close

earth hour

Perubahan Iklim

Earth Hour di Australia, Lampu Gedung Parlemen Dipadamkan

Gedung Opera Sydney dan Jembatan Pelabuhan Sydney tampil gelap gulita selama satu jam sebagai bagian dalam Kampanye Earth Hour  Sabtu malam (29/3). Kedua bangunan itu merupakan salah satu diantara landmark pertama di dunia yang ikut memadamkan lampu dalam event tersebut.

Kampanye yang diinisiasi oleh World Wide Fund for Nature ini melibatkan jutaan orang di seluruh dunia yang ikut memadamkan lampu selama satu jam mulai pukul 8.30 malam di zona waktu mereka masing-masing.

Lampu-lampu akan dipadamkan di 7 ribu kota di seluruh dunia mulai dari New York sampai Selandia Baru, yang pada gelaran tahun ini berusaha mengumpulkan ratusan dollar untuk berbagai proyek lingkungan.

Di gedung parlemen di Canberra, hampir 4.000 lilin dinyalakan dengan tema “Pemadaman Lampu untuk Kelestarian Terumbu Karang” yang menjadi tema kampanye Earth Hour di Australia.

Sejumlah bangunan landmark kota di dunia termasuk Empire State Building, Menara Eiffel dan istana Kremlin dilaporkan akan ikut ambil bagian memadamkan lampu mereka selama 60 menit.

Kampanye Earth Hour dimulai pada tahun 2007 di Sydney, namun ide ini dengan cepat menyebar ke seluruh dunia dan diperkirakan ratusan juta orang diseluruh dunia ikut ambil bagian memadamkan lampu mereka dalam event Earth Hour tahun lalu.

Event Earth Hour di Singapura, menampilkan bintang terbaru film Amazing Spider-Man 2 berusaha membantu memadamkan lampu di gedung pencakar langir Singapura di kawasan Marina Bay.

Manager Earth Hour Australia, Anna Rose mengatakan event ini merupakan simbol kepedulian masyarakat mengenai perubahan iklim.

“Satu hal mengenai Earth Hour adalah event ini mengingatkan orang mengenai betapa pentingnya tanggung jawab global,” katanya.

“Sangat indah melihat seluruh warga dunia memadamkan lampu dalam event ini dan mengetahui mereka bagian dari orang yang melakukan hal serupa di 154 negara.”

Meski demikian event ini sempat memicu kritik, termasuk dari politisi Denmark, Bjorn Lomborg, yang menilai event ini terlalu kecil dibandingkan masalah sesungguhnya terkait pemanasan global dan justru malah mengalihkan sumber daya yang ada ke isu lain.

“Perayaan kegelapan ini mengirimkan pesan yang salah, “ katan Lomborg dalam pernyataannya pekan ini.

“Sementara lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia melakukan hal simbolis menghentikan penggunaan listrik selama satu jam dalam satu tahun. ada 1,5 miliar penduduk lain di negara-negara berkembang yang terus hidup tanpa akses listrik dan mereka melakukan event itu setiap hari sepanjang tahun,” kritik Lomborg.

Sumber: radioaustralia.net

read more
Green Style

Seniman Aceh Kampanyekan Diet Kantong Plastik

Sebanyak 50 pelukis dari Komunitas Jaroe, Sanggar Senirupa 55, Lab Desain Arsitek Unsyiah, Warna-Warni Peduli Unsyiah, dan komunitas pendukung Earth Hour Aceh melakukan aksi parade melukis tas kain untuk mengkampanyekan gerakan Aceh Diet Kantong Plastik. Aksi ini dilaksanakan di lapangan Blang Padang, Minggu (23/3/2014).

Para pelukis menuangkan pesan-pesan penyelamatan lingkungan di atas kertas yang mereka lukis. Beberapa pelukis terkenal Aceh diantaranya Dedy Kalee, Reins Asmara dan Alil Otodidat turun menyumbangkan karya mereka dalam parade melukis ini.

Para peserta melukis pesan-pesan penyelamatan bumi dari kerusakan, mengajak peduli satwa, dan mendorong orang peduli pada kelestarian lingkungan hidup. Aksi ini menarik perhatian pengunjung lapangan Blangpadang yang sedang berolahraga.

Menurut Koordinator kota Earth Hour Aceh, Andhya Rusian Orcheva, aksi melukis tas ini salah rangkaian kampanye yang di laksanakan seretak di 30 kota di seluruh Indonesia menuju malam puncak Earth Hour tanggal 29 Maret 2014 yang ditandai dengan aksi sukarela mematikan lampu dan peralatan listrik yang tidak terpakai selama satu jam yakni pukul 21.00 – 22.00 WIB.

“Namun kampanye Earth Hour bukan saja dalam aksi penghematan energi listrik semata, tapi juga mengajak orang mulai peduli mengurangi sampah dengan diet kantong plastik,” kata Andhya.

Dengan melukis tas kain, Earth Hour ingin mengajak orang mulai membawa tas belanja sendiri dan mulai mengurangi penggunaan kantong plastik. Selain itu tas-tas yang dilukis akan dilelang di malam puncak Earth Hour yang hasilnya akan disumbangkan bagi pelestarian satwa di Aceh.

Pelukis Aceh Dedi Kalee menyebut aksi melukis tas ini merupakan salah satu kampanye lingkungan kreatif yang pernah ada. “Saya senang sekali aksi ini berdampak bagus dalam meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian lingkungan.” []

Sumber: TGJ

read more