close

KLH

Kebijakan Lingkungan

Menteri LH & Kehutanan: Isu lingkungan hidup setara politik

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar berpendapat, isu lingkungan hidup setara dengan politik dan pertumbuhan ekonomi.

“Sejak 2001 saya memikirkan isu lingkungan hidup seolah hanya dikaitkan dengan pencemaran dan perizinan, padahal isunya evolutif. Jadi, setara dengan isu politik dan pertumbuhan ekonomi,” ujarnya di Jakarta, Rabu kemarin.

Siti menyatakan, isu lingkungan meliputi banyak dimensi, tidak hanya soal pencemaran atau perizinan lahan.

Dia menyebut, beberapa contoh yang termasuk dalam isu lingkungan, seperti kenyamanan masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya, ketersediaan sumber daya alam, dan mobilitas penduduk.

“Dalam beberapa hari ini saya mendapat 4.000 SMS. Banyak yang isinya laporan tentang lingkungan,” ujarnya.

Ia pun menyimpulkan bahwa perspektif lingkungan telah meluas di masyaraat.

Dia pun menambahkan, ada tiga hal besar yang akan ditingkatkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yaitu menggiatkan kampanye informasi publik, memudahkan dan menyederhanakan perizinan agar jelas pembayarannya, serta membuat regulasi efektif. []

Sumber: antara

read more
Sains

Nasib Lingkungan Hidup Pasca Merger KLH-Kemenhut

Pengumuman susunan kabinet, Minggu (26/10/2014), disambut tanya sekaligus kekhawatiran aktivis lingkungan, khususnya terkait penggabungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan. Untuk jangka pendek, kementerian itu diprediksi tak bisa langsung bekerja. Jangka panjangnya, isu lingkungan terpinggirkan.

Penggabungan kementerian jelas membutuhkan penyesuaian restrukturisasi birokrasi, belum lagi sosok menteri Siti Nurbaya yang merupakan orang baru di isu lingkungan dan kehutanan. Kami melihat akan terjadi pelambatan signifikan isu lingkungan dan kehutanan. Padahal, pekerjaan rumah kementerian ini menumpuk,” kata Abetnego Tarigan, Direktur Eksekutif Walhi, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Contohnya, penanganan kebakaran hutan dan lahan, penyusunan belasan peraturan pemerintah yang diamanatkan UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, serta pembuatan RUU Perubahan Iklim.

Pada sektor kehutanan, pengukuhan dan penetapan tata batas kawasan hutan, deforestasi di kawasan konservasi, dan pemberian izin pinjam pakai (umumnya bagi pertambangan) masih menyisakan berbagai masalah.

Sebelumnya, pengajar Hukum Lingkungan di Universitas Tarumanagara, Jakarta, Deni Bram, mengatakan, semangat konservasi pada Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan semangat membuka kesempatan pemanfaatan hutan pada Kementerian Kehutanan (Kemenhut) akan membuat penggabungan itu rumit. Bahkan, ada kecenderungan berisiko.

Kondisi kritis
Menurut Siti Maemunah, penggiat Civil Society Forum dan Badan Pengurus Jaringan Tambang, persoalan lingkungan hidup Indonesia saat ini sesungguhnya dalam kondisi kritis.

“Seharusnya, Kementerian LH diperkuat, bukan digabung dengan sektor kehutanan yang penekanannya lebih ke eksploitasi. Pada kabinet sebelumnya saja belum mampu mengatasinya, apalagi sekarang,” katanya.

Pada dua sektor itu, kata Maemunah, sebenarnya banyak terdapat profesional dengan kapasitas dan reputasi baik. “Menteri baru jauh di luar ekspektasi kami karena tidak memiliki rekam jejak perlindungan lingkungan juga sektor kehutanan. Sangat mengejutkan,” ungkapnya.

Di sisi lain, DPR justru semakin menunjukkan oligarkinya. Secara terpisah, Direktur Eksekutif Lembaga Pengembangan Hukum Lingkungan Henry Subagyo menyatakan, sebenarnya kalangan aktivis lingkungan berharap Presiden Joko Widodo memilih menteri yang bukan dari partai politik atau korporasi. Kini, ia hanya berharap sosok Siti Nurbaya berani mengambil risiko karena banyak agenda penegakan hukum serta penyelesaian masalah lingkungan hidup dan kehutanan yang membutuhkan stamina tinggi.

Terkait kesejahteraan
Sementara itu Direktur Eksekutif Greenomics Indonesia Elfian Effendi mengatakan, pengalaman Siti Nurbaya sebagai birokrat Kementerian Dalam Negeri yang pernah berkarier di daerah merupakan modal utama memperkuat relasi pusat dan daerah, khususnya untuk membangun sektor kehutanan dan lingkungan hidup.

Siti Nurbaya, kata Elfian, harus mampu menempatkan sektor kehutanan sebagai salah satu motor ekonomi nasional memenuhi janji kampanye Joko Widodo-Jusuf Kalla menciptakan 10 juta lapangan kerja dalam lima tahun dengan pertumbuhan 7 persen per tahun.

Tugas pemerintah adalah memajukan perekonomian sehingga sudah seharusnya sejalan dengan dunia usaha, kata Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Joko Supriyono.

Siti Maemunah menambahkan, dengan melihat dinamika terakhir, masyarakat sipil mau tak mau harus semakin intens melakukan pengawalan.

Beberapa pekerjaan rumah yang mendesak dibenahi, antara lain, adalah perubahan paradigma pemerintah yang selama ini memberlakukan ruang hidup masyarakat sebagai komoditas semata. Hal itulah yang, menurut Maemunah, menjadi akar terjadinya konflik dengan masyarakat dan perusakan kawasan yang dilindungi.[]

Sumber: NGI/Kompas/ICH/AIK/HAM

read more
Ragam

KLH Gelar Pekan Lingkungan Indonesia 2014

Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya meluncurkan Pekan Lingkungan Indonesia (PLI) 2014 yang akan digelar di Jakarta pada 29 Mei hingga 1 Juni mendatang. Untuk gelaran yang memasuki tahun ke-18 ini, PLI 2014 mengusung tema Satukan Langkah, Lindungi Ekosistem Pesisir dari Dampak Perubahan Iklim.

Pemilihan tema ini bertujuan memberikan kesadaran kepada masyarakat atas pentingnya perlindungan ekosistem pesisir dan dampak perubahan iklim dalam rangka ketahanan lingkungan.

Tema tersebut juga selaras dengan tema World Environment Day 2014 yang dikeluarkan oleh United Nations Environment Programme (UNEP) yaitu Raise Your Voice, Not the Sea Level.

“Melalui PLI 2014, Kementerian Lingkungan Hidup mengajak semua pihak untuk menyatukan langkah, melindungi ekosistem pesisir dari dampak perubahan iklim sehingga tercapai ketahanan lingkungan. Ini adalah tanggung jawab bersama masyarakat Indonesia,” kata Balthasar saat peluncuran PLI 2014 di Jakarta, Kamis (17/4/2014).

Indonesia adalah negara maritim yang terdiri dari 17.504 pulau, termasuk lima pulau besar, yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Wilayah pesisir dan laut Indonesia memiliki arti penting tersendiri, karena sekitar 30% mangrove dan terumbu karang terbaik dunia berada di Indonesia, serta sekitar 85% sumber daya ikan Indonesia berasal dari perairan pesisir.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup RI, sekitar 60% penduduk Indonesia hidup di wilayah pesisir, sekitar 65% kabupaten/kota terletak di kawasan pesisir, juga sekitar 26,5% kontribusi terhadap PDB nasional dan sektor kelautan dapat menampung lebih dari 16 juta tenaga kerja.

Sejalan dengan pesatnya kegiatan pembangunan, permasalahan lingkungan hidup dari hari kehari dirasakan semakin kompleks, terutama dampak perubahan iklim yang antara lain menyebabkan peningkatan suhu permukaan bumi yang mengakibatkan naiknya permukaan air laut.

Hal ini akan berdampak langsung terhadap kondisi pesisir dan laut serta keberadaan sejumlah pulau-pulau kecil yang ada dalam gugusan kepulauan Indonesia.

Menurut Balthasar, jika kemerosotan kualitas lingkungan ini terus menerus terjadi bukan tidak mungkin di masa yang akan datang bakal mempengaruhi ‘Ketahanan Lingkungan’.

“Salah satu ciri bahwa ketahanan lingkungan mulai melemah adalah dengan semakin cepatnya laju kerusakan dan pencemaran lingkungan. Maka, sejalan dengan hal tersebut dilaksanakan PLI 2014 yang mempertemukan antara masyarakat, pihak swasta, dan pemerintah,” jelas Balthasar.

PLI 2014 akan digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta dan diikuti oleh instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, perusahaan swasta nasional dan multinasional, organisasi lingkungan hidup, serta pemerhati lingkungan.

Selain pameran, PLI 2014 juga akan diisi dengan berbagai kegiatan seminar, workshop, dan lomba.
Sumber: inilah.com

read more