close

sampah

Kebijakan Lingkungan

Sampah Menggunung, Warga Tak Bekerja Sama, Pejabat Marah

Aroma tak sedap tercium di sudut kota pertokoan Lhoksukon, Aceh Utara. Lalat hijau beterbangan, bahkan terdengar nyaring suara sayapnya. Para pejalan kaki tak tahan dengan aroma itu, mereka menutup hidung dan mengibaskan tangan mengusir lalat.

Jelas, semua itu berasal dari sampah sisa banjir di Lhoksukon yang sudah sepekan ini tak pernah berkurang meskipun pihak Dinas Kebersihan, Pasar dan Pertamanan (DKPP) Aceh Utara setiap harinya mengangkut sampah-sampah itu.

Hingga akhirnya pada Rabu (07/01/2015) pukul 08:30 WIB, satu unit mobil kijang warna hitam mendadak berhenti tepat didepan tumpukan sampah yang menggunung setinggi tiga meter berbau busuk.

Salah satu penumpang mobil keluar, sementara sang supir tetap menunggu di dalam. Pria tinggi besar berkulit putih ini langsung mengarahkan jari telunjuk kanannya ke arah sampah yang menggunung.

Ternyata, dia adalah M. Dahlan SE, Kepala DKPP Aceh Utara. Dia memerintahkan empat unit truck pengangkut sampah untuk berhenti dan mengangkut sampah-sampah yang menggunung di pinggiran pertokoan jalan Pang Lateh dan Pang Nanggroe Lhoksukon.

Mendengar perintah sang komandan, masing-masing supir truk berhenti. Mereka berbagi tugas. Dua armada mengangkut di jalan Pang Lateh dan Pang Nanggroe, sedangkan duanya lagi mengangkut di jalan Tgk Chik Ditiro dan Tgk Chik Ditunong.

Turunlah kemudian petugas sapu bersih. Berbagai alat di siapkan. Petugas berbaju kuning tanpa pengaman mulut atau hidung bekerja memuat sampah yang menggunung.

Sang Kadis marah, wajahnya terlihat asam, matanya memerah. Belakangan diketahui bahwa dirinya marah karena warga yang miliki pertokoan sama sekali tidak punya kesadaran untuk saling menjaga lingkungan.

Wartawan greenjournalist.net, Chairul Sya’ban, mengajaknya berbincang sejenak. Sambil memimpin anak buahnya mengangkut sampah, sang Kadis inipun tetap melayani pertanyaan yang diajukan greenjournalist.net.

“Saya emosi karena para pemilik toko sama sekali tidak punya rasa kesadaran untuk sama-sama menjaga lingkungan. Kami cuma minta untuk membersihkan masing-masing saluran drainase,” ucap M Dahlan.

Sejak banjir surut pada Sabtu (27/12/2014) lalu, saluran drainase sudah pada bersih dikerjakan oleh pekerja pengangkut sampah DKPP. Malah belakangan, drainase kembali dipenuhi sampah-sampah baru.

Padahal, pihaknya sudah membagikan 200 unit tong sampah kepada masing-masing pemilik toko khususnya di Lhoksukon. Namun, sama sekali tak di indahkan.

Pihaknya juga sempat memberlakukan pengutipan biaya pekerja pengangkut sampah. Masing-masing toko wajib membayar iuran bulanan sekitar 50 ribu perbulannya. Lantas, aturan ini juga tidak di indahkan.

“Ramai yang tidak mau bayar. Okey saya bilang, tapi sampahnya tolong dibuang ketempat yang sudah disediakan. Tapi apa yang terjadi, malah sampah yang kian menumpuk dan berserakan. Sedangkan tong yang sebelumnya sudah kita bagikan malah hilang,” kesal M Dahlan.

Suasana pusat Kota Lhoksukon tentunya menjadi pemandangan yang menjijikan untuk saat ini akibat sampah yang membludak. Empat unit armada angkutan sampah disertai belasan pekerja sapu bersih kualahan setiap harinya mengangkut sampah-sampah sisa banjir ini.

Siapa sangka, sejak banjir surut dalam sepekan ini saja sampah yang sudah diangkut nyaris mencapai seribu ton. Bukannya malah berkurang, sampah yang berupa puing-puing barang toko dilempar begitu saja ke halaman.

“Nyaris mencapai seribu ton sampah sisa banjir di 26 kecamatan yang terkena banjir. Paling banyak sampah yang menumpuk hanya Lhoksukon,” kata Dahlan dengan blak-blakan.

Dahlan menjelaskan sebab musabab bencana banjir yang terjadi pada akhir tahun 2014 di kabupaten Aceh Utara. Tentunya kita sudah tau apa sebab banjir selain takdir. Saluran yang tersumbat dan pembalakan liar menjadi faktor utamanya.

Tak terasa, perbincangan wartawan greenjournalist.net dengan Kadis DKPP ini berlangsung sudah satu jam. Sang kadis juga mengakhiri perbincangannya.

Sampah-sampah yang diangkut kemudian dibawa ke lokasi Tempat Penampungan Akhir (TPA). Berjarak sekitar 10 kilometer dari Pusat Kota Lhoksukon, tepatnya di Desa Teupin Keube Lhoksukon.

Orang-orang DKPP kemudian pergi usai membereskan sampah yang menggunung. Maka, munculah sebagian pemilik toko yang juga emosi dengan Dahlan.

Seakan tak sadar dengan apa yang disampaikan pihak DKPP. Sebagian pemilik toko tetap saja ngotot tak akan membantu pihak DKPP untuk membersihkan saluran drainase yang dipenuhi sampah.

“Biarkan saja, mereka kan ada gaji tiap bulan. Sedangkan tong yang sebelumnya diberikan, sebagian sudah hanyut dan sebagian ada yang dibawa pulang ke rumah,” ucap seorang warga, Azhar. []

read more
Ragam

Kafe Ini Jual Sukses Jual Makanan dari ‘Sampah’

Kafe kecil di kota Leeds, Inggris, khusus menghidangkan makanan yang telah dibuang oleh supermarket dan restoran. Tujuannya adalah mengurangi sampah makanan global yang masih bisa dimakan.

Kafe ‘Pay As You Feel’ atau ‘Bayar Sesuka Hati’ terletak di wilayah Armley di Leeds. Menunya berubah setiap hari, dan kualitas hidangannya secara mengejutkan patut diacungi jempol – terutama kalau mempertimbangkan bahan-bahan yang digunakan.

“Sejak Januari 2014 kami sudah menyelamatkan sepuluh ton makanan yang tadinya mau dibuang,” ujar Ed Colbert, salah satu direktur The Real Junk Food Project yang mengelola kafe.

“Proyek ini bertujuan mengurangi sampah makanan. Di Inggris saja, 15 juta ton makanan dibuang setiap tahun. Kebanyakan masih bisa dimakan. Pada tingkat global, masalahnya lebih berat,” jelas Colbert.

Menurut Colbert, sepertiga suplai makanan global berakhir di tempat sampah. Ini termasuk peternakan, supermarket dan rumah tangga.

Sebagian besar bahan makanan diambil dari supermarket atau gudang pengemasan yang memberitahu staf kafe kalau ada makanan yang mau dibuang.

Ada juga orang-orang yang hendak bepergian dan datang membawa makanan yang kemungkinan besar basi selama ditinggal berlibur.

Penganan musisi ternama
Terkadang bahan makanan juga datang dari sumber tak terduga.

“Musisi ternama yang konser di Leeds suka menggelar pesta dan makanannya berlebih,” ungkap Colbert.

Kafe ini pernah menyiapkan dan menghidangkan makanan mahal seperti kaviar, yang umumnya tidak akan mampu dibayar oleh konsumen mereka. Sesuai nama kafenya, bayarannya juga sesuai kemampuan. Ada juga yang membayar dengan imbalan seperti membersihkan jendela atau menyediakan boks-boks bunga.

Label yang membingungkan

Salah satu penyebab berlimpahnya sampah makanan adalah label yang membingungkan.

“Konsumen memandang tanggal kadaluarsa dari segi kesehatan, dan bukan segi pemasaran, dan akhirnya membuang makanan,” kata Ed Colbert.

Sekeranjang apel, misalnya, masih akan terasa enak hingga tanggal tertentu. Dan meskipun rasanya sedikit berkurang sejak tanggal itu, mereka masih bisa disantap hingga berminggu-minggu kemudian.

Menteri Pertanian Belanda Sharon Dijksma sudah mendesak Uni Eropa untuk bertindak dan mengurangi pelabelan semacam ini untuk mengurangi sampah makanan.

“Saya mendukung pendekatan bersama Eropa untuk menjamin kesehatan pangan, namun aturan seperti ini seharusnya tidak berkontribusi bagi sampah makanan,” tulis Dijksma.

Ia menambahkan bahwa produk-produk dengan masa berlaku lama, seperti pasta dan nasi, lebih baik tidak diberi label tanggal kadaluarsa.

Para pengunjung kafe Pay As You Like mengaku tidak keberatan dengan fakta bahwa makanan mereka seharusnya menjadi sampah.

“Menakjubkan, saya suka – setiap hari saya mendapat sesuatu yang berbeda,” tutur Catherine Kidson. “Menurut saya ironis ketika ada orang kelaparan dan supermarket membuang-buang makanan.”

Konsumen lain menilai penyelamatan makanan dari tempat pembuangan sampah sebagai menguntungkan. “Ini menciptakan lingkungan yang lebih ramah secara ekologis,” papar Benjamin Sykes. “Makanan diberi kesempatan kedua ketimbang ditaruh di tempat pembuangan sampah dan menciptakan metana.”[]

Sumber: dw.de

read more
Sains

Ilmuwan Jerman Membuat Nilon dari Sampah Kayu

Metode produksi nilon tanpa minyak bumi sudah lama dicari, dan tidak seperti produksi plastik sintesis lainnya, solusinya diharapkan tak memakai tanaman pangan. Periset Jerman menawarkan bakteri tanah.

Galur kuman bernama Pseudomonas putida atau lebih spesifiknya P. putida KT2440 dapat menguraikan lignin atau zat kayu untuk memproduksi asam adipat, yang menjadi komponen dasar nilon berkualitas tinggi.

“Produksi bioteknis menjadi alternatif bagi produksi nilon dari minyak bumi yang menyerap energi dan menghasilkan gas rumah kaca,” ujar Christoph Wittmann, seorang profesor sistem bioteknologi berusia 47 tahun dari Universitas Saarland.

Sejak April 2014, riset oleh Wittmann dan para koleganya bertujuan mengoptimalkan proses mensintesis sehingga nantinya dapat digunakan oleh industri. Mereka telah mengamankan paten untuk temuan ini.

Bioplastik menjawab
Sumber daya alam yang terus menipis dan ledakan populasi global mendorong naiknya kebutuhan atas plastik dari bahan mentah terbarukan. Pakar bioteknologi di seluruh dunia sibuk mengembangkan teknik baru untuk menggantikan produksi plastik dari minyak bumi.

Jumlah plastik organik atau bioplastik, yang sebagian atau sepenuhnya terbuat dari bahan terbarukan, saat ini baru sepersekian dari total plastik yang diproduksi secara global. Menurut European Bioplastics, sebuah asosiasi di Berlin yang menaungi sekitar 70 perusahaan, jumlahnya masih di bawah 1 persen. Sebuah studi oleh Nova Institute, yang fokus pada bioteknologi, menemukan jumlahnya sekitar 1,5 persen atau 3,5 juta ton pada tahun 2011.

Berapapun jumlah pastinya, para pakar sepakat bahwa porsi plastik organik akan meningkat. Nova Institute memperkirakan jumlah bioplastik akan berlipat ganda pada tahun 2020, dan European Bioplastics memperkirakan mulai tahun 2017 produksi plastik organik akan mencapai 7 juta ton per tahun.

Harus tahan lama
Studi Nova Institute menunjukkan bagaimana bahan kimia baru dapat dengan cepat mengubah pasar. Sejak Coca Cola Company menggunakan botol yang sebagian terbuat dari plastik berbahan organik, yang disebut PET, produksi tahunan botol jenis ini akan naik dari 600.000 ton menjadi 5 juta ton pada tahun 2020.

Raksasa kimia BASF juga tengah menggelar riset penggunaan lignin, yang terkonsentrasi pada dinding sel kayu, dan berada di peringkat kedua setelah selulosa sebagai bahan organik dengan jumlah terbanyak di muka bumi.

“Sebagai molekul makro yang sangat kompleks, lignin bisa dimanfaatkan sebagai material organik,” jelas Carsten Sieden, direktur riset biokatalis BASF.

Ini akan menjadi alternatif yang bagus karena seringkali lignin pada batang pohon hanya menjadi sampah, contohnya di pabrik produsen kertas.

Nilon asli adalah produk yang lebih tahan lama ketimbang jenis plastik lain yang telah diproduksi secara bioteknis, seperti contohnya kantong plastik untuk belanja. Tidak hanya digunakan untuk stoking perempuan, nilon juga dipakai untuk produk yang dimaksudkan untuk bertahan berdekade lamanya seperti onderdil mobil, steker dan tali.
Nilon awalnya diciptakan sebagai alternatif sintetis bagi sutra

Uji coba produk
Wittmann memandang berkurangnya kebutuhan energi membuat metode produksi nilon gagasannya lebih unggul daripada proses petrokimia yang konvensional. Dan keunggulan lainnya adalah asam adipat bisa diproduksi dari lignin, yang biasanya dianggap sampah, dan bukan tanaman pangan seperti jagung atau bit gula.

“Ini penting mengingat debat ‘pangan atau bahan bakar,” catatnya, merujuk pada kontroversi seputar pengalihan lahan pertanian untuk biofuel atau produksi bioplastik.

Namun sejumlah kendala masih harus diatasi sebelum metode ini dapat dipakai industri.

“Harus dibuktikan dulu bahwa produk bioteknis kualitasnya sama bagus dengan produk petrokimia,” ungkapnya.

Inilah target Wittman dan timnya dalam tiga tahun mendatang, dalam sebuah proyek yang mendapat kucuran dana senilai 1,4 juta Euro dari Kementerian Riset dan Pendidikan Jerman.[]

Sumber: dw.de

read more
Energi

Solo Bangun Energi Listrik dari Sampah

Proses pemanfaatan sampah perkotaan di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Putri Cempo Solo, untuk bahan baku energi listrik terus bergulir. Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Solo pada Rabu (19/3/2014) menghadirkan calon 17 investor, untuk mendapatkan penjelasan (aanwijzing) proyek energi listrik berbahan baku sampah dari Kepala DKP, Hasta Gunawan.

“Aanwijzing kepada 17 calon investor tersebut untuk mengetahui detail rencana dan kelayakan yang ditawarkan investor. Pemerintah Kota (Pemkot) Solo ingin tahu banyak hal, terutama tentang manfaat dan nilai ekonomi dihasilkan proyek selain energi listrik. Termasuk kepastian jangka waktu pengelolaan yang menggunakan sistem build, oparation and transfer (BOT) dan alasan kenapa BOT 20 tahun atau 25 tahun. Semua informasi itu diperlukan untuk kelangsungan proyek,” ujar Hasta Gunawan kepada wartawan di Balaikota Solo, Kamis (20/3/2014).

Menurut Kepala DKP itu, proyek energi listrik berskala relatif besar itu akan digarap dengan sistem konsorsium. Pemkot Solo berharap, proyek tersebut menggunakan investasi kecil tetapi hasilnya besar, yakni dari nilai ekonomi di luar energi listrik yang dihasilkan. Dalam kaitan itu, sekaligus dibahas pembagian tanggung jawab proyek antara Pemkot Solo dengan investor. “Hal itu disebabkan investor kelak akan mengelola sampah perkotaan sepenuhnya dan Pemkot Solo tidak terlibat lagi dalam pengelolaan TPA Putri Cempo.

Dalam proses penjelasan dan prakualifikasi proyek yang disaksikan perwakilan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) akan dilanjutkan dengan proses penawaran bagi calon investor yang lolos. Pengumuman nama-nama calon investor peserta lelang akan diumumkan pada 25 April 2014. “Nama-nama calon investor yang dinyatakan lolos berhak ikut lelang. Kita belum tahu siapa saja di antara 17 calon investor yang nanti ikut lelang,” jelasnya.

TPA Putri Cempo yang berlokasi di sisi utara pinggiran Kota Solo, seluruhnya menempati areal seluas hampir 8 Ha. Di kawasan TPA Putri Cempo, selain beroperasi 300-an lebih pemulung, juga ada rumah penduduk dengan status hak milik di seputar TPA. Hasta menambahkan, jika kawasan TPA Putri Cempo dikelola investor, Pemkot Solo akan mengalihkan para PKL ke profesi lain.

Menyinggung kebutuhan luas lahan untuk proyek energi listrik tersebut, Hasta menegaskan, luas lahan dan deposit sampah Putri Cempo cukup untuk menghasilkan energi listrik yang besarnya masih dihitung. Dia menyebut contol di Cina banyak energi listrik yang dihasilkan dari limbah sampah perkotaan dengan lahan hanya 1,2 kilometer tersegi.
“Saya lihat dalam kunjungan ke Cina, ada pembangkit listrik dari sampah hanya butuh lahan 1,2 Ha. Kalau Putri Cempo seluas hampir 8 Ha dimanfaatkan, akan menghasilkan energi listrik lebih besar dari Cina,” tuturnya.[]

Sumber: pikiranrakyat.com

read more
Ragam

Aktif Bergelut dengan Sampah, Pelajar Ini Raih Penghargaan

Sampah menjadi hal yang tak asing lagi bagi pelajar kelas 3 SMA 11 Bandung, Amilia Agustin. Di saat remaja seusianya sibuk dengan kegiatan lain, Amilia malah melakukan pengelolaan sampah.

“Dulu diejek sama teman-teman kayak tukang sampah, tapi kata Mama, lebih baik satu berbuat daripada 1000 orang hanya diam,” ujar remaja yang biasa disapa Ami saat ditemui di Jakarta, Rabu (05/03/2014).

Ami merupakan penerima apresiasi penghargaan Semangat Astra Untuk (SATU) Indonesia 2010 lalu. Saat itu, Ami baru berusia 14 tahun. Ia mulai melakukan mengelola sampah saat ia merasa gelisah melihat tumpukan sampah di lingkungan sekolahnya.

Setelah mengikuti SATU Indonesia Awards 2010 di bidang lingkungan dan mendapatkan hadiah Rp 40 juta, Ami tak lantas berpuas diri. Hadiah yang ia dapatkan malah ia belikan mesin jahit untuk membuat berbagai kerajinan seperti tas dari sampah plastik anorganik tak terpakai bersama ibu-ibu PKK.

“Sampai sekarang ada 25 ibu-ibu PKK. Hasil penjualan untuk dana sekolah anak-anak para ibu PKK,” ujar Ami yang akan melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini.

Saat ini, Ami bersama 28 teman-temannya sejak 2012 lalu juga menjalankan proyek Bandung Bercerita. Di dalam kegiatan ini, ia dan teman-temannya mengajar sesuai potensi dan minat anak-anak sekolah dasar (SD).

Tahun lalu, Bandung Bercerita telah membina 12 SD di Bandung. Di tahun ini, Ami berharap dapat membina lebih banyak sekolah hingga 24 sekolah dasar di wilayah Bandung.

“Untuk saat ini ada 28 orang pengajar dari teman-teman SMAN 11, tapi mulai tahun ini kami akan buka untuk teman-teman SMA lainnya di Bandung bergabung,” ujar Ami.

Saat ditanya mengenai cita-cita, Ami yang kini berumur 18 tahun ini dengan mantap menjawab ingin menjadi presiden.

“Banyak orang yang bilang cita-cita jadi presiden tidak realistis. Terlalu tinggi, kalau jatuh bisa sakit. Tapi Ami percaya, Ami punya Tuhan yang akan membuat Ami bangkit lagi kalau Ami jatuh,” tutup Ami.

Sumber: beritasatu.com

read more
Kebijakan Lingkungan

Belajar Mengelola Sampah dari Surabaya

Kota Surabaya di Jawa Timur dipilih menjadi tuan rumah Hari Peduli Sampah 2014. Di antara alasannya, Kota Surabaya dinilai berhasil mengelola sampah. Bagaimana cara kota ini mengelola sampahnya?

Menurut Wali Kota Tri Rismaharini, Surabaya menghasilkan rata-rata 1.200 ton sampah per hari. Sampah tersebut tidak dibuang, tetapi dimanfaatkan kembali.

Pemanfaatan kembali itu berupa pengolahan sampah menjadi kompos untuk tanaman di taman kota, untuk bahan pembangkit listrik, dan sebagian lagi direproduksi menjadi bahan yang bernilai ekonomis.

“Kami mau bangun tempat pengolah kompos dan tempat khusus pengolah sampah menjadi bahan pembangkit listrik berkapasitas 40.000 watt di tiga kecamatan,” kata Risma seusai acara Deklarasi Menuju Indonesia Bersih 2020 di halaman Balaikota Surabaya, Senin (24/2).

Konsep pemanfaatan sampah sebagai bahan pembangkit listrik sebelumnya juga sudah ada di tempat pembuangan akhir (TPA) di Kecamatan Keputih. “Bahkan di sana kapasitasnya sudah 60.000 kilowatt,” tambahnya.

Risma mengaku bersyukur bahwa warga kota sudah mulai berpikir memanfaatkan sampah menjadi bahan yang bernilai ekonomis, baik oleh lembaga maupun perorangan. Pemerintah Kota Surabaya juga melatih banyak fasilitator lingkungan, mulai dari ibu-ibu rumah tangga sampai kalangan pelajar.

Selain itu, kerap pula digelar lomba kebersihan di kampung-kampung yang memicu masyarakat peduli terhadap lingkungan. “Prinsipnya, semakin sedikit sampah dibuang ke TPA, semakin baik,” pesan Risma.

Sumber: NGI/Kompas.com

read more
Green Style

Menteri LH Canangkan 2020, Indonesia Bebas Sampah

Enam tahun mendatang, pemerintah menargetkan Indonesia bersih dari sampah. Target tersebut seiring kampanye pembudayaan kegiatan “Reduce, Reuse, dan Recycle” sampah (3R) kepada seluruh lapisan masyarakat.

Komitmen tersebut ditegaskan dalam “Deklarasi Menuju Indonesia Bersih 2020” yang digelar di Taman Surya depan Balaikota Surabaya, Senin (24/2/2014).

Hadir dalam deklarasi nasional tersebut Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, sejumlah lembaga terkait, dan perwakilan daerah serta provinsi seluruh Indonesia.

Menurut Balthasar, pertambahan penduduk Indonesia pada 2025 akan mencapai 270 juta dari total 237 juta saat ini. Dengan jumlah penduduk itu, diperkirakan akan dihasilkan 130 ribu ton sampah per hari.

“Saat ini sampah masih dianggap penyebab polusi, padahal dapat direproduksi untuk bahan energi,” katanya.

Pemerintah sendiri untuk mendukung kegiatan 3R tersebut sudah mengembangkan sejumlah proyek percontohan 3R di sejumlah provinsi. Sejak 2010, melalui Kementerian Pekerjaan Umum, sudah dibangun 336 fasilitas 3R.

“Namun upaya tersebut tidak akan optimal tanpa dukungan semua elemen masyarakat dalam membudayakan 3R,” tambahnya.

Poin deklarasi antara lain menurunkan timbunan sampah dengan target sampah terolah 3R minimal 20 persen pada 2019, menurunkan emisi gas rumah kaca dari sektor sampah sebesar 6 persen pada 2020, dan mengubah cara pandang masyarakat bahwa sampah adalah bahan berguna dan bermanfaat.

Surabaya ditunjuk sebagai tuan rumah Hari Peduli Sampah karena dinilai memiliki kelebihan dalam hal penanganan masalah sampah, serta sebagai kota yang memiliki komitmen program ramah lingkungan.

Sumber: kompas

read more
Ragam

Warga Desa Ini Olah Sampah Jadi Gas dan Pupuk Organik

Banyak warga yang mengeluhkan soal sampah di Kota Bandung, tapi sedikit yang mau terjun langsung mengurusi sampah tersebut. Seperti yang dilakukan warga RW 7, 8, 10, 11, Kelurahan Cibangkong, Kecamatan Batununggal. Dengan menggunakan alat Biodigister, mereka mengolah sampah organik di wilayahnya sendiri.

Alat Biodigister sendiri yakni alat yang memproses sampah organik dengan teknik fermentasi anaerob (tanpa udara.) Hasilnya ditampung di tabung atau bak penampungan. Sehingga bisa digunakan untuk hal lain yang bermanfaat seperti bahan bakar kompor gas dan pupuk cair.

Pengolahan sampah organik mandiri oleh warga ini dimulai tahun 2007 lalu atas bimbingan Komunitas Masyarakat Sadar Lingkungan (My Darling), LPPM Unpad, Yayasan Saung Kadedeuh dan PD Kebersihan Kota Bandung. RW yang pertama kali melakukannya yakni RW 11.

“Di sini itu sampah banyak sekali menumpuk dan tidak terbawa oleh PD Kebersihan. Lalu LPPM Unpad waktu itu menawarkan alat biodigister sehingga bisa mengolah sampah organik sendiri,” ujar Ria Ismaria pembina My Darling saat ditemui di lokasi, Kamis (13/2/2014).

Dinilai efektif mengurangi sampah, maka alat Biodigister ini mulai diterapkan di RW lain di kawasan tersebut. My Darling dibantu oleh Surveyor Indonesia kemudian memperbanyak alat tersebut dan disebar di RW 7, RW 8, RW 10. Total dana untuk pengadaan alat hingga sosialisasi tersebut yakni Rp 75 juta.

“Kita ini kan BUMN, memang mendapat penugasan, salah satunya melakukan bantuan berupa program kemitraan dan bina lingkungan. Kebetulan ada proposal yang masuk kriteria dan kita bisa bantu. Kita memutuskan untuk membantu Rp 75 juta murni untuk program kerja, persiapan sosialisasi sampai pengadaan alat,” ujar Kepala Unit Program Kemitraan Badan Bina Lingkungan Arief Wardhana.

Menurut Arief, dalam tahap awal sosialisasi, banyak warga yang menolak dengan alasan khawatir bau dan dampak lingkungan lainnya.

“Tapi ternyata setelah ditinjau warga menyambut baik. Kami dibantu sekali oleh komunitas My Darling ini,” ucapnya.

Lebih lanjut Ria mengatakan, satu alat Biodigister tersebut dibanderol Rp 10 juta. Alat tersebut bisa menampung 20 kilo sampah organik dari 10 rumah. “Per harinya bisa menghasilkan gas satu meter kubik atau pupuk cair 2 liter per harinya,” kata Ria.

Sumber: detiknews.com

read more
1 2 3 4
Page 2 of 4