toko-toko kelontong membeli untuk persediaan sehari-hari kotak makan siang anak-anak, mahasiswa membeli kemasan untuk menyimpan di bawah tempat tidur, dan ayah mengantre di pompa bensin untuk sebotol air merupakan contoh penggunaan air kemasan. Padahal bila bepergian di seluruh Amerika Serikat tidak ada yang meragukan keamanan air minum (tapping water).

Jadi apa yang salah dengan air mancur, dapur atau keran wastafel , atau menggunakan kembali botol air plastik dari koleksi di lemari ? Meskipun memiliki akses air bersih, AS masih merupakan konsumen terbesar dari botol air dengan lebih dari selusin merek air yang ditemudi di pasaran: Dasani , Aquafina , Poland Spring , Deer Park , Evian , dan Fiji .

Apakah masyarakat kita mendefinisikan standar sosial yang didasarkan pada merek air dibeli ? Apakah air yang dikirim dari jauh  seperti Fiji lebih baik daripada air dalam botol yang dibeli di Walmart ? Apakah kita menilai orang-orang yang minum air jenis tertentu?

Saya melihat orang minum dari apa yang saya sebut ” desainer ” merek air , terutama mereka yang melakukannya setiap hari . Saya juga melihat orang yang sama sekali berbeda yang membawa sekitar menggedor , berwarna , logam, bumper stickered botol air.

Kita tampaknya membuat pengelompokan sosial bagi rakyat semata-mata didasarkan pada apa yang digunakan secara terus menerus seperti orang yang memakai botol logam tua dibandingkan orang yang kita lihat olahraga dengan  botol air yang baru setiap hari.

Dengan harga rata-rata $ 1,75 per botol, saya lebih memilih botol air tua saya, yang tampaknya rusak dan kumuh dan saya akan mengisinya air dari kamar mandi atau wastafel dapur. Meskipun tidak ideal tampaknya, jauh lebih baik bagi saya daripada mencoba untuk cocok dengan botol air desainer terbaru .[]

Artikel ini ditulis oleh mahasiswa University of Delaware yang mengulas tentang kebiasaan penduduk Amerika Serikat.

Sumber: enn.com

read more
Green Style

Paramadina Gelar Kampanye Stop Gunakan Plastik

Universitas Paramadina menggelar gerakan untuk mengajak masyarakat menghentikan penggunaan plastik dalam aktivitas sehari-hari.

“Gerakan bertemakan Stop Plastic Now sejak Rabu (18/2/2013) dimulai dari lingkungan kampus, kemudian baru dilaksanakan di luar kawasan kampus,” kata Fariz Czaesariyan di Jakarta, Kamis.

Gerakan ini dengan cara menukarkan kantong plastik yang dipergunakan masyarakat/ mahasiswa ketika membeli barang (makanan, minuman, dan lain-lain) dengan kantong daur ulang, jelas Fariz yang juga didampingi Jody Ridwan selaku Wakil Ketua Panitia.

Fariz mengatakan, dalam melakukan aksi tukar “kantong” tersebut sekaligus dilakukan edukasi kepada masyarakat mengenai bahayanya menggunakan kantong plastik.

Fariz mengatakan, gerakan ini berangkat dari keprihatinan mahasiswa terhadap kondisi lingkungan di Provinsi DKI Jakarta banyak sekali ditemukan sampah plastik yang susah untuk hancur atau musnah secara alami.

Fariz mengatakan, melalui aksi ini nantinya kantong-kantong plastik yang terkumpul akan diserahkan kepada petugas kebersihan agar dapat dimusnahkan atau didaur ulang. Jody menambahkan, kegiatan ini murni berasal dari iuran mahasiswa ditambah donasi berupa kantong daur ulang dari universitas.

Jody mengungkapkan, kegiatan ini sudah dirancang dengan matang dan dipersiapkan sejak 2 bulan lalu, mulai dari membentuk panitia sebanyak 13 orang serta melibatkan 30 mahasiswa dalam pelaksanaan kegiatan.

Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina Nurhayani Saragih mengatakan, kegiatan ini merupakan bagian dari program studi komunikasi perusahaan (corporate communication).

Menurut Nurhayani, kampanye lingkungan ini diharapkan menjadi awal kegiatan selanjutnya yang melibatkan kalangan mahasiwa tentunya dengan wilayah kerja yang lebih luas lagi.

Nurhayani berharap melalui kampanye semacam ini diharapkan dapat membuka mata hati untuk peduli dan menyayangi lingkungan sekitar karena sudah banyak terjadi pencemaran dan terancamnya ekosistem.[]

Sumber: antaranews.com

read more
Sains

Desainer Ini Membuat Plastik dari Kumbang Mati

Mungkin suatu hari nanti kita akan makan dengan sendok dan cangkir dibuat dengan kerang kumbang mati? Desainer Belanda Aagje Hoekstra berharap begitu. Lulusan Utrecht School of Arts baru-baru memamerkan karyanya di Eindhoven Design Week Belanda yang terbuat dari kerang yang bersumber dari kumbang yang mati.

Hoekstra mengatakan bioplastik yang dibuatnya memberikan ” kehidupan kedua ” untuk produk dari tanah pertanian, mengubahnya menjadi bahan yang tahan air dan tahan panas hingga 200 derajat Celcius.

Di Belanda larva kumbang dibiakkan untuk industri makanan hewan tetapi mereka berubah menjadi kumbang. Setelah bertelur kumbang mati, sehingga peternakan serangga di Belanda menghasilkan 30 kilogram kumbang mati setiap minggu.

Untuk mengambil sisa kumbang, Hoekstra mengupas mereka hingga hanya tinggal kerang, yang terdiri dari polimer alami yang disebut kitin. Hoekstra mengubah kitin menjadi kitosan, yang terjadi pada tingkat molekuler. Kitosan kemudian dapat dirubah menjadi plastik dengan panas, dicetak dengan pola yang khas.

” Saya ingin menjaga struktur kumbang dalam plastik sehingga Anda tahu di mana mereka berasal,” kata Hoekstra.

Sejauh ini, Hoekstra telah menciptakan beberapa potongan perhiasan dengan bahan ini menarik  dan ini bukan satu-satunya contoh bioplastik dari serangga yang dapat dilihat. Mungkin ada sedikit faktor menjijikan di sini , tapi mengingat dampak positif yang ditimbulkan ini patut diapresiasi. Bioplastik serangga merupakan langkah cerdas pintar penggunaan kembali benda-benda terbuang.

Sumber: treehugger.com

read more
Sains

Mikroplastik Mencemari Ekosistem Perairan

Ini bukan berita baru bahwa plastik tidak bisa terurai. Namun hampir 50 persennya tidak pernah berakhir di tempat sampah. Parahnya, sekitar 80 persen sampah plastik di lautan kita berasal dari tanah. Plastik pasti menjadi bagian dari ekosistem kita dari atas ke bawah. Tentu saja, kita berpikir tentang lingkungan yang paling murni seperti yang di puncak gunung tertinggi. Air meresap ke hulu di puncak gunung turun melompat batu dan jatuh melalui hutan ke danau, akhirnya muncul ke sungai yang lebih besar dan akhirnya masuk ke lautan. Sepanjang jalan pengaruh manusia mempengaruhi kemurnian air. Secara umum, air menjadi lebih tercemar dengan tiap tingkatan aliran tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa air tidak semurni seperti yang kita pikir ketika mulai mengalir.

Para peneliti baru-baru ini menemukan fakta terkait microplastics yang mengkhawatirkan di Danau Garda, sebuah danau sub alpine terletak di Pegunungan Adamello – Presanella, bagian dari Pegunungan Alpen Italia. Microplastics ditemukan di Danau Garda adalah kejutan.

Microplastics, potongan-potongan kecil plastik, biasanya kurang dari 5 milimeter ( 0,2 inci ), buatan manusia. Beberapa dari mereka terbentuk dari serpihan plastik besar di lingkungan. Jenis lain berasal dari serat sintetis dipecah dari pakaian, konsumen lainnya dan produk perawatan pribadi serta bahan bangunan.

Penelitian yang dipimpin oleh Christian Laforsch dari University of Bayreuth Jerman melakukan penelitian Danau Garda dan menemukan jumlah partikel microplastic dalam sampel sedimen di Danau Garda, serupa dengan yang ditemukan dalam studi sedimen pantai laut. Laforsch berkata, ” Keberadaan partikel microplastic dalam subalpine hulu menunjukkan relevansi yang lebih tinggi dari partikel plastik di perairan dataran rendah.

“Bahan kimia plastik bersifat karsinogen, endokrin – mengganggu atau beracun, ” kata Laforsch. ” Selain itu, polimer dapat menyerap racun polutan organik hidrofobik dan mengangkut senyawa berbahaya untuk habitat yang kurang tercemar. Sejalan dengan hal ini, sampah plastik dapat bertindak sebagai vektor untuk spesies asing dan penyakit. ”

Penelitian microplastic lainnya sedang dilakukan di Great Lakes. Sherri Mason, Associate Professor Kimia di Universitas Negeri New York ( SUNY ) mengukur kandungan microplastics di Great Lakes. Penelitian awal pada Lakes Superior, Huron dan Erie diselesaikan pada tahun 2012 . Sisa dua lagi, Danau Ontario dan Michigan akan selesai tahun ini. Jumlah tertinggi partikel microplastic sejauh ini ditemukan di Danau Erie di mana lebih dari 600.000 potongan per kilometer persegi yang ditemukan di bagian danau.

Karena microplastics tidak biodegradable, mereka bertahan di lingkungan selama bertahun-tahun. Ketika terperangkap dalam sedimen mereka akan bertahan selama beberapa dekade. Pembersihan polusi cenderung mahal dan sulit.

Semua ilmuwan prihatin bahwa microplastics dapat mengganggu kemampuan organisme untuk menyediakan makan, menyebabkan gangguan dalam jaring makanan akuatik . Selain itu, microplastics mungkin memainkan peran dalam transfer kontaminan kimia biota perairan yang mempengaruhi kondisi lautan dan daerah aliran sungai di dunia.

Sumber: enn.com

read more
1 2 3
Page 2 of 3