close

March 2014

Hutan

Perlindungan Hutan Global Cara Brasil

Ide revolusioner dari hutan tropis. Brasil berikan ide bagi wadah internet “Global Forest Watch” yang memantau keadaan hutan di seluruh dunia lewat satelit.

Berpikir global, bertindak lokal. Slogan anti globalisasi yang terkenal menjadi landasan sejarah sukses dari hutan tropis Brasil. Pengawasan pembalakan hutan Amazona lewat satelit, yang dimulai tahun 2004, kini akan dilaksanakan di seluruh dunia.

Sejak akhir Februari, perusakan hutan diawasi situs internet Global Forest Watch (GFW). Seperti pada Googe Maps, pengguna bisa memperoleh keterangan tentang jumlah pohon. Dengan hanya mengklik, orang bisa melihat perubahan jumlah pohon antara tahun 2000 dan 2012, lengkap dengan keterangannya, juga faktor-faktor mana yang penting untuk mencegah rusaknya hutan dan tumbuhan.

Evaluasi berdasarkan data dari satelit juga dilengkapi laporan-laporan dari berbagai negara dengan informasi tentang situasi di setiap hutan, nilai ekonominya dan peraturan yang berlaku di negara itu. Menurut keterangan GFW, antara tahun 2000 dan 2012 sekitar 2,3 juta km persegi wilayah hutan punah. Negara-negara yang paling menderita adalah Rusia, Kanada, Indonesia, AS dan Brasil.

Langkah Pionir di Amazona
Ide untuk mengawasi situasi hutan lewat satelit berasal dari Brasil. Institut untuk Penelitian Angkasa Nasional (INPE) sudah mengawasi pembalakan di Amazona sejak 2004 lewat satelit. Insitut penelitian independen “Imazon” mengembangkan ide ini di Belém, dalam kerjasama dengan Google, dan meluncurkan sistem alarm terhadap pembalakan tahun 2012.

Brasil adalah negara satu-satunya di dunia, yang memiliki sistem alarm ini. Ini menjadi sumbangan untuk mengurangi perusakan hutan tropis. Demikian dijelaskan Nigel Sizer, kepala inisiatif internasional pada lembaga think tank World Resource Institute (WRI), di Washington.

Lebih dari 40 mitra bekerja sama pada wadah baru ini bagi perlindungan hutan global lewat satelit. Yang utama adalah tangki pemikir WRI, Google, Program Lingkungan PBB UNEP, Institut Penelitian Brasil “Imazon” serta sejumlah tangki pemikir lainnya, demikian halnya dengan sejumlah universitas, perusahaan biasa dan perusahaan non profit.

Tekanan atas Pemasok
“Global Forest Watch akan mengubah penggunaan hutan secara radikal,” demikian perkiraan pemimpin WRI Andrew Steer. Institut keuangan bisa memberikan penilaian lebih tepat atas perusahaan-perusahaan, di mana mereka menanam modal. Selain itu, pedagang bahan baku bisa memeriksa pemasok minyak sawit, kedelai, kayu dan daging. Steer menambahkan, “Yang merusak hutan tidak bisa menghilangkan jejak lagi, dan mereka yang memperhatikan kelangsungan bisa diberikan imbalan”.

Data di wadah baru itu akan terus diaktualisasi dengan data dari mitra proyek. Misalnya, Forest Monitoring for Action (FORMA) menunjukkan setiap bulan, lahan hutan tropis yang baru dirusak. Selain itu, foto dari satelit yang digunakan Badan Antariksa AS (NASA) setiap harinya menunjukkan kebakaran hutan yang baru terjadi. Universitas Maryland melaporkan setiap tahunnya tentang bertambah dan berkurangnya lahan hutan di seluruh dunia, dengan ketepatan 30 kali 30 meter.

Pengguna internet juga bisa mengaktualisasi isi wadah tersebut. Mereka bisa melaporkan pembalakan yang terjadi di dekat lokasi mereka tinggal, dan mempublikasikan laporan. Wadah itu memberikan pertolongan bagi badan pemerintah, untuk menjatuhkan sanksi bagi pihak yang merusak atau membalak hutan, atau lebih baik lagi jika dapat mencegahnya.

Tahun lalu saja kontrol lewat satelit sudah tampak efisien di Indonesia. Lewat sistem pelaporan kebakaran milik NASA, produsen minyak sawit yang menyebabkan kebakaran hutan bisa dicari. Pemerintah kemudian menjatuhkan hukuman atas perusahaan itu, demikian dikatakan pemimpin proyek Nigel Sizer dari WRI. Ia menambahkan, “Saya berharap lewat penyatuan sistem monitoring pada Global Forest Watch, efek ini bisa diperkuat, dan kontrol di seluruh dunia bisa dilaksanakan”.

Sumber: dw.de

read more
Kebijakan Lingkungan

Chevron Menangkan Panas Bumi Gunung Ceremai

Isu penjualan Gunung Ceremai di Jawa Barat merebak di media sosial beberapa hari ini. Dari isu yang tak jelas kebenarannya itu berembus kencang jika gunung yang terletak di Kuningan tersebut dijual Rp 60 triliun kepada Chevron, perusahaan asal Amerika Serikat.

Wilayah di sekitar Gunung Ceremai memang menyimpan banyak potensi geothermal atau panas bumi. Pemerintah berencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) untuk mencukupi kebutuhan energi di Pulau Jawa dan Bali.

Perusahaan energi asal Amerika Serikat (AS), PT Chevron Indonesia melalui anak perusahaan PT Jasa Daya Chevron berhasil memenangi tender yang digelar oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Penetapan pemenang ini diumumkan pada 2012 lalu oleh panitia lelang Pemda Jabar.

“Semua investor bisa mengikuti tender terbuka ini dan Chevron memenangkan prospek ini melalui proses tender yang dilaksanakan oleh panitia tender Pemda Jabar, dan penetapan pemenang oleh Pemda Jabar tahun 2012,” ujar Manager Policy Government Public Affairs PT Jasa Daya Chevron, Ida Bagus Wibatsya saat berbincang dengan merdeka.com, Senin (3/3/2014).

Meski memenangi tender, namun perusahaan ini tidak begitu saja melaksanakan proyek tersebut. Pemda Jabar memberikan sejumlah syarat kepada PT Chevron Indonesia, salah satunya dengan melebur bersama Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

“Sesuai kehendak pemda, Chevron akan berpartner dengan BUMD yang ditunjuk pemda Jabar yang saat ini masih dalam tahap pembicaraan,” ungkapnya.

Ida Bagus menjelaskan, persyaratan itu menjadi satu-satunya syarat mutlak sebelum diterbitkannya Izin Usaha Pertambangan (IUP) oleh Pemprov Jabar. IUP inilah yang nantinya dipakai untuk menggarap wilayah kerja pertambangan (WKP) Gunung Ceremai.

“Sampai saat ini Chevron belum memasuki wilayah Ceremai dan belum melaksanakan kegiatan fisik, maupun komunikasi di lapangan karena belum terbitnya IUP ini,” bebernya.

Sumber: merdeka.com

read more
Perubahan Iklim

Sungai-sungai Lenyap dari Bangladesh

Bangladesh adalah negeri yang sangat banyak memiliki sungai tetapi perubahan iklim telah menyebabkan sepertiga dari lebih dari 300 sungai besar di negara itu menghilang.

Sungai-sungai mengering sebagai akibat dari bendungan yang dibangun hulu untuk mengalihkan air dan melindungi orang dari bencana banjir yang menjadi lebih sering karena cuaca tidak menentu. Penurunan curah hujan juga secara bertahap mengurangi debit air.  Hal ini sebagaimana dikutip dari laman scidev.net, Senin (3/3/2014).

Lenyapnya sungai telah mempengaruhi pola mata pencaharian masyarakat setempat. Banyak dari mereka yang sebelumnya mendapat penghasilan dari perikanan telah berpaling ke pertanian karena pekerjaan yang dulu tidak lagi bisa menguntungkan.

Untuk meringankan masalah tersebut, pemerintah dan LSM membangun program yang bertujuan mendorong terciptanya pasar sementara di mana orang bisa menjual barang seperti goni, molase, dan lentil. Ada juga upaya untuk meningkatkan transportasi sehingga masyarakat setempat dapat pindah ke kota-kota terdekat sampai situasi ekonomi mereka meningkat. Pemerintah juga berencana untuk menetapkan hak kepemilikan atas tanah yang telah muncul ke permukaan dari lenyapnya sungai kepada orang-orang yang keluarganya telah tinggal selama berabad-abad di dekat sungai.

Sumber: scidev.net

read more
Tajuk Lingkungan

Setan Merkuri

Di jalanan, saya membenci pagi. Sebab di jalan – pagi begitu bising, begitu berisik, saling mendahului dan saling maki-memaki, klakson-mengklakson. Lebih berisik dari isi twitter dan lebih cerewet dari facebook. Tapi bagaimanakah mengalihkan perhatian ke pagi yang sepi 17 Mei 2013, di dalam sebuah mobil saat seorang ibu
bersalin dengan keceriaan yang seketika mati. Aulida Putri mungil lahir dengan benjolan besar di dahi,  jari-jari tangan yang terputus dan jari kaki yang juga tidak sempurna.

Hanya dengan membungkam berisik,  kita bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Barangkali kita perlu menyimak apa arti pagi bagi Aulida Putri. Bayi dari pasangan Warga Keude  Panga, Aceh Jaya itu.
Dari mana datangnya cacat?

Nidar, ibu kandung Aulida: ketika  hamil – melahap kerang yang dibawa pulang suaminya setiap pulang kerja, dan kerang itu ternyata beracun. Ya., kerang itu tercemar merkuri penambang emas Gunong Ujeuen Kecamatan Krueng Sabee.

Lalu datang petaka itu. Merkuri berada di belakang kisah hidup Aulida yang baru saja ia mulai. Tapi saya yakin, Aulida bukan sendirian, sebab merkuri adalah zat racun yang pelan-pelan tapi pasti bisa membunuh siapa saja.
Anehnya, gelombang kesadaran massa akan bahaya merkuri belum tersentuh. Para pendulang masih menggerakkan mesinnya, mengguyur merkuri ke tanah dan sungai-sungai. Dari mana datangnya rasa bengal akan kejahilan? Dari dalam dirinya yang ingin segera kaya raya? Bukankah para pendulang itu juga manusia? Bukankah mereka punya bayi?

Di sini saya kira, Tuan-tuan harus turun tangan. Sebab situasi sudah tidak biasa. Manusia sedang mengulang kejahanamannya. Melakonkan rutinitas tanpa melihat tangisan generasi masa depan.

Dan ini bukan perang biasa, tapi sebuah latar kengerian yang sangat merisaukan.

Pedulikah Tuan? Tidak cukup dengan kata-kata normatif, sebab korban sudah mulai berjatuhan, dan pasti akan susul-menyusul. Bertindaklah Tuan.

Sumber: hutan-tersisa

read more
Ragam

Jakarta Jadi Kota Percontohan Berbasis Lingkungan

Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLHD) DKI Jakarta Muhammad Tauhid mengatakan DKI akan menjadi kota percontohan yang berbasiskan lingkungan.

“Tidak hanya menyediakan jalur sepeda, Pemprov DKI Jakarta juga melebarkan pedestrian untuk membuat masyarakat menjadi nyaman,” ujar Tauhid dalam acara peluncuran Majalah GreenLife Inspiration di Jakarta, Ahad (2/3/2014).

Sistem angkutan umum juga ditata dengan lebih baik, sehingga semakin banyak masyarakat yang senang menggunakan transportasi umum. “Melalui kegiatan ‘car free day’, masyarakat juga didorong untuk hidup yang lebih ramah lingkungan,” tambah dia.

Kemacetan dan polusi di Ibu Kota masih menjadi persoalan serius. Di sejumlah kota besar di Indonesia, Bandung, Surabaya, Makassar, Medan dan lainnya, isu transportasi juga menjadi permasalahan.

“Di sinilah pentingnya kehadiran sebuah konsep transportasi yang bisa mengurangi kemacetan dan menghapus polusi. Program Eco Transport City merupakan tawaran alternatif bagi Ibu Kota dan kota-kota lainnya untuk mengatasi persoalan kemacetan dan polusi,” kata Direktur Green Education Pertamina Foundation Ahmad Rizali.

Gaya hidup tidak ramah lingkungan menyebabkan berbagai persoalan di Ibu Kota. Salah satunya gaya hidup membuang sampah sembarangan dan pemakaian produk hutan tanpa memikirkan kondisi hutan sebagai konservasi dan perlindungan. Hilangnya kawasan hutan adalah salah satunya. Penebangan liar telah menciptakan hutan terkikis dan hilang.

“Edisi perdana majalah GreenLife Inspiration bercerita tentang potret hutan di Indonesia dan bagaimana seharusnya gaya hidup kita untuk bisa menolong hutan kita dan kebangkitan Indonesia dari hutan,” kata Pemimpin Redaksi Majalah GreenLife Inspiration Heru B. Arifin.

Majalah GreenLife Inspiration hadir untuk mendorong hadirnya gaya hidup yang lebih ramah lingkungan, mendorong semua orang untuk lebih peduli dan ramah terhadap lingkungan. Menjaga hutan, menjaga sungai, dan masih banyak lagi.

“Kita memiliki hutan terbesar di dunia selain Brazil. Seharusnya kita bisa berjaya dari hasil hutan tanpa merusak hutan lindung,” ujar Heru.

Heru menjelaskan majalah ini akan menjadi gaya hidup ramah lingkungan yang diharapkan mampu mengemban misi menginspirasi, memberikan solusi, dan menggerakkan aksi lebih ramah dan peduli lingkungan.

Sejumlah pihak turut berkontribusi atas lahirnya majalah ini. Diharapkan semua institusi dan pegiat lingkungan bisa berperan mengisi dan menjadi mitra majalah ini.

Sumber: republika.co.id

read more
Green Style

Selamatkan Lingkungan, Kurangi Kantong Plastik

Larangan penggunaan kantong plastik atau biasa dipopulerkan dengan “Plastik tak Asik”, menjadi salah satu aksi nyata kampanye “Earth Hour” 2014 yang diselenggarakan komunitas pecinta lingkungan Kota Makassar.

Komunitas pecinta lingkungan yang tergabung dalam Earth Hour Makassar kali ini dikaitkan dengan permasalahan sampah. Komunitas ini pun mengadakan aksi pengumpulan sampah sambil kampanye diet kantong plastik.

Koordinator kota Earth Hour Makassar, Muh Nur Assyddyq mengatakan, diet kantong plastik sebagai aksi nyata dari gaya hidup ramah lingkungan. Kampanye ini sebagai bagian dari hari peduli sampah nasional.

“Banjir yang selama ini terjadi dibeberapa kota besar disebabkan dampak dari pengelolaan sampah yang buruk. Aksi ini merupakan momentum yang tepat untuk peduli lingkungan,” ujar Assddyq, saat aksi peduli sampah di Anjungan pantai Loasari Makassar, Minggu,(2/2/2014).

Ia mengatakan, kampanye peduli sampah tersebut serentak dilakukan di seluruh Indonesia. Misi utamanya mengajak masyarakat melakukan perubahan yang mudah dan murah dengan mengurangi sampah plastik.

“Tahun ini, kampanye “Earth Hour” mengusung tema “Ini Aksiku! Mana Aksimu?” sebagai bentuk tantangan kepada publik terutama bagi yang belum mengenal kampanye tersebut agar termotivasi untuk ikut berpartisipasi juga,” tuturnya.

Koordinator Media Earth Hour Makassar, Vienza Beby menambahkan aksi peduli sampah ini diawali dengan pengumpulan sampah untuk mengetahui besaran potensi sampah plastik di lokasi Car Free Day (CFD) Loasari.

“Kami akan melakukan pemisahan sampah yang terdiri dari sampah daur ulang, kertas kering, dan sampah unrecycle. Hasilnya kami melakukan riset sampah untuk bisa mengetahui potensi samapah setiap hari,” ujar Vienza.

Vienza mengatakan, Komunitas EH ini telah melakukan beberapa aksi untuk mengajak publik Makassar agar peduli lingkungan.”Kami telah melakukan Piknik Hijau, dan Pete-pete Day dan berbagai aksi lainnya demi lingkungan,” tutupnya.

Sumber: fajar.co

read more
Kebijakan Lingkungan

Australia Bentuk Tentara Hijau untuk Jaga Lingkungan

Pemerintah federal Australia memastikan siap menggaji ribuan orang remaja sebesar AUD$300 atau sekitar Rp.3 juta per minggu untuk bekerja pada program konservasi yang merupakan bagian dari proyek bernama Tentara Hijau.

Program ini diharapkan dapat mempekerjakan lebih dari 15 ribu pemuda berusia 17 hingga 24 tahun untuk bekerja selama 30 jam per minggu jika program ini dilaksanakan.

Menteri Lingkungan Australia, Greg Hunt mengatakan mereka akan melakukan pekerjaan seperti menstabilkan gundukan  pasir, merapikan trotoar dan merehabilitasi hutan bakau.

Tentara Hijau ini nantinya akan menerima bayaran antara AUD$300 dan AUD$500 per minggu atau lebih kecil dari upah minimum mingguan di Australia yang nilainya AUD$620 per minggu.

“Ini merupakan program yang bersifat sukarela. Anak-anak muda yang ingin berpartisipasi akan belajar mengenai lingkungan, mereka juga akan mendapat Sertifikat I atau Sertifikat II dan mereka juga akan mendapatkan keterampilan kerja, pelatihan keterampilan dan menciptakan sesuatu yang permanen.”

Kalangan aktifis buruh menilai pemerintah tidak boleh membayar upah Tentara Hijau ini dibawah upah minimum pekerja .

Presiden Serikat Buruh Australia, Ged Kearney mengatakan skema pembayaran yang disediakan pemerintah terlalu kecil dan harusnya peserta program Tentara Hijau  juga dilindungi oleh UU pekerja.

“Konsep dari Tentara Hijau ini adalah upaya terbaru Pemerintah Abbott untuk memotong upah dan mengatasi masalah ketenagakerjaan di Australia saat ini,” katanya.

“Jika pekerjaan ini memang hendak diadakan, harusnya pekerjaan ini diiklankan dan pekerjaan mereka juga harus terstruktur sehingga Tentara Hijau bisa mendapat bayaran yang bagus,” katanya.

Hunt memperkenalkan UU untuk membentuk Tentara Hijau ini dalam sidang parlemen federal pekan ini. Program ini merupakan salah satu program dari rezim tindakan langsung dalam kebijakan perubahan iklim koalisi dan diperkirakan akan menelan biaya AUD$300 juta selama empat tahun.

Pemerintah Federal mengatakan pelatihan yang diterima akan dihitung sebagai pencapaian dari kualifikasi pengelolaan lahan, pengelolaan taman, lansekap atau hortikultura.  Proyek kerja penuh waktu ini akan berlangsung selama 26 minggu dan dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 10 orang anggota. Sembilang orang bertindak sebagai peserta dan 1 orang supervisor.

Sumber: radioaustralia.net

read more
Ragam

Dalang Ini Raih Gelar Doktor Lingkungan Undip

Pemanasan global dipicu oleh gas rumah kaca (GRK) antara lain  emisi CO2. Oleh karena itu, diharapkan kapasitas daur ulang CO2  dikawasan industri PT KIEC (Kawasan Industri Estate Cilegon) dapat  ditingkatkan dan dioptimalkan.

“Perlu mengoptimalkan penggunaan energi baru dan terbarukan  dan efsiensi energi serta mendaur ulang emisi CO2 menjadi produk CO2 cair  yang dapat dimanfaatkan oleh industri lain sebagai bahan baku industri,” kata  Rochmad Hadiwijoyo saat menyampaikan disertasinya pada  ujian Doktor Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Undip di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (28/2/2014).

Menurut Rochmad yang juga Ketua Umum PRSSNI didepan tim penguji yang   dipimpin Prof Anies, bahwa  untuk merealisasikan kawasan industri PT KIEC menjadi kawasan industri yang berwawasan  lingkungan perlu  dukungan nyata  dari  perusahaan dilingkungan PT KIEC.

“Konsep pengelolaan industri  dikawasan PT KIEC perlu diubah dari  manajemen lingkungan tradisional  menjadi ekosentris,” papar  Rochmad  yang juga `nyambi` sebagai  dalang wayang kulit tradisional itu.

Dia menyarankan penggunaan energi fosil di industri perlu dikurangi dan  menggantinya dengan energi baru dan terbarukan (EBT) dan Sistem Cambine  Cycle yang  memanfaatkan panas yang terbuang dari proses  pembakaran. “EBT di Provinsi Banten yang potensial antara lain adalah  geothermal  yang berasal dari wilayah Batu Kuwung,” kata Rochmad.

Ujian terbuka program doktor  Rochmad Hadiwijoyo dengan promotor Rektor  Undip Prof Sudharto itu juga disaksikan oleh dalang Ki Manteb Sudarsono dan Djoko `Edan` Hadiwijoyo, serta sejumlah pengusaha dari  Kawasan industri Krakatau Cilegon.

Sedangkan Ketua Tim penguji Prof  Anies akhirnya menyatakan lulus sangat memuaskan dengan nilai rata  3,68. “Anda merupakan doktor ke-12 untuk bidang lingkungan dari Universitas Diponegoro,” kata Prof Anies.

Sumber: metrotvnews.com

read more
1 9 10 11 12
Page 11 of 12