close

ramah lingkungan

Sains

Samsung Galaxy Pakai Kemasan Ramah Lingkungan

Samsung berencana untuk menggunakan jenis kemasan ramah lingkungan untuk produk-produk seri Galaxy.

Pemakaian kemasan ramah lingkungan pada perangkat seri Galaxy ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan energi dan dukungan daur ulang, demikian tulis Samsung dalam blog resmi mereka.

Selain itu, raksasa teknologi Korea Selatan ini juga melanjutkan komitmen mereka untuk terus mengembangkan produk seri Galaxy yang komponennya ramah lingkungan.

Sebagai contoh, Galaxy S5 yang baru saja dirilis menggunakan kemasan berbahan 100% kertas daur ulang.

Galaxy S5 juga menggunakan case charger yang terbuat dari plastik dan tinta ramah lingkungan. []

Sumber: inilah.com

read more
Sains

Mobil Ramah Lingkungan VW Masuk Pasar Inggris

Mobil ramah lingkungan terbaru dari produsen mobil Volkswagen (VW), Golf GTE siap diperkenalkan minggu depan. Rencananya Golf GTE Hybrid bakal dipamerkan bersamaan dengan ajang Gadget Show Live di NEC Birmingham, Inggris.

Seperti dilansir newspress, Senin (7/4/2014) tampang dari VW Golf GTE hybrid bukan pertama kali diperkenalkan, tapi sebelumnya sudah pernah dipamerkan dalam ajang Geneva Motor Show.

Namun bisa dipastikan VW Golf GTE ini baru pertama kali diperkenalkan di Inggris. Dan di hadapan para pecinta Gadget di Inggris.

Golf GTE hybrid telah mengadopsi 2 mesin, jika digabungkan maka mobil ini pun mampu menyemburkan tenaga hingga 204 PS dan 350 Nm, dan bisa berlari hingga 580 mil. Namun jika dipecah mesin bensin 1.4 liter TSI Direct-Injection ini bisa berlari hingga 150 PS dan untuk motor listrik bisa berlari hingga 102 PS motor listrik.

Bicara soal akselerasi, jika kedua mesin ini digabungkan bisa hanya butuh waktu 7,6 detik 0-100 km/jam dan bisa mencapai topspeed hingga 138 mil/jam. Dan jika hanya menggunakan mesin listrik mobil ramah lingkungan ini bisa berlari hingga 81 mil/jam. Dan emisi gas buang (CO2) yang dihasilkan bisa mencapai 35 g/km.

Sumber: detikoto.com

read more
Green Style

Cantiknya Artis Ini dengan Gaun Ramah Lingkungan

Malam Oscar 2014, penghargaan tertinggi insan perfilman Hollywood telah usai diselenggarakan, hamparan karpet merah pun telah kembali tergulung rapih. Namun, sejumlah kisah yang berkaitan dengan penampilan para pesohor yang hadir, masih banyak yang luput dari pemberitaan media. Salah satunya, cerita di balik gaun merah seorang aktris Ukraina!

Olga Kurlyenko tampil memikat dengan gaun panjang berwarna merah. Namun yang menarik, material gaun Olga tercipta dari garmen ramah lingkungan. Gaun tanpa lengan yang dirancang dengan mengedepankan konsep edgy ini, menghadirkan celah seksi di bagian dada, dan aksen lipit serupa kelopak bunga pada bahu. Dirancang oleh Suzy Amis Cameron, yang juga seorang aktivis lingkungan dan tergabung pada organisasi PETA.

“Saya mengaggumi kreativitas Suzy, setiap orang harus terus diingatkan bahwa kondisi bumi sudah sangat memprihatinkan. Saya melakukannya dengan cara mengenakan gaun ramah lingkungan. Kualitas keindahan gaun tetap terlihat cantik, intinya pada niat dan tujuan,” terang Olga.

Bukan hanya gaun, namun keseluruhan penampilan Olga saat itu juga terbuat dari material ramah lingkungan. Bahkan sepasang sepatu hitam beraksen metalik yang dirilis oleh Beyond Skin, terbuat dari tutup botol minuman bekas. Ternyata, seperti dikutip dari Female First, brand sepatu tersebut juga merupakan favorit aktris Natalie Portman dan Anne Hathaway.

Olga Kurlyenko lahir dan besar di Berdyansk, Ukraina, menjelang remaja, ia dan keluarga pindah untuk bermukim di Paris. Hingga akhirnya mereka memperoleh kewarganegaraan Perancis. Kali pertama publik mengenal Olga, lewat debut aktingnya sebagai Camille dalam film layar lebar James Bond, bertajuk Quantum of Solace.

Sumber: kompas.com

read more
Green Style

Pakar: Indonesia Belum Punya Gedung Ramah Lingkungan

Pesat dan agresifnya pembangunan properti di Indonesia, terutama kota-kota besar, membuat kesadaran tentang konstruksi berkelanjutan (sustainable construction) lebih dibutuhkan.

Pasalnya, dalam sebuah proses dan pengelolaan konstruksi, ada penggerusan sumber daya alam dalam jumlah besar, terutama bahan baku air, dan energi listrik. Hal ini terus berlangsung seiring bertambahnya jumlah proyek baru di semua lini, baik perkantoran, apartemen, hotel, kawasan industri, maupun infrastruktur.

Berdasarkan Outlook for Construction Output by Country in Emerging Markets yang dilansir Global Construction Perspective and Oxford Economics, Indonesia, bersama China dan India mengalami pertumbuhan sektor konstruksi lebih dari 6 persen selama satu dekade, 2010 hingga 2020. Bayangkan, betapa potensi penggerusan sumber daya alam bakal lebih banyak lagi.

Sayangnya, menurut Guru Besar Teknik Arsitektur Universitas Indonesia, Gunawan Tjahjono, pelaku industri konstruksi di Indonesia, termasuk penyedia jasa konstruksi dan pengembang, seringkali abai terhadap kaidah-kaidah dan prinsip konstruksi berkelanjutan.

“Saya tidak melihat proses dan pengelolaan konstruksi di Indonesia dilakukan dengan benar mengacu pada sustainable construction. Semua masih dilakukan dengan serampangan dan seenaknya,” ujar Gunawan usai keterangan pers Perkembangan Kompetisi Holcim Award Putaran ke-4 di Jakarta, Sabtu (1/3/2014).

Lebih lanjut Gunawan memaparkan, ketidakpedulian terhadap pelestarian lingkungan tercermin dari ketiadaan jumlah gedung hijau. Biaya investasi pembangunan yang tinggi sering menjadi kendalanya. Padahal dengan penambahan biaya investasi sebesar 5 persen, penggunaan energi yang dihemat bisa mencapai hingga 50 persen.  Selain itu masih banyak bangunan yang tidak memperhatikan area resapan air, hal ini menyebabkan potensi banjir saat musim hujan tiba.

“Pembangunan hijau atau gedung hijau tidak sekadar bisa memproduksi oksigen. Juga bagaimana proses dan pengelolaan konstruksinya dapat mengubah sikap penghuni dan masyarakat di sekitarnya secara sosial dan gaya hidup untuk memperhatikan lingkungan berkelanjutan. Jadi, saya berkesimpulan, belum ada gedung hijau di Indonesia,” tegas Gunawan.

Padahal, tambah Gunawan, industri konstruksi berperan besar dalam mendukung perkembangan lingkungan dan masyarakat. Tidak hanya berpotensi sebagai tempat beraktivitas, bangunan yang baik akan mampu meningkatkan kualitas hidup penggunanya.

Konstruksi berkelanjutan, seharusnya memperhatikan aspek 5 P yakni Progress, People, Planet, Prosperity, dan Proficiency. Aspek 5 P tersebut menuntut rencana pembangunan yang inovatif dan berkelanjutan, mengakomodasi kebutuhan serta memberdayakan sekitarnya, memperhatikan kelestarian sumber daya alam, mampu memberikan kontribusi bagi kesejahteraan, serta tetap memperhatikan estetika tata ruang publik.

Sumber: kompas.com

read more
Green Style

Begini Hotel Ramah Lingkungan

POP! Hotel, jaringan hotel budget berkonsep ramah lingkungan kini hadir di Kemang, Jakarta Selatan. Hotel ini diresmikan pada Rabu (26/2/2014). Acara pembukaan mengusung tema Plant Today for a Greener Tomorrow.

POP! Hotel Kemang merupakan hotel kedelapan yang dimiliki oleh Jakarta Setiabudi Internasional Group dan dikelola oleh Tauzia Hotel Management. Berlokasi di Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan, POP! Hotel menjadi hotel berkonsep budget pertama di wilayah yang terkenal dengan banyaknya galeri seni, restoran, dan hiburan malam ini.

“Hotel ini menyasar smart and eco friendly yang memilih sesuatu karena tidak ribet. Mereka tahu kebutuhan mereka. Jadi pasarnya tidak hanya low budget traveler,” ujar Irene Janti, Brand Director POP! Hotels.

Dengan konsep ramah lingkungan, POP! Hotel Kemang menggunakan material-material yang ramah lingkungan. Koridor hotel menggunakan fresh air ventilasi sehingga lebih hemat energi dibanding harus menggunakan air conditioner (AC). Untuk penerangan menggunakan lampu-lampu hemat energi. Begitu juga dengan shower di setiap kamar mandi yang dirancang agar bisa meminimalisasi penggunaan air.

Pada acara pembukaan dilakukan penanaman pohon secara simbolis. Penanaman pohon dilakukan dengan membuat taman gantung di area hotel. “Karena keterbatasan lahan di area hotel, kami tidak mungkin melakukan banyak penanaman pohon. Jadi kami mengatasinya dengan membuat taman gantung di area hotel. Botol-botol bekas digunakan sebagai potnya,” tutur Irene.

POP! Hotel Kemang memiliki total 110 kamar dengan tipe yang sama. Satu kamar berkapasitas untuk tiga orang. Selain itu, terdapat pula fasilitas ruang rapat. Untuk harga pembukaan, pihak hotel menawarkan harga Rp 398.000 pada hari biasa, dan Rp 418.000 pada akhir pekan.

“Kami menetapkan sistem harga tetap. Tidak ada indikasi naik turun. Jadi ketika tamu datang, mereka tidak perlu khawatir dengan harga yang berubah-ubah,” tambah Irene.[]

Sumber: kompas

read more
Ragam

Pengelolaan Lingkungan Masih Banyak Celah

Pakar lingkungan, dosen Fakultas Taknik (FT) dan mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Ir. Sudjarwadi, MEng, PhD berpendapat, secara umum masalah lingkungan hidup baik sosial maupun alam di kalangan industri ada kemajuan. Namun apabila dicermati masih banyak celah dan peluang dalam pengelolaan lingkungan industri yang harus diperbaiki.

“Pengambilan air baku dari sumur dalam, misalnya, adalah pergeseran dari proses alami dibuat dengan proses buatan, namanya human made atau buatan manusia. Bagaimana mengisi supaya tampungan air tanah agar terisi lebih cepat, karena yang menggunakan banyak itu merupakan peluang yang perlu diupayakan,” katanya kepada wartawan, di sela “Seminar Nasional Pembangunan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan” di Diamond Convention Center, Kamis (27/2/2014).

Prof. Sudjarwadi mengingatkan, pembangunan kawasan industri juga harus memperhatikan dampak lingkungan alam, seperti ketersediaan air sekaligus pengelolaan limbah industri. Ketersediaan air baku di kawasan air tanah yang makin terbatas, dapat diatasi dengan penggunaan teknologi.

Dia menegaskan, pengolahan limbah dengan cara sederhana, yakni memilah-milah limbah agar dapat menghindarkan polusi kimia, bakteri dan fisik, juga merupakan peluang yang semakin penting. Pakar lingkungan itu berharap, kolaborasi antara perguruan tinggi (PT) dengan industri dapat berkontribusi mengembangkan masyarakat dan memakmurkan wilayah.

Menanggapi pernyataan pakar lingkungan itu, Presiden Direktur PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRITEX), Iwan Setiawan Lukminto menyatakan, pembangunan lingkungan suatu kawasan industri harus melihat jauh ke depan.

Dia mencontohkan upaya mencegah kerusakan lingkungan alam, di perusahaannya dilakukan melalui pengelolaan limbah tekstil yang ramah lingkungan. Selain itu, dia menyebut penggunaan bahan kimia ramah lingkungan dan meminimalisir penggunaan energi.

Iwan mengungkapkan, dengan meminimalisir penggunaan energi, di antaranya air akan dapat menjaga ketersediaan air tanah di kawasan industri dan menghemat biaya yang dikeluarkan untuk air.

“Banyak hal yang dibuang, seperti air kalau dihitung cost per meternya akan mahal. Perlu upaya, bagaimana agar penggunaan air tidak banyak dan akhirnya penggunaan energi tidak dibuang. Itu akan bisa menyelamatkan lingkungan hidup, tidak mencemari rumah tangga. Lalu dalam penggunaan pengolah limbah kimia yang baik, berarti limbah kimia tidak banyak yang dibuang,” ujar Iwan.

Sementara itu, Dekan Fakultas Teknik UNS, Prof. Dr. Kuncoro Diharjo menyatakan, kolaborasi akademisi dan dunia industri dapat dilakukan dalam berbagai bidang. Di antaranya dia menyebut bidang teknik, yakni pengelolaan limbah yang lebih baik dan penyediaan bahan kimia ramah lingkungan.

Dia menyebutkan, FT UNS kini memiliki desa binaan di Bontang, Kalimantan Timur dalam pengelolaan mangrove sebagai pewarna alami. Mahasiswa FT juga telah meneliti pemanfaatan limbah industri tekstil berupa benang untuk mengurangi dampak lingkungan.

“Kolaborasi antara akademisi dengan bisnis, kita kembangkan lagi dan beberapa riset kita juga fokus pada persoalan lingkungan. Contohnya, teman-teman yang riset di bidang material mengarah pada material yang ramah lingkungan, dari syntetic material ke natural material. Terkait dengan limbah Sritex kita jadikan obyek riset yang bernilai ekonomi, karena kami baru saja menerima mahasiswa yang meneliti benang-benang bekas,” imbuhnya.[]

Sumber: pikiranrakyat

read more
Green Style

Nyamannya Kontainer Ramah Lingkungan

Ini bukan sembarang kontainer atau struktur baja bekas yang sering ditemui teronggok di pelabuhan, melainkan “Container Guest House”. Kontainer ini istimewa dan bisa digunakan sebagai tempat tinggal tamu.

Adalah seniman asal San Antonio, Texas, Amerika Serikat, yang punya gawe dan memakai jasa Poteet Architects untuk membangun hunian sementara yang diperuntukkan bagi keluarga dan kerabat sang seniman ketika berkunjung.

Secara spesifik, sang seniman meminta Poteet Architects mengeksplorasi penggunaan kontainer dan barang-barang bekas yang bisa dengan mudah didapat di sekeliling tempat tinggalnya.

Hasilnya, Poteet Architects berhasil membuat rumah tinggal sementara bernama “Container Guest House”. Rumah tinggal tersebut memiliki ukuran relatif mungil, tetapi memiliki fasilitas cukup lengkap. Bahkan, di dalamnya terdapat kamar mandi berukuran 3 m2. Selain itu, kontainer ini juga memiliki keunggulan. Beberapa fitur dan bahan yang digunakan untuk membuatnya tergolong ramah lingkungan.

Proses pembuatan tempat tinggal sementara ini saja sudah menggunakan kontainer bekas. Alih-alih dibiarkan teronggok begitu saja, Poteet Architects berhasil menyulapnya sebagai tempat tinggal. Kemudian, di bagian atap kontainer tersebut dijadikan taman. Tidak hanya mempercantik kontainer, taman di atasnya tersebut membuat temperatur udara di dalam kontainer lebih nyaman dan sejuk.

Sementara itu, pasokan air untuk mempertahankan kondisi tanaman di atap kontainer didapat dari air hasil daur ulang wastafel dan air dari pancuran kamar mandi. Tidak hanya greywater, kamar mandi dalam kontainer mungil ini pun memiliki kloset yang mampu mengolah kotoran manusia.

Kenyamanan ternyata juga masih menjadi salah satu unsur penting dalam pembuatan tempat tinggal sementara ini. Bagian interior “Container Guest House”, baik dinding maupun lantainya, dilapisi dengan busa semprot dan dilapisi kembali dengan tripleks bambu. Di luar juga terdapat dek yang dibuat dari hasil daur ulang botol soda.

Karena kejeniusan di balik usaha membangun hunian sementara ramah lingkungan ini, “Container Guest House” pun memenangkan Design Award 2010 dari AIA San Antonio.

Sumber : kompas/dailymail

read more
Energi

Jepang Berminat Investasi Energi Ramah Lingkungan

Pemerintah menawarkan Jepang berinvestasi pada sektor Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) yang saat ini tengah serius dikembangkan di Indonesia. Pemerintah Jepang khususnya daerah Osaka merupakan daerah yang unggul untuk pengembangan EBTKE.

“Indonesia tertarik juga karena di sana itu unggul di bidang konservasi EBTKE. Kita sedang mendorong adanya perusahaan yang namanya ESCO (Energy Service Company),” ujar Direktur Jenderal Kerjasama Industri Internasional Kementerian Perindustrian, Agus Tjahjana saat ditemui di kantornya, Jakarta, Senin (17/2/2014).

Agus mengaku di Indonesia sudah banyak asosiasi penggiat EBTKE. Hadirnya perusahaan Jepang yang sudah berkompeten di bidang EBTKE akan mampu menjadi mitra pengusaha lokal dalam bertukar pengalaman.

“Kita sudah banyak kok, ada asosiasi di sini, kita kan sudah ada kerja sama dengan AS dan World Bank untuk ESCO. Karena Jepang unggul, kita harapkan bahwa bisa memberikan kerja sama perusahaan yang bergerak di bidang ini bertukar pengalaman,” jelasnya.

EBTKE dinilai berperan untuk menekan pemakaian energi yang berlebihan, khususnya dapat mengganti konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM). Sebab, energi fosil juga selalu menimbulkan polusi.

“Karena kita mau tidak mau harus menekan tingkat dari pemakaian energi. Karena dia sudah maju sekali, kita harap perusahaan-perusahaan kita bisa kerja sama dengan ESCO,” ucapnya.

Selain itu, Agus mengaku juga tertarik bekerja sama dengan Jepang untuk mengembangkan produk Light Emitting Diode (LED). “Ada lagi juga mengenai LED, kita juga tertarik karena dia juga cukup maju. Lebih banyak ke arah energi sekarang. Tapi untuk sekarang mereka belum niat investasi,” katanya.

Sementara itu, Wakil Menteri Perindustrian, Alex SW Retraubun mengaku kerja sama bisnis antara pengusaha kedua negara dapat berkontribusi pada pembangunan industri di Indonesia. Diharapkan ke depan dapat memperkuat pola perdagangan bilateral yang selama ini berjalan.

“Dan secara khusus dapat mengintensifkan kerja sama bidang kelestarian lingkungan dan EBTKE dalam kegiatan industri Tanah Air,” ungkapnya.

Seperti yang diketahui, delegasi Pemerintah Osaka, Jepang yang terdiri dari Gubernur Osaka, Ichiro Mastui dan 11 perusahaan asal Osaka hari ini mendatangi Kementerian Perindustrian untuk menjajaki kemungkinan kerja sama antar dua belah pihak.[]

Sumber: merdeka.com

read more
1 2 3
Page 2 of 3