close

29/03/2014

Green Style

Berapa Nilai Penghematan Listrik dari Kegiatan Earth Hour?

Kampanye hemat energi Earth Hour atau mematikan listrik selama beberapa saat kembali digelar di Jakarta dan beberapa kota lain pada Sabtu, 29 Maret 2014. Juru bicara PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Bambang Dwiyanto, menargetkan penghematan energi dari aksi Earth Hour 2014 bisa meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. “Tentunya, hal ini sangat bergantung pada partisipasi masyarakat,” katanya Sabtu (29 Maret 2014).

Pada Earth Hour 2012, PLN mencatat penurunan beban puncak listrik secara nasional hingga 575 Megawatt. Jika dinilai dengan rupiah, PLN berhasil menghemat biaya Rp 900 juta. Setahun berikutnya, pada Earth Hour 2013, beban puncak listrik di Jakarta turun 236 Megawatt, namun secara nasional malah naik 1.236 Megawatt.

Menurut Bambang, melesetnya target penghematan listrik secara nasional pada Earth Hour 2013 disebabkan pertandingan sepak bola antara Indonesia melawan Arab Saudi. Konsumsi listrik melambung karena banyak orang menyaksikan pertandingan tersebut melalui televisi pada pukul 19.00-21.00 WIB. “Tahun ini mudah-mudahan bisa terjadi penghematan seperti 2012 atau malah lebih besar,” kata Bambang.

Saat ini, 45 persen konsumsi listrik di Indonesia digunakan untuk keperluan konsumsi rumah tangga. Sementara 53 persen dipergunakan untuk kegiatan produksi yaitu 34 persen untuk keperluan pelanggan industri dan 19 persen untuk pelanggan bisnis. Bambang mengatakan masih ada ruang untuk menghemat penggunaan listrik di Indonesia. “Jika setiap rumah mematikan dua lampu saja setiap malam, bisa menahan pertumbuhan permintaan hingga 8,4 persen per tahun,” ujarnya.

Kampanye Earth Hour 2014 digelar pada Sabtu, 29 Maret 2014 pada pukul 20.30 hingga 21.30 waktu setempat. Dalam waktu satu jam, masyarakat diajak untuk mematikan lampu dan menghemat energi. Tahun ini, kampanye Earth Hour dilakukan di 33 kota antara lain Banda Aceh, Medan, Pekan Baru, Jabodetabek, Bandung, Cimahi, Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Gresik, Kediri, Sidoarjo, dan Denpasar.

Sumber: tempo.co.id

read more
Perubahan Iklim

Earth Hour di Australia, Lampu Gedung Parlemen Dipadamkan

Gedung Opera Sydney dan Jembatan Pelabuhan Sydney tampil gelap gulita selama satu jam sebagai bagian dalam Kampanye Earth Hour  Sabtu malam (29/3). Kedua bangunan itu merupakan salah satu diantara landmark pertama di dunia yang ikut memadamkan lampu dalam event tersebut.

Kampanye yang diinisiasi oleh World Wide Fund for Nature ini melibatkan jutaan orang di seluruh dunia yang ikut memadamkan lampu selama satu jam mulai pukul 8.30 malam di zona waktu mereka masing-masing.

Lampu-lampu akan dipadamkan di 7 ribu kota di seluruh dunia mulai dari New York sampai Selandia Baru, yang pada gelaran tahun ini berusaha mengumpulkan ratusan dollar untuk berbagai proyek lingkungan.

Di gedung parlemen di Canberra, hampir 4.000 lilin dinyalakan dengan tema “Pemadaman Lampu untuk Kelestarian Terumbu Karang” yang menjadi tema kampanye Earth Hour di Australia.

Sejumlah bangunan landmark kota di dunia termasuk Empire State Building, Menara Eiffel dan istana Kremlin dilaporkan akan ikut ambil bagian memadamkan lampu mereka selama 60 menit.

Kampanye Earth Hour dimulai pada tahun 2007 di Sydney, namun ide ini dengan cepat menyebar ke seluruh dunia dan diperkirakan ratusan juta orang diseluruh dunia ikut ambil bagian memadamkan lampu mereka dalam event Earth Hour tahun lalu.

Event Earth Hour di Singapura, menampilkan bintang terbaru film Amazing Spider-Man 2 berusaha membantu memadamkan lampu di gedung pencakar langir Singapura di kawasan Marina Bay.

Manager Earth Hour Australia, Anna Rose mengatakan event ini merupakan simbol kepedulian masyarakat mengenai perubahan iklim.

“Satu hal mengenai Earth Hour adalah event ini mengingatkan orang mengenai betapa pentingnya tanggung jawab global,” katanya.

“Sangat indah melihat seluruh warga dunia memadamkan lampu dalam event ini dan mengetahui mereka bagian dari orang yang melakukan hal serupa di 154 negara.”

Meski demikian event ini sempat memicu kritik, termasuk dari politisi Denmark, Bjorn Lomborg, yang menilai event ini terlalu kecil dibandingkan masalah sesungguhnya terkait pemanasan global dan justru malah mengalihkan sumber daya yang ada ke isu lain.

“Perayaan kegelapan ini mengirimkan pesan yang salah, “ katan Lomborg dalam pernyataannya pekan ini.

“Sementara lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia melakukan hal simbolis menghentikan penggunaan listrik selama satu jam dalam satu tahun. ada 1,5 miliar penduduk lain di negara-negara berkembang yang terus hidup tanpa akses listrik dan mereka melakukan event itu setiap hari sepanjang tahun,” kritik Lomborg.

Sumber: radioaustralia.net

read more