close

26/02/2014

Energi

Adakah Sumber Energi Alternatif Terbaik?

Isu pemanasan global telah menarik perhatian dunia untuk menciptakan strategi-strategi penanggulangan dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi perubahan iklim dan mencegah dampak terburuk dari pemanasan global. Salah satu strategi penanggulangan tersebut adalah peralihan penggunaan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui (bahan bakar fosil) ke sumber energi yang lebih efisien, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. Strategi ini diharapkan dapat secara signifikan mengurangi emisi karbon dioksida yang menyebabkan efek rumah kaca di atmosfer. Karbon dioksida dihasilkan ketika manusia menggunakan bensin, gas alam, dan batu bara untuk menghasilkan listrik atau bertransportasi.

Banyak negara telah menginvestasikan dana besar-besaran ke penerapan sumber energi alternatif yang dinilai lebih ramah lingkungan, seperti energi terbarukan. Lima jenis sumber energi terbarukan yang paling sering digunakan adalah biomassa, tenaga angin, surya, air, dan panas bumi (geotermal). Perusahaan penghasil minyak, batu bara, dan gas juga berupaya menjawab tantangan lingkungan melalui inovasi peningkatan efisiensi produksi dan pengurangan emisi. Salah satu contoh dari inovasi tersebut adalah teknologi batu bara bersih. Upaya peralihan ini tak lepas dari resistansi dan kontroversi sebagai bagian dari dinamika dunia.

Sebagian besar pembangkit listrik energi terbarukan memiliki dampak lingkungan yang lebih sedikit dibanding bahan bakar fosil. Namun, teknologi energi terbarukan memerlukan investasi yang sangat besar (padat modal). Pada September 2013, Departemen Energi Amerika Serikat mengalokasikan US$ 66 juta subsidi untuk 33 perusahaan energi hijau. Mengingat tenaga angin dan surya kini baru memasok sekitar 3 persen kebutuhan listrik di AS. Tentu masih jauh dari efisien dibandingkan utilisasi bahan bakar fosil. Inovasi peningkatan efisiensi produksi energi terbarukan masih akan melalui perjalanan yang panjang.

Sumber energi terbarukan sering kali bergantung pada lokasi geografis. Pemanfaatan tenaga angin, surya, dan panas bumi adalah contohnya. Hanya daerah dengan embusan angin, pancaran matahari, atau panas bumi yang memadai yang dapat menikmatinya. Sumber energi ini pun tidak dapat ditransportasikan agar bisa dinikmati oleh daerah lain.

Sumber energi terbarukan juga terbatas oleh alam. Pembangkit listrik tenaga air sangat bergantung pada elevasi air. Energi angin sangat bergantung pada iklim. Keterbatasan ini menimbulkan pertanyaan apakah kebutuhan energi dunia dapat dipasok oleh angin, air, dan matahari saja.

Meskipun energi terbarukan menghasilkan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit, bukan berarti sumber energi ini benar-benar ramah lingkungan. Pembangunan PLTA menyebabkan dampak lingkungan karena harus membuka lahan untuk pembangunan bendungan. Dampak yang ditimbulkan, meliputi terganggunya keseimbangan ekosistem dan biodiversitas, serta menimbulkan risiko banjir dan gempa bumi. Selain itu, pembangkit listrik tenaga surya membutuhkan sel khusus (solar cell) yang menghasilkan limbah racun pada proses produksinya. Biomassa juga mengemisikan beberapa limbah cair/gas sebagai polusi dan menggunakan bahan bakar fosil dalam proses konversinya.

Investasi mahal juga menjadi pertimbangan dalam menciptakan inovasi bagi perusahaan energi fosil. Walaupun demikian, kelangsungan usaha dalam jangka panjang dapat menjadi insentif yang baik bagi perusahaan bahan bakar fosil untuk terus beradaptasi. Pengembangan inovasi memang mahal, tetapi harga dari tidak melakukan apa-apa, akan lebih mahal, mengingat adanya dampak perubahan iklim, tekanan dari aktivis lingkungan, dan tren permintaan pasar.

Di sisi lain, kelompok lingkungan sering memberikan tekanan pada perusahaan energi fosil. Meskipun bahan bakar fosil berkontribusi besar pada emisi karbon dioksida, kita tidak bisa menghentikan pasokan bahan bakar fosil secara tiba-tiba. Hal ini akan memberi dampak negatif pada kestabilan pasokan energi dan perekonomian dunia. Bahan bakar fosil masih mendominasi sebagian besar pasokan energi di dunia, sekitar 80 persen  kebutuhan energi global pada tahun 2010. Dunia belum siap untuk bergantung pada sumber energi terbarukan saja, setidaknya untuk saat ini.

Energi Terbarukan vs Nuklir
Di tengah perdebatan antara energi terbarukan dan energi tak terbarukan, ada pula pertempuran antara energi terbarukan dengan tenaga nuklir. Beberapa kelompok lingkungan menolak keras penggunaan tenaga nuklir, teknologi dengan emisi karbon dioksida nol dan paling hemat biaya (dalam banyak referensi perhitungan).

Alasan keamanan biasanya menjadi argumen utama penolakan penggunaan tenaga nuklir, seperti bencana Fukushima terakhir di Jepang. Bencana ini, sebaliknya, memberikan pelajaran berharga. Reaktor Fukushima menggunakan teknologi lama dan dilengkapi dengan sistem keselamatan dan perlindungan yang buruk, khususnya dalam merespons tsunami atau bencana alam skala tinggi. Pelajaran dari Fukushima akan membuat utilisasi energi nuklir hadir lebih aman dan akan terus menghasilkan daya bersih yang dapat diandalkan, dalam hal teknologi dan protokol keselamatan. Butuh 10 tahun operasi untuk “menghasilkan” 1 kematian kerja dari pengoperasian sebuah PLTN. Akan tetapi, masih ada kekhawatiran lain pada poin keamanan, yaitu terkait limbah radioaktif yang dihasilkan PLTN.

Selain poin keamanan, argumen penolakan lain adalah PLTN bersifat padat modal, terutama ketika diimplementasikan dengan peraturan keselamatan dan kontrol yang sangat ketat.

Argumen-argumen yang menentang penggunaan tenaga nuklir jelas ironis. Mereka mengabaikan fakta bahwa implementasi energi tak terbarukan juga mahal dan berisiko. Hubungan cinta-benci antara energi terbarukan dan nuklir ini hanya melempar argumen yang sama satu sama lain.

Jika kita menyampingkan kepentingan pasar dan politik, sesungguhnya mencari pilihan terbaik dalam bidang energi tidak akan menghasilkan jawaban yang tunggal. Energi itu layaknya obat: jika tidak ada efek samping, kemungkinan ia tidak dapat berfungsi. Biaya pengembangan yang besar di awal tentu tidak terelakkan.

Pada akhirnya, dunia harus memahami peran masing-masing sumber energi. Memutus seluruh pasokan bahan bakar fosil secara sekejap tentu mustahil untuk dilakukan. Meskipun investasi pada sumber-sumber energi terbarukan mungkin sangat penting untuk memenuhi kebutuhan energi baru di masa depan, energi nuklir dapat membantu pasokan listrik saat angin tidak bertiup atau matahari tidak bersinar. Tidak perlu memojokkan salah satu sumber energi. Jika kita benar-benar peduli pada bumi dan kelangsungan hidup spesies kita sendiri, sungguh langkah yang terbaik untuk bekerja sama.

Sumber: beritasatu.com

read more
Flora Fauna

Badak Indonesia Diambang Kepunahan

Ibaratnya menyelamatkan nyawa, maka pancaran SOS (save our souls) tengah diprioritaskan pemerintah, sebagaimana dinyatakan Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Kehutanan, Bambang W Novianto.

“Pemerintah menetapkan 13 spesies hewan yang dilindungi, termasuk badak jawa dan badak sumatera. Penyelamatan badak ini menjadi prioritas,” katanya di Pandeglang, Banten, Rabu.

Dia katakan, Indonesia beruntung memiliki dua dari lima spesies badak di dunia, yakni badak jawa (Rhinoceros sondaicus) dan badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), satu-satunya species badak di Asia yang bercula dua namun tubuhnya paling kecil.

Jumlah pasti kedua species badak di Indonesia ini masih belum diketahui persis, kecuali taksiran berdasarkan jejak kaki, tinggalan faeces (kotoran), pola lintasan, dan rekaman kamera jebakan.

Para peneliti memperkirakan, cuma paling banyak 100 badak jawa dan 100 badak sumatera yang masih hidup di habitat asli, dengan tingkat penurunan paling drastis pada badak sumatera, yang semula diperkirakan 800 badak pada sewindu lalu.

Khusus badak bercula satu atau badak jawa, kata dia, setelah spesies ini punah di Vietnam, maka habitat alami merek kini cuma tinggal di Indonesia, yaitu di Taman Nasional Ujung Kulon Pandeglang.

Badak, kata dia, merupakan hewan yang dilindungi dan masuk dalam Apendix I IUCN. Penyelamatan badak jawa tidak hanya menjadi perhatian pemerintah Indonesia, tapi juga berbagai negara di dunia.

“Angin segar terjadi pada upaya peningkatan populasi badak sumatera, karena perkembangbiakan secara semi alami yang dilaksanakan di Way Kambas, Lampung telah membuahkan hasil.

“Belum lama ini lahir anak badak sumatera dari hasil perkawinan semi alami di Way Kambas, yakni melalui penangkaran,” katanya. Anak badak sumatera jantan itu diberi nama Andatu, dengan induk Ratu.

Menurut dia, perkawinan semi alami melalui penangkaran sudah lama dilakukan, tapi baru belakangan ini membuahkan hasil dengan kelahiran anak badak sumatera.

Melihat keberhasilan itu, kata dia, pihak pemerintah Malaysia sudah mengajukan permintaan badak sumatera untuk dikembangbiakkan di negara itu. Di Malaysia, populasi badak sumatera tinggal lima ekor lagi.

“Kita belum bisa memenuhi permintaan itu, karena perlu pertimbangan yang matang, dan tidak bisa gegabah untuk menyerahkan hewan langka tersebut,” katanya.

Terkait pelestarian badak oleh pemerintah di antaranya menetapkan 5 Juli sebagai Hari Badak.

Editor: Ade Marboen

read more
Tajuk Lingkungan

Hijau = Islam = Kemakmuran

Kita sering mendengar ungkapan, ” matanya hijau kalau melihat duit.” Atau ada ungkapan lain yang mencerminkan bahwa sesuatu itu berkaitan dengan Islam,”Ijo royo-royo”. Selain itu ada konotasi yang sangat kuat untuk merekatkan kata “Hijau” dengan lingkungan, terlebih dalam bahasa Inggris. Green technology, green building, green farming, dan sebagainya. Ada banyak ungkapan yang beredar di masyarakat yang pada intinya menunjukan bahwa hijau itu adalah hal bagus.

Hijau menjadi kata yang sangat populer, semua orang menyukainya tapi apakah mereka yang menyukainya berusaha untuk menjaganya? Misalnya manusia senang dengan tanaman hijau yang bisa menyegarkan pandangan mata, apakah dia mau untuk menanam dan merawatnya sendiri? Mengucapkan tentu lebih mudah daripada menjalankan tetapi disinilah tantangannya.

Dalam agama Islam,yang identik dengan hijau, manusia disuruh untuk menjaga alam, lingkungan dan sebagainya agar manusia terhindar dari kebinasaan. Salah satu ayat Alquran yang populer dan sering digunakan dalam kampanye lingkungan antara lain adalah,” “Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat)  manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS Ar Ruum:41).

Sebenarnya masih sangat banyak lagi dalam Islam, manusia disuruh menjaga lingkungan, penjelasan tentang fenomena alam dan kehancuran yang terjadi jika manusia tidak merawat lingkungan. Jadi tidak heran kalau Islam itu identik dengan “hijau”, sementara itu hijau identik dengan alam.

Sebuah daerah yang makmur juga diidentikan daerah yang hijau, baik secara konotasi maupun fakta di lapangan. Lihat saja negara-negara yang makmur seperti Singapura, walau tak punya hutan tapi berhasil menghijaukan kota-kotanya. Dari sini kita kembali bisa mengambil kesimpulan bahwa “Hijau” juga sama dengan kemakmuran.

Jadi tidak salah kalau saya menyebutkan bahwa Hijau itu identik dengan Islam dan identik dengan kemakmuran. Kalau demikian adanya, mengapa manusia masih merusak lingkungan, yang berarti merusak Islam dan mencegah kemakmuran muncul.

read more