close
Ragam

Kebun Binatang Surabaya Mendunia dan Bernasib Miris

Kandang singa KBS. ©2014 Merdeka.com/Moch. Andriansyah

Bermimpi mengembalikan kejayaan Kebun Bintang Surabaya (KBS) di Jawa Timur, Pemkot Surabaya justru dihadapkan pada sejumlah persoalan. Sejumlah satwa di kebun binatang itu, satu per satu menunggu ajal. Lantas apa penyebabnya?

Menurut Ketua Tim Pengelola Sementara (TPS) KBS, Tony Sumampau menilai adanya ketidakmampuan Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) bentukan Pemkot Surabaya, dalam mengurus satwa di KBS.

“Kita harus melihat ke belakang dulu. Sebelum dikelola Pemkot, KBS itu dikelola oleh sekelompok orang kemudian membentuk perkumpulan. Itu sudah ada sejak zaman Belanda,” papar Tony, Sabtu malam (18/1).

Selanjutnya, masih cerita Tony, ada persoalan di internal KBS. “Pak Said, mantan pengurus, disuruh mundur. Dan dia mengambil sertifikat KBS untuk diserahkan kepada Cak Narto (Sunarto Sumoprawira), yang waktu itu masih menjabat sebagai wali kota, dan sampai sekarang sertifikat itu dikuasai Pemkot.”

Sebenarnya, kata Tony, kepemilikan aset tanah KBS itu bukan milik Pemkot Surabaya, tapi pemerintah dan itu khusus untuk KBS. “Jadi tidak bisa dialihfungsikan ke yang lain,” terang Ketua TPS KBS non-aktif itu.

Karena terjadi konflik internal antar-pengurus itulah, Kementerian Kehutanan (kemenhut) membentuk TPS, yang terdiri dari empat unsur, yaitu dari pihak Kemhut sendiri, Pemprov Jawa Timur, Pemkot Surabaya dan para perkumpulan.

“Kelemahan di KBS sendiri, pengurusnya sedikit. Saat rapat, untuk mencari dukungan mereka merangkul karyawan. Ini yang akhirnya merusak mental karyawan. Mereka, juga ikut saling berebut menjadi ketua, mereka lupa mengurus binatang. Mereka justru membuat warung, bikin lapak dan sebagainya di area KBS,” beber Direktur Taman Safari tersebut.

Karena masalah tersebut, kata Tony, menjadi penyebab kematian demi kematian hewan di KBS. Dia juga menilai, kematian satwa di KBS merupakan bukti kegagalan Pemkot Surabaya mengelola kebun binatang.

“SDM (sumber daya manusia) pengelola baru (PDTS) KBS kurang menguasai pengelolaan satwa sehingga mengakibatkan banyak satwa yang kurang terurus dengan baik,” ujarnya.[]

Sumber : merdeka.com

Leave a Response