close

28/01/2014

Kebijakan Lingkungan

Jokowi Terhalang Status Lahan Untuk Ruang Terbuka Hijau

Gubernur Jakarta Joko Widodo tidak yakin dapat memenuhi target penyediaan ruang terbuka hijau atau RTH sebesar 30 persen luas Jakarta pada tahun ini. Hal itu dikarenakan adanya tumpang tindih kepemilikan lahan selama bertahun-tahun.

“Sudah kita teliti, dokumennya sudah ada. Eh, pas mau dibayar, ini ada yang datang bawa dokumen lagi, ‘Pak, itu milik kita, Pak’,” kata Jokowi kepada wartawan di Balaikota Jakarta, Selasa (28/1/2014).

Akibat ketidakjelasan kepemilikan lahan itu, Jokowi mengaku sulit membebaskan lahan tersebut dalam waktu singkat. Kendati demikian, Jokowi tetap berupaya memenuhi target itu. Namun, dia tidak mau menargetkan waktu pencapaian target RTH tersebut.

“Saya memang harus bilang apa adanya, nyatanya memang kayak gitu kok,” kata Jokowi.

Untuk saat ini, Jokowi memilih mengerjakan proyek-proyek penghijauan besar, seperti penghijauan Waduk Pluit, Waduk Ria Rio, dan 9 waduk baru yang akan dibangun di Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan Jakarta Barat. Jokowi mengklaim telah mengadakan 9,8 persen ruang terbuka hijau di Jakarta pada tahun lalu. Namun, jumlah itu tidak termasuk penataan Waduk Pluit, Waduk Ria Rio, dan 9 waduk yang baru. “Tenang aja, kita masih ada proyek yang gede-gede,” kata Jokowi.

Sumber: kompas.com

read more
Ragam

Petani Australia Kembangkan Tanaman Sejenis Ganja

Sejumlah petani dan pengusaha Australia mendorong agar tanaman hemp, yang satu genus dengan tanaman ganja yang memabukkan, boleh digunakan sebagai bahan makanan.

Klara Maroszeky, seorang aktivis hemp di daerah Northern Rivers, New South Wales, tengah memimpin pelatihan cara membangun dengan menggunakan hemp, sebagai bagian dari festival hutan tahun 2014.

“Di Kanada, mereka memproduksi pasta, susu, adonan kue, roti hemp,” ucap Marosszeky, “Dan (bahan ini) terkenal bergizi tinggi.”

Hemp dan produk sampingannya bisa digunakan untuk membuat bahan bangunan, minyak-minyak industri, restorasi lahan, produksi biofuel, dan makanan, jelasnya.

Marosszeky telah melakukan penelitian agronomik dan penelitian tentang bahan bangunan. Saat ini ia menjalankan perusahaan penyedia bahan bangunan dari hemp. Ia ingin menjadikan hemp alternatif yang menguntungkan dan berkelanjutan bagi petani skala kecil Australia.

“Di NSW, saya bekerja dekat dengan salah satu komunitas di Ashford untuk mengembangkan sebuah sistem, di mana mereka memproses hemp di lahan tani mereka, dan menghasilkan pendapatan yang mereka anggap menguntungkan,” ceritanya.

“Mereka menumbuhkan enam hektar hemp, mereka punya domba, dan menanam sedikit lucerne. Mereka memproses hemp, hingga siap saya gunakan sebagai bahan pembuat bahan bangunan,” tutur Marosszeky.

Ada beberapa hal yang menghambat petani Australia dalam menumbukan varietas hemp yang rendah kadar THC-nya, yaitu zat yang memabukkan. Namun, ia optimis sebuah forum menteri kesehatan negara dan negara bagian Australia akan membolehkan penanaman varietas hemp dengan kadar THC rendah untuk konsumsi manusia di Australia.

Ketua Asosiasi Hemp Industrial Tasmania, Philip Reader, mendorong agar pemerintah tidak lagi melarang pengembangan hemp sebagai bahan makanan manusia.

Potensi tanaman tersebut ditentang para politisi dan birokrat, ucap laki-laki yang merupakan satu dari 10 petani Tasmania yang menanam hemp berkadar THC rendah di sekitar 100 hektare lahan untuk perusahaan Midland Seeds dan EcoFibre Industries.

Menurutnya, pengumuman terakhir dari menteri-menteri Australia dan Selandia Baru yang membidangi peraturan makanan menyatakan bahwa mereka memerlukan investigasi lebih lanjut perihal penggunaan hemp berkadar THC rendah dalam tanapan makanan.

Sumber: NGI/Kompas.com/ABC Australia

read more
Flora Fauna

Penjagalan Hiu Paus Besar-Besaran Ditemukan di Cina

Sebuah pabrik yang mengolah sekitar 600 hiu setiap tahunnya telah ditemukan di Cina selatan , demikian dinyatakan sebuah kelompok konservasi. Organisasi konservasi itu menyebutnya sebagai penjagalan terbesar atas spesies yang terancam punah di dunia.

Kelompok konservasi lingkungan berbasis di Hong Kong, WildLifeRisk menyatakan, mereka menemukan pabrik penjagalan hiu paus atau cucut geger lintang di kota Pu Qi di provinsi Zhejiang, Cina. Organisasi tersebut telah memantau kegiatannya selama empat tahun.

Hiu paus-hiu paus itu disembelih dan diolah, sebagian besar untuk diambil minyaknya. Minyak hiu biasanya dikonsumsi sebagai suplemen bagi kesehatan.

Rekaman video yang diambil secara diam-diam dan diproduksi oleh organisasi konservasi itu menunjukkan bagaimana para pekerja memotong sirip belakang hiu paus totol dan spesies paus lainnya.

“Bagaimana makhluk-makhluk raksasa yang tak membahayakan ini dapat disembelih pada skala industri besar tersebut benar-benar sulit dipercaya,” demikian pernyataan WildLifeRisk dikirim kepada AFP.
[Hiu paus]

Hiu paus

Ditambah lagi, “Pembantaian ini hanya demi memenuhi gaya hidup manusia yang non-esensial seperti lipstik, krim wajah, suplemen kesehatan dan sup sirip ikan hiu.”

Diselundupkan ke Luar Negeri

Rumah jagal ini juga membunuhi spesies lain dari hiu, termasuk hiu biru dan hiu penjemur. Dari ketiga jenis itu, pabrik tersebut menghasilkan 200 ton minyak hiu per tahun. Pemilik rumah jagal hiu, yang hanya diidentifikasi bernama Li, mengatakan dalam video, bahwa ia perlu “menyelundupkan” kulit hiu paus ke luar negeri.

Di segmen lain dari video itu digambarkan, seorang pria yang diidentifikasi sebagai saudara Li mengatakan, kulit hiu paus diekspor ke negara-negara Eropa seperti Italia dan Perancis, dan dimanfaatkan oleh restoran Cina.

Tak Bahaya bagi Manusia

Hiu paus berukuran sekitar 12 meter, tetapi hewan besar ini tidak berbahaya bagi manusia dan hanya memakan hewan laut kecil seperti plankton. Mereka berada dalam “daftar merah” spesies langka yang dilindungi.

Mereka juga terdaftar di Appendix II Konvensi PBB mengenai Perdagangan Internasional Spesies Langka (CITES), dimana ekspor dan impor hewan ini harus dipantau.

Sumber: antaranews.com

read more