close

19/04/2014

Energi

Penemuan Baru yang Memanfaatkan Limbah Panas

Hampir dua pertiga dari energi yang digunakan berubah menjadi limbah panas yang terbuang begitu saja. Namun sekarang para ilmuwan Northwestern University telah menemukan cara mengkonversi limbah panas listrik menjadi sesuatu yang berguna. Materi yang luar biasa ini dapat dimanfaatkan dalam perangkat solid-state  thermoelectric dalam berbagai industri, dengan penghematan energi yang berpotensi besar.

Sebuah tim interdisiplin yang dipimpin oleh ahli kimia anorganik Mercouri G. Kanatzidis menemukan bentuk kristal dari senyawa kimia timah selenide menghantarkan panas begitu buruk melalui struktur kisi sementara bahan thermoelectric ini dikenal yang paling efisien. Tidak seperti kebanyakan bahan termoelektrik, timah selenide memiliki struktur sederhana seperti dari akordeon yang memberikan sifat kunci yang luar biasa.

Efisiensi konversi limbah panas dalam thermoelectrics tercermin dari sosok yang disebut ZT. Tin selenide memperlihatkan ZT 2,6, dilaporkan sampai saat ini di sekitar 650 derajat Celcius . Konduktivitas termal material yang sangat rendah meningkatkan ZT ke tingkat tinggi ini sementara masih mempertahankan konduktivitas listrik yang baik.

ZT metrik merupakan rasio konduktivitas listrik dan listrik thermoelectric dalam pembilang ( yang harus tinggi ) dan konduktivitas termal dalam penyebut ( yang perlu rendah).

Potensi aplikasi untuk suhu tinggi bahan termoelektrik termasuk industri otomotif (sejumlah besar energi potensial bensin yang keluar dari knalpot kendaraan), industri manufaktur berat (seperti kaca dan pembuatan batu bata, kilang, batu bara dan pembangkit listrik-gas ) dan tempat-tempat di mana mesin pembakaran besar beroperasi secara terus menerus (seperti dalam kapal-kapal besar dan kapal tanker).

“Anda tidak perlu mengubah banyak energi yang terbuang di dunia menjadi energi yang berguna untuk membuat bahan yang sangat menarik. Kami membutuhkan portofolio solusi untuk masalah energi dan bahan termoelektrik ini dapat memainkan peran penting,” kata Vinayak Dravid P. , seorang peneliti senior di tim.

Rincian selenide timah, bahan kristal paling konduktif termal di dunia, diterbitkan 17 April 2014 oleh jurnal Nature.

Penemuan ini terjadi kurang dari dua tahun setelah kelompok riset yang sama memecahkan rekor dunia dengan bahan lain termoelektrik mereka dikembangkan di laboratorium dengan ZT 2,2.

” Ketidakefisienan bahan termoelektrik saat ini telah membatasi penggunaan mereka,” kata Kanatzidis, Profesor Kimia di Northwestern. ” Kami berharap sistem selenide timah diimplementasikan dalam perangkat thermoelectric untuk menjadi lebih efisien daripada sistem lain dalam mengkonversi limbah panas listrik yang berguna . “[]

Sumber: enn.com

read more
Flora Fauna

Polisi Sudah Menangkap 11 Tersangka Pembunuh Gajah

Polres Aceh Barat hingga kini telah menangkap 11 orang tersangka pembunuh dan pengambil gading gajah di Kecamatan Kaway XVI. Tersangka ditangkap secara terpisah. Tersangka mengaku sudah berulang kali membunuh gajah untuk diambil gadingnya. Lokasi pembunuhan gajah masing-masing di kawasan Blangpidie, Kabupaten Aceh Barat Daya serta di kawasan Seumantok, Kecamatan Pante Ceureumen dan Gampong Teupin Panah, Kecamatan Kaway XVI, Kabupaten Aceh Barat.

Penangkapan pertama dilakukan oleh Polres Aceh Barat, Sabtu (12/4/2014 ) dimana enam warga Desa Teupin Panah, Kecamatan Kaway XVI, Aceh Barat yang diduga terlibat pembunuhan seekor gajah beberapa sebelumnya. Keenamnya ditangkap di lokasi terpisah

“Menurut tersangka yang sudah diperiksa, mereka mengaku membunuh sedikitnya tiga gajah untuk diambil gadingnya,” kata Kapolres Aceh Barat, AKBP Faisal Rivai SIK, Senin (14/4/2014). Menurutnya, tersangka memasang ranjau untuk menjebak gajah lalu menjeratnya. Setelah satwa dilindungi itu mati, pelaku mengambil gadingnya dan menjual pada seorang penadah yang berada di kawasan Kuta Fajar, Aceh Selatan seharga Rp 2,3 juta.

Dijelaskan Kapolres, sistem perdagangan yang dilakukan pelaku itu dengan cara berantai. Artinya pelaku yang sudah berhasil membunuh gajah tersebut kemudian menjual kepada pelaku lainnya melalui Dolah Haris dan selanjutnya dijual lagi kepada Husen seharga Rp 1,5 juta. Kemudian Husen menjual gading ini kepada Jas, seorang warga Kuta Fajar seharga Rp 2,3 juta. “Jas sendiri masih kita buru dan sudah dimasukkan dalam daftar pencarian orang (DPO),” kata AKBP Faisal.

Polisi juga sudah mengamankan sejumlah barang bukti lainnya seperti tiang dan rotan serta balok pemberat yang diduga digunakan pelaku untuk menjerat gajah.

Kemudian pada penangkapan kedua, lima warga lainnya yang diduga ikut dalam komplotan pembunuh dan mengambil gading gajah liar, di Desa Teuping Panah, Kecamatan Kaway XVI, Aceh Barat, diamankan polisi pada Selasa (15/4/2014) dari lokasi penangkapan.

Berdasar pengakuan warga yang ditangkap, kata Kapolres, mereka membunuh gajah menggunakan perangkap tradisional. Gajah itu dibunuh karena selama ini sudah sangat menganggu, bahkan sudah pernah menyerang penduduk hingga meninggal dunia. Sementara gading gajah yang mati itu sudah dijual. “Kita meminta kepada warga yang membeli gading itu segera menyerahkan diri, sebab identitasnya sudah dikantongi,” ujarnya.

Sejumlah pelaku pembunuhan gajah yang ditangkap polisi mengatakan, pembunuhan terhadap gajah dilakukan karena sudah bertahun-tahun mereka menderita akibat amukan gajah liar tersebut. Para pelaku berharap adanya keringanan hukuman sebab pembunuhan ini tidak pernah mereka inginkan jika saja sang gajah tak menggangu warga.

Kepala Resor BKSDA Aceh Barat, Zulkifli yang dimintai tanggapannya kemarin mengatakan, pembunuhan terhadap gajah tidak dibenarkan dalam aturan, walaupun hewan yang dilindungi itu menggangu, merusak tanaman, bahkan membunuh manusia. “Apabila ada gajah liar yang menggangu dipersilakan melapor ke BKSDA untuk diusir agar menjauh dari perkampungan maupun lahan pertanian warga,” katanya.

Sumber: serambinews.com

read more